Ayah - Ima

9 0 0
                                    

entah sudah berapa ramadhan terlewatkan tanpa kehadiranmu seorang. yang senantiasa menjaga agar aku baik-baik saja, selalu bangga pada setiap pencapaian sederhana dan menjadi sosok yang selalu ada. tak pernah menuntut apa-apa serta selalu tersenyum mesra meski aku kerap berlaku luka. dan yang utama, kau tak pernah marah walau sekali saja.

apa kabar Ayah disana? apakah ada bahagia? apakah Ayah juga merindukanku seperti yang aku rasa?

ramadhan menjelma hari-hari kesepian, sedang aku harus berjuang melawan rindu sendirian. kau dan segala kenang selalu memenuhi langit-langit ingatan, berharap waktu mundur ke belakang, dan tiada kematian yang perlu memisahkan.

aku begitu ingin memelukmu erat-erat walau sesaat. sayangnya, takdir tak kunjung memberiku waktu yang tepat. dan kau; terlanjur pergi terlalu cepat. apakah untuk sekadar memelukku sekali lagi Ayah tak juga sempat?

aku bisa berjanji untuk jadi yang jauh lebih baik lagi. untuk bisa buat Ayah bangga, dan tak lagi akan kecewa. untuk tak lagi membuat ulah dan salah, demi bisa terus melihat Ayah tertawa bahagia. sayangnya kesempatan kedua tak lagi ada, dan Ayah selalu menjadi satu-satunya rindu yang aku rasa.

apa yang aku bisa apa? selain terus berdoa agar kau senantiasa baik-baik saja. di atas hampar sajadah, dalam sujud-sujud pasrah. sebab kau adalah doa yang aku damba dalam tangkup tangan menengadah. berharap kelak, kita dapat kembali bersua di jannah.

kau memang tak akan pernah kembali, tapi bagiku; kau abadi.

dalam hati.

tiada akan terganti.

KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang