Disini adalah kantor Duke tempat Lea membawaku. Aku melihat Duke berbicara dengan dua pria yang tampaknya adalah petugas. Aku melepaskan pegangan tangan Lea, dan berlari dan bergelantungan di kaki Duke. Lea terkejut, lalu petugas membawaku pergi darinya.

'Aku tidak ingin mati sengsara lagi.'

'Aku tidak ingin kembali. Aku akan makan sedikit. Aku tidak akan melakukan ini karena aku ingin dicintai.'

Jadi, kumohon-

Lalu dia meraih kerah di leherku, membelainya, dan bergumam.

"Jangan menggangguku,"

Aku meraih lehernya dan mengusap wajahku di pipinya.

"Dyuke, Sukak."

Duke mengeraskan posturnya.

***


Kerajaan Wigentra, sebuah negara dengan bentangan daratan paling luas di dunia. Inilah yang terjadi jika kita membagi perspektif kekuatan Wigentra sejauh ini.

<Gereja yang didirikan>

<Keluarga Kerajaan>

<5 Duke>

Ketiganya membentuk segitiga sama sisi, yang saling menjaga atau menyatukan mereka untuk mencapai kemakmuran. Segitiga ini telah mengalami perubahan signifikan. Duke Dubblede, satu-satunya keluarga yang mendorong 5 duke, dan mengambil tempat yang sangat penting. Keluarga Dubblede memang memiliki prestasi yang luar biasa.

Lantai batu tanpa goresan dan kolom heksagonal tunggal dengan pola halus. Sebuah lampu gantung mewah memamerkan kehadirannya di langit-langit. Harta benda yang menghiasi setiap lemari kaca yang berjajar di dinding. Alam dan menara yang tak terhitung jumlahnya di Timur dan Barat, hutan tak berujung yang mengelilingi utara, dll. Tetapi Duke Dubblede pemilik kastil yang besar ini, tidak segitu mudahnya menerimaku.

'Dia tidak akan mengadopsiku hanya karena keimutanku. Untungnya, ini bukan kegagalan total. Bahkan jika dia tidak mengadopsiku, Dia akan memberikan kamar untuk sementara waktu.'

Jika aku segera ditendang, aku mungkin pergi ke Vallua.

Aku menutup mulutku dengan kepalan tangan dan tertawa.

Aku sangat menyukai kamar yang diberikan Duke Dubblede padaku. Tidak ada waktu untuk bosan karena ada banyak mainan dan teman bermain serta tempat tidur yang hangat dan nyaman. Dan sudah sepuluh hari sejak aku tinggal di kastil ini.

"Apa lagi yang dikatakan si 'topi wanita' itu?"

"Orihalkwon ada di pegunungan kunwo." (Oriharkon ada di pegunungan kuno.)

"Oriharkon!" Para pengikut terserbu oleh berita itu.

------- I N F O -------

*Oriharkon (Orichalcum) adalah logam yang disebut dalam beberapa tulisan kuno, terutama pada kisah Atlantis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Oriharkon (Orichalcum) adalah logam yang disebut dalam beberapa tulisan kuno, terutama pada kisah Atlantis. Oriharkon dianggap paling berharga kedua setelah emas, dan dapat ditemukan dan ditambang di banyak wilayah di Atlantis pada zaman kuno.

-----------------------

Aku duduk di pangkuan Duke, menatap mereka yang bersemangat.

"Luar biasa. Bagaimana kamu bisa begitu pintar?"

"Karena dia adalah anak takdir."

Para pengikut tertawa. Hati nuraniku terasa menusukku.

'Faktanya, anak yang kalian bicarakan ini adalah anak takdir yang palsu.'

Bukannya aku bisa mengingat memori kehidupanku sebelunya sesuka hati. Sulit untuk melakukan 'pemikiran orang dewasa' dengan otak yang belum matang.

Jika aku mendalami pemikiran orang dewasa dengan tubuh ini, aku akan tidur selama berhari-hari, atau aku akan merasa sangat lapar. Ketika aku lapar atau mengantuk, aku akan menjadi bayi sungguhan.

Salah satu pengikut menyentuh kepalaku, aku terkaget dan menggantung di leher duke.

'Eh, terkejut aku! Aku terkejut seseorang yang tidak kukenal mencoba menyentuhku!'

"Nak, kamu sangat pemalu."

Ketika pengikut tua itu tertawa dan mengatakan itu, pengikut yang mencoba menyentuhku menarik tangannya.

"Sungguh menakjubkan bisa melihat kalian sangat dekat satu sama lain."

"Anak-anak lain akan kewalahan oleh energi yang dipancarkan Anda dan menangis."

"Bisakah kau menceritakan kisah gereja dan keluarga kerajaan?"

Alasan kenapa aku hanya berbicara di pangkuan Duke adalah karena pelecehan yang dilakukan oleh Duke Vallua yang membuatku memandang pria dewasa sebagai rendahan.

Aneh kalau aku bicara seperti itu, namun Duke tidak masuk hitungan.

"Turun dan duduk," kata Duke.

Aku mengiyakan dan duduk di pangkuannya lagi.

***

TBRADWhere stories live. Discover now