01 Meet

1.2K 33 0
                                    

Kala itu, kota Seoul yang cerah tiba-tiba gelap karena mendung yang mengumpal di langit dan berwarna abu-abu. Dan datanglah hujan deras ditambah suara geledek dan petir yang menyambar-nyambar.

Rzzhrzhh...

Aku langsung meneduh di halte. Dan menunggu bus datang. Aku hampir setiap hari menggunakannya. Aku baru saja pulang dari sekolah. Pakaianku basah. Aku juga lupa membawa payung. Aku kedinginan.
"Anjir... Kemana sih busnya? Tumben belum datang. Udah mau malam juga" omelku. Aku sudah menunggu sangat lama. Ini sudah malam. Bahkan pukul 9 malam tepatnya. Suasana sepi sekali. Aku hanya sendiri disini. Tidak ada teman satu pun. Aku mengantuk. "Hoamm... Aku mengantuk sekali. Tapi aku belum bisa pulang. Pakaianku juga sudah lembab. Sial sekali hari ini" gerutu ku. Dan tanpa ada angin, datanglah seorang pria yang bertubuh bongsor menghampiri ku. Dia terlihat begitu tampan, tatapan matanya sungguh tajam. Sungguh, demi Tuhan... Dia adalah makhluk istimewa.

Dia masih terdiam dan duduk disamping ku. Dia memakai setelan baju yang sederhana, namun berhasil memikat mataku. Tanpa ku sadari, dia mendekat padaku. Aku menjauh. Semakin menjauh, dia semakin mendekat. Aku harus bagaimana? Apa aku meninggalkannya? - ah.. Tidak.. Jika aku pergi, akan lebih basah lagi. Aku mengacak rambutku dengan frustrasi.

"Hai... Kok kamu masih disini? Kok gak pulang? Ini sudah larut malam. Apakah keluarga mu tidak mencari kamu?" aku hanya tertohok mendengar pertanyaan yang kubenci itu. Kemana keluarga mu? Aku tuh sensitif jika ada pertanyaan itu. Aku benci itu. Aku masih terdiam dan tak menjawab pertanyaan dari dia.
"Mau aku antar pulang?" tawarnya. Aku hanya diam dan menggeleng. Dia mengangguk. Aku yang masih memandang jalan yang di guyur hujan dan melihat kendaraan yang lalu lalang yang lewat dengan tatapan mata kosong. Wajahku pucat karena kedinginan.

Pria tadi melepas jaket tebalnya dan menyelimuti tubuhku yang kedingan. Aku terdiam kaku, saat ia melakukan hal itu padaku. Dia membuat ku mengingat memori masa lalu. Saat aku masih mempunyai keluarga. Aku merindukan momen itu, tapi aku juga membencinya. Aku mengangguk dan dia tersenyum. Senyuman nya sungguh manis. Sangat manis seperti gula-gula. Aku menyukai senyuman itu.

"Apakah kamu mau kerumah aku? Untuk 1 malam ini saja? Aku kasihan terhadap kamu yang kedinginan. Wajah kamu pucat. Pakaian mu lembab dan tubuhmu basah. Jika kamu mau, ayo kita pergi ke rumahku sekarang" ajaknya. Aku masih takut, apakah dia benar-benar tulus dengan apa yang dikatannya atau hanya rayuan?
"Apakah yang kamu katakan itu benar?" Dia mengangguk. Akhirnya aku dan dia pergi kerumahnya.

•••

Kita sudah sampai di rumahnya ah-----maksudku aku dan pria tadi sudah sampai. Rumahnya yang sangat elit, besar, luas. Tidak seperti rumahku, yang kecil, kumuh, berantakan. Aku terkagum dengan rumahnya. Tapi, keadaan rumah itu sepi. Tidak ada seorang pun kecuali aku dan pria itu. Dia mengambil kan aku handuk dan menyuruh ku untuk mandi. Dia juga sudah menyiapkan air hangat untukku. *Apakah dia anak sultan? Gila anjer... Anak sultan* batinku.

-

Dia masih terduduk di sofa favoritnya saat itu. Dan menurutku harganya yang cukup fantastis. Sembari meminum teh hangat. Dia juga menyiapkan teh untukku.
"Nama kamu siapa? Aku Lee Taeyong. Panggil aja TY atau Taeyong" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Han Eun Joon" jawabku. Taeyong terlihat mengangguk dan kembali menyeruput tehnya. Taeyong sedikit bingung saat aku menyebutkan namaku. Apakah ada yang aneh dengan namaku? Aku sudah tidak dapat berpikir lagi saat itu. Aku benar-benar capek. Ingin pergi tidur, tapi aku sadar, ini bukan rumahku.

"Nama kamu mirip, hanya saja berbeda marganya dengan pacar aku dulu. Dia mempunyai tahi lalat yang hampir tidak nampak di hidungnya. Wajah kamu juga mirip. Kamu mengingatkan ku akan memori itu. Aku merindukan dia" ucapnya yang memerlihatkan ekspresi sedih.
"

Emang pacar kamu sekarang dimana?" tanya ku tiba-tiba. Mungkin terlihat tidak sopan, tapi aku sangat penasaran. Taeyong mengambil pigora yang berisikan dia dan pacarnya itu. Pacarnya sangat cantik. Berlesung pipit. Aku memandang nya lamat-lamat. Kemudian Taeyong menjelaskan padaku.

"Itu adalah pacar aku. Namanya Jung Eun Joon. Dia adalah sosok perempuan yang sangat aku sayangi. Aku dan dia sudah menjalin hubungan selama 3 tahun hampir menginjak 4 tahun. Dia itu, ceria selalu tersenyum, dan suka makan manis. Dia juga sosok perempuan yang paling khawatir jika aku tidak mengabari dia. Sosoknya juga seperti seorang ibu" aku hanya menyimak penjelasannya. Aku tidak tahu, entah kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu.
"Ah....maafkan aku. Jika aku bercerita tentangnya padamu" aku hanya mengangguk.
"Ah. Iya.. Kamu sekolah di Hanyoung high school kan? Biar besok aku antar. Sekalian aku pergi bekerja. Aku juga punya seragam perempuan, kebetulan seragam kamu sama. ya.. Meskipun Itu adalah peninggalan pacarku. Aku sengaja menyimpannya. Kamu bisa pakai itu besok" jelas Taeyong.
"Oh.. Iya.. Kamar kamu di sebelah kamar aku" sambungnya. Dan aku pun pergi tidur. Syukurlah masih di pertemukan dengan orang yang baik sepertinya.
.
.
.
.
.
.
.

"Pagi Eun Joon. Gimana tidur mu? Nyenyak?" tanya Taeyong yang sedang memasak nasi goreng dan telur omlet untuk sarapan. Aku yang tak enak dengannya, dan langsung membantunya. Tapi, Taeyong mencegahnya dan menyuruh ku mandi.

Aku pun menikmati makanan buatan Taeyong. Sungguh ini, adalah nasi goreng terenak yang pernah aku makan. Rasanya yang sangat pas dilidahku. Aku menyukainya. Aku menghabiskan semua tanpa sisa. Ini benar-benar enak.
"Taeyong-ssi... Ini sungguh enak sekali. Aku tak menyangka bahwa kamu bisa memasak makanan selezat ini" pujiku. Mulut Taeyong masih penuh dengan makanan dan kemudian minum.
"Eun Joon... Kamu tak usah memanggil ku dengan Taeyong-sshi. Panggil aja aku Taeyong" tukasnya.
"Tapi....kita baru saja bertemu. Dan kamu juga lebih tua dari ku bagai----" Taeyong membungkam mulut ku dengan jarinya yang lentik.
"Tak apa.. Anggap saja kita sudah kenal lama" aku mengangguk. Dan akhirnya kami pun berangkat bersama.

----I am You, You're Mine----

Suasana sekolah seperti biasa. Aku berjalan dikoridor menuju kelasku. Kelasku adalah kelas unggulan, dimana murid-murid terpilih dan memiliki nilai yang sangat bagus. Aku mempunyai sahabat. Mereka semua sangat aku sayang. Aku pun tiba dikelas.

"Eh ilih.... Baru dateng lu njir? Udah jam setengah 7 nih" aku yang tak mengubris pertanyaan sahabatku itu yang bermarga Jung. Ya, dia Jung Haera. Perempuan berambut pendek sebahu, dengan surai warna pirang. Haera adalah sosok sahabat ya bisa dibilang gesrek, tapi dia pengertian. Saat aku lihat, di sudut sana sahabatku yang bermarga Park sedang sibuk dengan bukunya. Entah dia belum mengerjakan PR atau apa. Aku pun duduk.

"Eh... Njir... Lu udah ngerjain PR dari pak Xiumin belum?" Aku yang bingung. Mana ada PR sih.. Aku berpikir sejenak. Dan ternyata.....
"Buset... Gue belum ngerjain. Gue lupa anjir. Napa lu kagak ingetin gue kemarin" aku langsung mencari contekan. Tak peduli bel sudah bunyi. Aku mengerjakan dengan jurus andalan ku yaitu... "The power of kepepet" dengan cepat aku mengerjakannya dan aku tak berpikir bahwa bisa di baca atau ngga. Dan benar saja, PR yang diberikan tidaklah sedikit. Kalian tahu PR nya apa? PR nya adalah matematika. Dengan rumus dan jawaban yang banyak. Padahal soalnya cuma 5,tapi beranak. Aku benci matematika.

Aku mengerjakan hanya sampai no 2. Aku panik. Karena matematika adalah jam pertama. Pagi-pagi, udah diberi sarapan matematika. Huft... Aku mengehela napas panjang dan pasrah. Aku yakin bakal dihukum lagi. Aku sudah terbiasa dengan ini. Dan sehingga guru BP yang bernama Pak Taeil hafal denganku. Ya ampun... Kenapa kok gini amat sih...
Pak Xiumin pun datang. Dengan raut seperti biasanya yang siap menghukum muridnya yang tidak mengerjakan PR yang diberikannya. Saat pengumpulan tiba, aku di panggil. Aku sudah berkeringat dingin.

"Han Eun Joon" aku tersentak. Dia menatap ku sangat tajam.

To be continued

I'm U, U're Mine ✔️(FF Taeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang