Arah

18 1 0
                                    

Kita tak pernah bisa memesan takdir, kita juga tak minta agar lahir, tapi mengapa harus terus berjuang hingga akhir?

Selalu ada banyak tanya perihal kini dan nanti, perihal hidup juga mati. Tapi sayangnya, seperti yang kita ketahui bersama; tak semua tanya miliki jawabnya segera, yang kita bisa lakukan hanya terus berjalan meski samar tujuan, terus berusaha meski tak tahu bagaimana hasil akhirnya, juga terus berjuang meski paham bahwa kebahagiaan tak selalu berpihak pada kebenaran.

Melangkah tanpa arah, berharap tuju tak salah. Sekali waktu, di tepi jalan berbatu kita termangu, benarkah jalan ini yang kita inginkan dulu? Apakah langkah yang kita ambil keliru? Bagaimana mungkin kaki sudah jauh melangkah, sedang tujuan kita tak kunjung miliki arah. Lagi-lagi hidup kita dikendalikan pasrah, mencoba peruntungan dengan kata entah.

Di lain waktu, kita justru terjerembab di pusaran keliru. Mencari keadilan pada remah harapan yang terlanjur berputus-asa pada kehidupan. Berharap semesta memberi tahu, seperti apa yang harus ku lakukan.

Ibu bilang, "tak mengapa". Lakukan saja asal itu baik dan tak ada yang terusik. Teruskan langkah meski pikiran jahat dalam kepala terus berisik. Tak perlu panik melihat orang lain telah terbang menukik, sedang kita masih merayap klasik. Yang perlu dilakukan cuma terus berbuat hal baik, hingga tiba masa harus kembali kepada Sang Khalik.

Tuju kita tetap surga meski langkah kaki kebingungan harus menuju kemana. Teruslah berusaha dan tetap berkawan dengan takwa, hingga tiba masa; langkah menemukan arah.

KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang