Dering ponsel terdengar dari dalam tas, Deeva segera meraih ponselnya yang berada di dalam tasnya dan melihat nama si pemanggil.

"Tumben Om Wira nelpon, ada apa ya?" gumamnya.

"Kok bengong Va, kenapa gak di angkat, emang siapa yang nelpon?" tanya Dian yang sedari tadi memperhatikan Deeva hanya bengong memegang ponselnya.

"Om Wira," gumamnya pelan.

"Ya diangkat saja siapa tau penting," ucap Dian.

Deeva menggeser tombol icon hijau di ponselnya menerima panggilan Wira.

Setelah menjawab telpon dari Omnya, tangan Deeva gemetar dan mukanya pucat, dia secepatnya membereskan barangnya dan dimasukkan asal ke dalam tasnya dengan tergesa-gesa.

"Napa sih Va?" tanya Dian heran karena sudah melihat wajah Deeva yang pucat pasi.

"Dii, anterin gue ke rumah sakit," ucapnya yang memerintah.

"Siapa yang di rumah sakit Va?" tanya Dian Mita dan Bagas serempak.

"Entar aku jelasin, ok!" lalu berlalu meninggalkan mereka bertiga.

Dian, Mita dan Bagas berlari mengerjar Deeva yang terlihat tergesa-gesa.

"Tungguin Va" teriak Dian yang masih mengejarnya.

Deeva menghentikan langkahnya, menunggu mereka. "Siniin kunci mobil loe Dii, biar gue yang nyetir."

"Dalam keadaan seperti ini  loe mau nyetir? nggak biar gue saja," balas Dian

"Dii, percaya sama gue, ok!"

Dian pun menyerahkan kunci mobilnya Ke Deeva.

"Gue ikut," ucap Bagas.

"Gue juga," Mita juga tidak mau ketinggalan.

Deeva hanya bisa mengangguk pasrah jika mereka ikut semua, jika melarangnya bisa-bisa makan banyak waktu untuk mencari alasan.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil dengan Bagas dan Mita duduk di jok belakang sedang Dian duduk di samping Deeva yang sedang mengemudi.

"Tolong seat belt kalian dipasang guyz" perintah Dian ke Bagas dan Mita.

"Ngapain juga kita masang seat belt di belakang, situ aja kali," bantah Mita.

"Kalau gak mau nurut kalian turun, pakai mobil kalian sendiri," kesal Dian.

"Iya deh kami pasang," ucap Bagas mengalah tidak mau di usir turun, soalnya Dia penasaran apa sebenarnya yang terjadi sementara dia tidak membawa kendaraan ke kampus.

"Kalian siap?" ucap Deeva.

"Nih anak kaya mau balapan aja nanyain kesiapan kita," ujar Bagas.

"Ya emang kita mau balapan di siang bolong menerjang kemacetan," ujar Dian yang sudah tau tabiat Deeva jika dia dikejar waktu.

Mobil sport mewah milik Dian kini keluar dari pekarangan kampus.

"Kalian berpegangan," peringat Dian yang sudah mengeratkan seatbeltnya.

Bagas seolah menganggap remeh perkataan Dian, karena selama ini memang dia tidak pernah melihat Deeva mengendarai mobil sport.

Dalam hitungan Detik mobil sport milik Dian sudah melaju kencang membelah jalan Ibukota disiang bolong, tanpa ragu Deeva menyalip setiap kendaraan yang menghalanginya di depan.

Bagas dan Mita mulai keringatan dan saling berpegangan di belakang, lolongan klakson panjang dari kendaraan lain sedang menegur mereka yang kecepatannya tidak kira-kira yang bisa membahayakan pengendara lain.

BUKAN SALAH JODOH **END**Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz