; d u a p u l u h d e l a p a n

656 35 6
                                    

Devino sedang berkumpul dengan sahabatnya yaitu Asep dan Biru, mereka berencana akan bermain basket sore ini di lapangan dekat rumah Asep. Devino sebenarnya tidak ingin ikut bermain karena akhir–akhir ini badannya terasa kurang sehat dan ia merasa gampang lelah dan pucat.

"Lo kenapa dah, Vin? Akhir–akhir ini pucat gitu, lo udah makan?" Tanya Asep sambil memantulkan bola basket kemudian membawanya ke ring basket.

"Kayaknya kecapean aja, gue gak ikut main dah, kalian lanjut aja." Jawab Devino kemudian mengurut pelan pelipisnya yang terasa pusing.

Biru yang tak melepaskan pandangannya sedari tadi pada Devino pun curiga kemudian ia menyenggol lengan Asep. "Sep, Sep, coba lihat deh doi tuh bukan cuma pucet tapi juga kurusan. Aneh banget, putus cinta bisa bikin dia kaya gitu ya?" Kata Biru. Asep pun tertawa mendengarnya, "Namanya juga manusiawi bro, lo kalo diputusin Jeje ntar juga bakal kaya gitu gimana? Gue sih cuma bisa ngakakin doang ya." Balas Asep.

"Sialan lo, doa lo jangan yang buruk–buruk gitu lah baru aja jadian juga." Kata Biru.

Ya, akhirnya setelah perjuangan yang cukup berat menaklukkan hati gadis dingin dan tomboi itu akhirnya setelah ditolak dua kali, saat Biru menembak Jeje untuk yang ketiga kalinya Jeje pun akhirnya menerima Biru. Dan, kini mereka pun resmi menjadi sepasang kekasih, meskipun sifat dingin Jeje masih tetap melekat sampai sekarang. Ya, Jeje tetaplah Jeje, si gadis tomboi yang dingin dan cuek.

Devino hendak berdiri sambil menenteng tas ranselnya berniat untuk kembali kerumah dan beristirahat, namun belum
sampai melangkah menuju motornya berada, ia merasakan tubuhnya lemas, matanya berkunang–kunang, samar–samar ia mendengar gelak tawa Biru dan Asep dibalik sana sebelum semuanya gelap dan lutut pria itu kian melemas hingga ia pun jatuh pingsan.

"DEVINO!" Teriak Asep

"Shit!" Umpat Biru.

Asep dan Biru pun berlari meninggalkan lapangan kemudian menghampiri Devino yang pingsan disana. Asep pun segera memesan layanan ojek online, mereka memesan yang layanan mobilnya, supaya mereka bisa membawa Devino dengan mudah ke rumah sakit terdekat.

Di perjalanan, Asep berusaha menghubungi Devano namun nomor pria itu malah tidak aktif.

"Shit, Devano kemana sih!" Kesal Asep. Kemudian pria itu menggigit bibirnya gelisah dan hendak mengambil handphone Devino untuk menelepon Ibu lelaki itu. Namun, handphone Devino pun mati alias habis baterai.

"Yaudahlah, kita aja bawa dulu ke rumah sakitnya, siapa tahu cuma kelelahan aja ni anak." Kata Biru.

Kemudian Asep pun mengangguk lalu menelepon Venus namun tak diangkat, lalu tanpa pikir panjang lelaki itu langsung mengirimkan pesan kepada Yovinka untuk memberi tahu pada Venus bahwa Devino sedang di perjalanan menuju rumah sakit karena jatuh pingsan.

Kebetulan sekali Yovinka saat itu sedang berada di rumah Venus dan bersama Sunny juga. Mereka berniat menghabiskan sisa waktu yang ada sebelum Sunny ke luar negeri dengan bersantai di rumah Venus.

"Eh, Ve, barusan Asep kasih tahu gue kalau Devino pingsan dan dibawa ke rumah sakit." Kata Yovinka.

"Apa?!"

Venus otomatis berdiri dan berniat mengambil tas nya yang berada di meja belajar.

"Lo mau kemana?" Tanya Yovinka bingung.

"Rumah sakit lah!" Jawab Venus cemas.

"Yaelah si Devino gak apa–apa kok kata Asep, dia cuma kecapekan aja, lagian udah dibawa kerumah sakit juga. Lagian kalau lo dateng kesana, Devino mau apa ngomong sama lo?" Tanya Yovinka. Dan itu benar–benar berhasil menampar Venus, namun apa yang diucapkan oleh gadis itu memang benar adanya, belum tentu juga Venus datang ke sana bakal disambut baik oleh Devino.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love SignalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang