14; never not

7K 849 197
                                    

Long time no see guys :)
.
.
Warning!
This contains violence, and bad words, please be wise.
Long long chapter,
Typo(s) alert!
5k words,
Enjoy.
.
.
.

“sampai kapan kau mau berdiri di sana?” suara dari ujung lorong mengagetkan made man The Serpent tersebut. Lucas menoleh, menemukan Mark disana, menatapnya bertanya.

Mark berjalan mendekat, tangan kanan memegang cangkir kertas berisi kopi, tangan kirinya menenteng paper bag dengan nama toko es krim terkenal. 

Tiga hari sudah ia berada di rumah sakit, dan selama itu pula ia mendapati pemuda seumurannya tersebut menunjukkan perilaku yang sama; berdiri di depan pintu kamar inap Lalice tanpa mengetuk atau masuk. 

Kembali teringat dengan ucapan Ten yang berpesan, untuk tidak memberitahu dimana Lucas, ketika Lalice terbangun dan mencari dimana adiknya tersebut. Namun sampai saat ini wanita itu bahkan tidak menyebutkan nama adiknya sekalipun. 

Sesuatu terjadi pada mereka, ia yakin, karena pertemuan pertamanya dengan Lucas di Beilschmidt manor beberapa waktu yang lalu, mereka bahkan terlihat sedekat nadi satu sama lain. 

Lalice memang tidak mengatakan apapun tentang Lucas, namun raut wajah berpikir yang tanpa sadar wanita itu tunjukkan cukup untuk menjadi bukti bahwa ada hal yang mengganggu pikirannya. 

Dan ketika ia mendapati Lucas dengan tingkah anehnya, Mark bisa memastikan bahwa ada hal tidak baik yang terjadi diantara mereka. 

“Apapun yang membuatmu bertingkah aneh seperti ini, sebaiknya segera selesaikan. Kau membuat Lalice sedih, made man,” ujarnya. 

Lucas tersentak, mengernyit. Sejak kapan adik dari kakak iparnya ini terlihat dekat dengan Lalice. Suara angin musim panas yang berhembus melewati jendela koridor terdengar hingga ke telinga mereka. 

Koridor terlihat sepi, hanya beberapa pengawal dari The Serpent yang terlihat berlalu lalang, berjaga tanpa bersuara. 

Tidak ada penghuni selain Lalice dikamar sepanjang lorong ini. Mereka menyewa penuh satu lorong kamar inap VIP di gedung barat yang menghadap langsung ke taman. 

Sama sekali bukan hal yang berlebihan jika itu menyangkut kerahasiaan The Serpent. 

Lucas menatap tepat pada mata yang menyorot santai, menghela napas pelan, kemudian berlalu melewati bahu Mark yang masih menatap heran kepergian pemuda tersebut. 

Mark mengedik, hendak membuka pintu ketika melihat sosok yang menahan langkah Lucas di ujung lorong.

Five berdiri disana, menatap lurus ke arah Lucas yang bahkan tidak menghentikan langkah dan menabrak bahu wanita itu begitu saja. Five terlihat terkejut, mata wanita tersebut terlihat mengikuti punggung Lucas yang berjalan semakin jauh hingga tidak tampak lagi di ujung tangga. 

Five menghela napas, sudah menebak reaksi Lucas akan seperti apa. Matanya sedikit terbelalak ketika mendapati Mark yang menatap tepat ke arahnya. Ia menggigit bibir, menerka apakah pemuda itu menyaksikan apa yang baru saja terjadi dan berapa lama berdiri di sana. 

Ia kembali menghela, ketika Mark memutus pandangan dan menghilang di balik pintu ruang inap yang juga menjadi tujuannya saat ini. Perlakuan Lucas yang mengabaikannya jelas bukan hal yang menyenangkan. 

Orang yang selalu memperlakukannya dengan lembut, kini bahkan tidak mau repot untuk sekedar menatap matanya. Menggeleng pelan, wanita itu menyadarkan diri bahwa keputusan yang ia ambil adalah yang terbaik. 

From Dusk Till Dawn ✔Where stories live. Discover now