12; empty space

6.1K 900 147
                                    

Warning!
3k words.
This chapter includes violence and bad words, please be wise.
Enjoy.
.
.
.

Mereka berpisah

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Mereka berpisah.

Malam itu, setelah misi selesai dan mengantarkan Lalice ke bandara, Jaehyun bergegas kembali ke New York. Tanpa kata, tanpa salam, membiarkan wanita itu pergi bersama Five dan Twelve.

Mark bertanya-tanya, tentang apa yang terjadi pada dua orang paling tidak tahu malu yang pernah ia kenal; dalam artian mereka bisa berciuman kapan saja dan dimana saja, tidak saling menyapa saat berpisah. Ketika menanyakan rasa penasarannya pada Jaehyun, kakaknya hanya menjawab sekedarnya, bahwa Lalice harus kembali ke London malam itu juga.

Jaehyun berakhir terjebak di ruang kantor pimpinan Neo Tech, dengan setumpuk berkas yang bahkan adalah pekerjaan yang bisa ia selesaikan hingga minggu depan. Mengabaikan tatapan menghina yang adiknya layangkan dari depan pintu.

Mark masuk dengan setumpuk berkas di tangan, meletakkannya di atas tumpukan berkas lain di meja yang penuh sesak. Pria itu masih menekuni deretan kata berbahasa Italia, tidak repot menoleh, dan hanya berucap terima kasih.

"Okay, cukup, aku tidak bisa menerima lebih dari ini. Brother, go to London."

Masih belum mengalihkan pandangan dari kertas yang kini berbahasa Spanyol, Jaehyun bertanya, "apa yang bisa aku peroleh di London?" ia melemparkan berkas tersebut ke sudut, bergabung dengan berkas gagal lainnya.

"Kewarasanmu."

Jaehyun menghentikan gerakan menulisnya, menatap pada Mark yang berdiri bersedekap di depan meja. Mengernyit mendapat pandangan kurang bersahabat dari adiknya. Namun kemudian kembali mengabaikan.

"Look, you ignoring me, brother. Aku bahkan sengaja masuk tanpa mengetuk," Mark menunjuk pintu yang masih sedikit terbuka, "you messed up," lanjutnya.

Mendudukkan tubuh di kursi depan meja kerja Jaehyun, Mark memperhatikan sang kakak yang sedang mengabaikannya. Menarik salah satu bola Newton's Cradle, membuat bola besi tersebut menabrak dan berdetik, menimbulkan suara 'tik tok' yang khas.

"Lately, Dad was telling me something. Don't you wanna know?" Mark bertanya dalam keheningan berisi suara goresan pena Jaehyun, dan suara bola besi bertabrakan. "He told me, if the one of you two has to be fall, then it must be you."

Jaehyun tersentak, menatap Mark yang balas menatapnya datar. Ia mengernyit, tidak menyukai tatapan adiknya tersebut.

"Stevan-"

"What? Am I cross the line?"

Menggeram, ia mengetuk meja keras, menggunakan pena keluaran Visconti seharga puluhan ribu dolar di tangannya. "Don't talk to me like that, Mark Stevan Jones, I'm your Boss." Jaehyun menatap marah, entah karena Mark baru saja berucap tidak sopan padanya, atau karena kalimat yang adiknya itu katakan.

From Dusk Till Dawn ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin