Don't Judge Book By It's Cover

Start from the beginning
                                        

Ia mulai sering membolos, merokok, berkumpul dengan anak-anak nakal, pulang malam, ikut balap liar, datang ke klub-klub tidak jelas. Kelakukannya ini tidak lepas dari sorot kamera paparazzi, foto-foto Jiang Cheng dengan cepat menyebar dan diberitakan di berbagai tabloid serta majalah gosip.

Orang tuanya murka, mereka malu karena Jiang Cheng tidak menjaga nama baik mereka. Banyak cibiran dialamatkan pada kelurga mereka, mengatai keduanya tidak berhasil mendidik anak mereka dengan baik. Jiang Cheng tidak peduli. Ia akan berbuat semaunya dan sesukanya tanpa ada yang bisa menghalangi.

Pukul satu malam Jiang Cheng pulang. Ia memarkir mobil Bugatti Veyron hasil tabungannya ke garasi rumah dan masuk melalui pintu samping, Jiang Cheng tahu ibunya pasti sedang menunggu di ruang tamu dengan rotan di tangan.

Dengan hati-hati dan tanpa suara Jiang Cheng menaiki tangga, tidak mengetahui bahwa Yu ZiYuan sudah ada di belakangnya. Sebuah cambukan di bokongnya membuat Jiang Cheng berteriak kaget.

"Ahh!" Lampu di nyalakan, Jiang YanLi berdiri di atas tangga dengan ekspresi sedih bercampur kecewa.

Yu ZiYuan menjewer telinga putra bungsunya kemudian menyeret Jiang Cheng ke ruang keluarga, mendudukan anak itu di lantai berkapet dan duduk di kursi malas. Matanya berapi-api, terlebih lagi setelah mencium bau alkohol dan parfum wanita di tubuh Jiang Cheng. Di belakang Jiang YanLi mengikuti lalu duduk di kursi lain.

"Kenapa pulang selarut ini?" Wanita itu bertanya dengan nada tajam sambil mengayunkan rotannya. Jiang Cheng mencoba mengalihkan pandangannya dari sang ibu dan tidak berani menjawab.

Bunyi rotan yang keras mengejutkannya. Yu ZiYuan memukulkan rotan itu ke kursi kayu dengan sekuat tenaga. Jiang Cheng menelan ludah, membayangkan dirinya yang akan menjadi kursi itu jika tidak segera menjawab sang ibu.

"A-aku ke klub Wen Chao."

Wajah ibunya menjadi masam bercampur ketidakpuasan. "Bermain-main lagi dan bermabuk-mabukan. Apa yang akan kau lakukan dengan hidupmu jika aku mati? Kami tidak akan selalu ada untuk memberimu uang. Berhenti bermain-main dan fokuslah belajar. Kau membuatku malu. Tidakkah kau bisa sama seperti kakakmu atau Wei Ying? Kau akan selalu kalah padanya jika seperti ini. Aku sudah cukup mentolerir kenakalanmu, kemarin tabloid memberitakan bahwa kau ikut dalam pesta liar anak-anak keluarga Wen. Ayahmu harus membayar agar berita itu tidak disiarkan."

Jiang Cheng menulikan telinganya dari omelan panjang Yu ZiYuan.

"Minggu lalu Wei Ying kembali memenangkan kontes musik klasik itu dan mendapatkan banyak pujian. Kenapa kau tidak bisa sama sepertinya? Ayahmu sangat membanggakannya, tetapi apa yang bisa kami banggakan darimu selain ugal dan liar? Sadarlah, kau tidak memiliki bakat apapun. Jangan membuat kekacauan dan merusak nama keluarga."

"Aku memang tidak memiliki bakat, aku bodoh dan hanya bisa berbuat onar. Maaf karena aku bukan JieJie atau Wei WuXian yang bisa kalian banggakan." Jiang Cheng berdiri dan dengan cepat meninggalkan ruang keluarga.

"Jiang Cheng! Jiang Cheng!" Yu ZiYuan memanggilnya tetapi tak di acuhkan.

Jiang Cheng masuk ke kamarnya dan membanting pintu, ia juga menguncinya agar tidak ada satupun yang bisa masuk. Jiang Cheng sedang tidak ingin meladeni omelan atau ceramah. Bahkan jika itu dari kakaknya sendiri.

Malam itu Jiang Cheng tertidur dengan gelisah.

***

Alarm berbunyi, Jiang Cheng dengan malas mematikannya dan kembali melanjutkan tidurnya. Ia tidak memiliki mood untuk berangkat kuliah pagi ini, terutama turun untuk bertemu keluarganya di meja makan.

Selang beberapa menit pintu kamarnya diketuk dan terdengar suara Wei WuXian.

"Jiang Cheng ayo turun untuk sarapan! Kau akan terlambat untuk kuliah."

Mo Dao Zu Shi DrabbleWhere stories live. Discover now