"Enyahlah, dasar pengganggu!" Daidan melemparku ke arah yang sama dengan Naoki. begitu aku berhenti terguling di tanah, beberapa pisau hitam sudah siap menikamku. Aku akan mati. Begitulah pikirku. Tapi saat aku bersiap menerima tikaman pisau kegelapan itu, kekuatan cherub memurnikannya. Semua pisau itu hilang dari pandanganku.

"Jangan sentuh mereka." Jawab Yuzu santai. Sebelah tangannya terentang mengeluarkan kekuatan cherub-memurnikan pisau hitam yang siap menikam jantung kami.

Yuzuru POV

Sayup sampai aku bisa mendengar seruan Asami, terdengar putus asa di telingaku. Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri? Aku merasa tubuhku sangat ringan, dan entah bagaimana bisa tubuhku mengambang setinggi dua meter.

Perlahan, aku membuka mataku, memperhatikan sekitar. Hampir semua dari mereka tidak sadarkan diri. Yaoru lengannya mulai membiru, sepertinya ada racun di dalam tubuhnya. Satoshi, Rin dan Yoshio tidak sadarkan diri. Asami nanar memandang ke arah Sekai yang di ujung sana tertikam oleh enam buah pisau. Memang tidak menancap di organ vitalnya dan dia masih hidup. Tapi jika dibiarkan dia akan mati kehabisan darah. Kakakku ada di dalam cengkeraman Daidan. Lalu Daidan melemparkannya bersama puluhan pisau kegelapan yang siap mencabik tubuh semua orang yang ada di sini.

"Cherub!" Bisikku dan cahaya violet mengejar pisau-pisau itu lantas memurnikannya.

"Jangan sentuh mereka." Jawabku.
Dinding ruangan ini entah sejak kapan sudah hancur lebur, dan penuh arang, menegaskan ini telah terbakar. Kiara, dia mengalami luka yang cukup parah, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi ingatan yang baru saja kembali itu menegaskan bahwa dia pasti diserang oleh Yaoru.

Aku memperhatikan keadaan sejenak, Sekai dan Yaoru berjuang melawan kematian dan jika aku memurnikan pedang kegelapan yang menancap di tubuh Sekai, dia akan kehilangan banyak darah dan terancam kehilangan nyawanya. Aku harus berfikir cepat. Tapi mataku lebih dulu menangkap sesuatu yang janggal. Di sudut ruangan, Ayahku terperangkap segel sihir kuno yang mulai meluruh. penggunanya pasti tidak sadarkan diri dan aku rasa itu adalah Satoshi.

Tunggu! Apa aku tidak salah lihat? Itu Ayah? Tapi, kenapa Ayah terperangkap di sana? Maniknya menghitam, itu bukan manik Ayahku. Katana di tangannya itu, jangan bilang ayah ada dipihak Daidan. Aku benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini. Apa, Ayah kami masih hidup?

"Wahai, tampaknya keponakan manisku sudah bangun dari tidurnya. Sepertinya kau mengalami perubahan, manis." Daidan angkat bicara.

Tubuhku masih mengambang satu meter di atas tanah. Entah apa yang terjadi padaku, padahal aku tidak mengaktifkan sihir apapun. Dan seperti katanya, pakaianku berubah. Yang semula memakai baju tidur, entah sejak kapan menjadi gaun panjang bewarna putih dan di keningku terdapat sebuah tiara berbentuk bulan sabit yang kedua ujungnya menghadap langit-keatas. Rambut panjangku berkibar, bagian ujungnya bewarna crimson layaknya bara menyala. Sekujur tubuhku diselimuti cahaya beberapa saat.

"Semoga takdir memihakmu, wahai pemilik kekuatan." Bisikan halus dari gadis bergaun merah itu terngiang di telingaku. Aku memandang intens pada Daidan, tidak ada lagi ketakutan saat memandangnya.

"Sepertinya kau sudah berhasil menyatu dengan kekuatanmu. Wahai, padahal aku ingin kekuatanmu yang masih berada disegel itu, agar lebih mudah kujinakkan. Sayang sekali." Daidan berbicara dengan intonasi tenang.

"Kau apakan keluargaku?" Aku berseru suram.

"Oh, Hanya sedikit bersenang-senang dengan mereka." Ujarnya.

"Apa kau belum puas?" Aku bertanya--tersenyum getir. Tanganku sudah mengepal kuat. Aku mengumpulkan energi sihir di tangan kananku, memandang lurus kearah Daidan dan mengayunkan tangan ke arahnya secepat mungkin. Tanpa sadar, serangan itu berefek padanya, membuat Daidan terlempar sejauh tiga meter. Sejak kapan seranganku sekuat ini?

Tapi, semua yang ada di sini dalam kondisi buruk. Apa aku memiliki kemampuan untuk menyembuhkan mereka? Atau aku harus serius melawan daidan dan mengabaikan mereka sejenak? Belum selesai aku berfikir, Daidan sudah mengirim serangan ledakan api hitam kearahku. Membuatku menghindar sembari melindungi Asami yang masih nanar di belakangku.

"Wahai, kekuatan yang hebat. Telat sedetik saja, kau bisa membuatku terluka." Ujarnya.

"Sayangnya tujuanku adalah membunuhmu." Jawabku dingin.

"Wahai, lancang sekali. Yah, bagaimanapun beginilah dirimu. Kau sudah istimewa sejak lahir. Terlahir dengan dua jiwa yang keduanya menghimpun kekuatan besar. Sayang sekali harus terlahir di dunia rendahan ini." Ujarnya sok bijaksana.

"Jika aku terlahir di dunia kegelapan itu, lebih baik aku bunuh diri." Jawabku tenang.

"Jawaban yang bagus, tapi kau tidak perlu melakukan itu. Kau tahu, berapa orang yang sudah kau bunuh?" Tanya Daidan. Deg! Apa aku pernah membunuh orang?

"Sepertinya kau tidak tahu, Nona manis. Betapa kasihannya dirimu." Ujarnya.

"Tersembunyi dibalik topeng dengan wajah yang manis tapi nyatanya kau adalah mesin pembunuh." Tambah Daidan.

"Jangan dengarkan dia." Seruan seseorang membuatku tersentak. Siapa yang bicara?

"Abdimu, Peri waktu, Nako." Jawabnya.

***

Halo semuanya😆
Apa ada yg kangen ama Kiseki Academy ini?
Hehe... maaf banget buat para pembaca karena author up tidak menentu..😯😅
Buat kalian yg masih setia pantengin dan nungguin kelanjutan KsA ini, terimakasih banyak😄 jangan lupa tinggalin jejak ya😉

Jyaa ne
Love you all😊

KISEKI ACADEMYWhere stories live. Discover now