2; The Serpent

9.6K 1.1K 71
                                    

Warning!
This chapter includes violence and murder.
So please be wise.

p.s play the song for the supper psycho villainess :)

.
.
.

The Serpent's Dungeon;Wiltshire, United Kingdom

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

The Serpent's Dungeon;
Wiltshire, United Kingdom.

A month before meeting.

Suara jeritan kesakitan terdengar dan terpantul ke seluruh sudut ruangan berdinding beton. Tidak peduli pada pria yang tengah bersumpah serapah, Lalice menikmati pemandangan di depannya, tersenyum kecil ketika melihat sang pisau kesayangan tertancap di paha pria tersebut.

"Tetap tidak mau bicara?" Lalice berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan pria itu. Tangan lentik yang terbalut sarung tangan hitam itu menarik rambut belakang korbannya keras.

"I will ask you one last time, bastard. Where is he?"

Pria yang sudah setengah sekarat itu menyeringai memperhatikan gigi penuh darahnya. Meludah tepat didepan Lalice. "Kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya. Jalang sepertimu tidak akan pernah bisa melukainya."

Lalice tersenyum manis, "wrong move," kemudian telapak tangan wanita itu kembali melayang keras mengenai pipi pria itu. "Sadar posisimu, sialan. Tidak ada untungnya bagimu melindungi tua bangka itu. Rivera tidak akan mengingatmu, apalagi repot membalaskan dendam anak buah yang tidak becus seperti kau."

"Aku tidak peduli kau membunuhku atau apapun. Lagipula apa yang bisa wanita sepertimu lakukan? Berlindung di bawah ketiak kakekmu? Kalian tidak akan bisa menyentuhnya. Jika kau membunuhnya maka Jones akan memburumu." 

"Gertakanmu seperti tikus. Who do you think you are? Kau hanya anak buah Rivera, Vargas rendahan sepertimu tidak berhak untuk menggertakku."

Lalice menarik pisau yang menancap pada paha kanan pria itu lalu menancapkannya kembali ke paha sebelah kiri. 

Pria itu menjerit keras, dan terengah menatap darah yang mengalir dari kakinya, "Bitch!" suaranya parau kehabisan tenaga namun bibirnya tak berhenti menyumpah pada Lalice. "Seharusnya kau juga ikut mati terbakar di neraka bersama kedua orang tuamu."

Lalice terdiam sejenak menatap anak buah Rivera itu. Lengan cantiknya kembali mencabut pisau dari kaki pria itu.

"True. Kau seharusnya membuatku ikut terbakar di neraka bersama mereka. Membiarkan aku hidup selama dua puluh lima tahun adalah kesalahan besarmu, bastard." 

Menekan ujung pisau di bawah telinga kiri Vargas, Lalice kembali berucap, "aku sebenarnya bisa saja langsung membunuhmu tadi. Tapi ide untuk menyakitimu dan membuatmu memohon terdengar lebih baik." 

"membusuklah kalian para ular di neraka."

"Let's meet in hell then." 

Satu tusukan kembali diberikan, namun dengan cepat Lalice menariknya kembali. 

From Dusk Till Dawn ✔Where stories live. Discover now