"Mmmm ... itu aku tidak tau Yah, tanyakan aja ke Bunda," balas Deeva.

"Bundamu sudah menyetujuinya, bahkan Bundamu juga turut andil memberi saran ke Ayah dan Om kamu, makanya Ayah mau tanya pendapat kamu."

Ada rasa sedih yang mengganjal dihati Deeva, dia takut jika kedua adiknya dirawat oleh wanita lain yang belum tentu bisa menyayangi mereka dengan tulus, apalagi sampai harus berjauhan lagi dengan mereka sedang dia sudah terbiasa menjaga dan merawat kedua adiknya juga tidur bersamanya, seolah hati Deeva tidak mengikhlaskan.

"Va ... kok bengong Nak?" tegur Ayahnya.

"Yah kalau Om Wira ingin menikah lagi Deeva sih gak keberatan, yang jalanin kan dia, tapi biarkan aku yang merawat anak-anaknya Pah," ucapnya memelas.

"Justru hanya ingin anaknya mendapatkan kasih sayang utuh dari Mama dan Papanya makanya Om kamu mau mencari pengganti Mama untuk mereka Nak," jelas Ayahnya.

Deeva semakin sedih mendengarnya, tapi apalah haknya pikirnya.

"Tapi belum tentu wanita itu bisa menyayangi mereka Yah, tolong beritahu Om Wira Yah biar aku saja yang menjaga dan merawat anaknya yah" sela Deeva.

"Tapi kan Om mu juga gak mau pisah dari anak-anaknya, sementara kalau sudah nikah dia membawa istrinya dan anak-anaknya ke rumahnya," pancing Ayahnya lagi.

"Yah, aku sudah terbiasa dekat dengan mereka, tidur bareng dengan mereka, bermain dengan mereka, aku gak bisa pisah dengan mereka, gak mungkin kan aku ikut tinggal bareng mereka, Yah ... tolong ngomong sama Om Wira, aku gak bisa pisah sama mereka berdua Yah," rengek Deeva sambil menahan air matanya yang sudah ingin tumpah.

"Jika kamu tidak ingin pisah dengan mereka bagaimana kalau kamu yang menjadi Mama buat mereka."

"Mmmaksud Ayah aku mengadopsi anak Om Wira untuk kujadikan anak?" tanya Deeva terkejut.

"Tidak dengan jalan Adopsi Deeva, Om kamu mana mungkin mau, Dia masih bisa merawat anak-anaknya sendiri dengan mencarikan Mama baru."

"Terus maksud Ayah apa?"

"Jadilah Mama mereka seolah kamu lah yang melahirkan mereka, menikahlah dengan Wira."

Deg ... deg ... deg ... Jeduarr.

Deeva auto speechless, dadanya bergemuruh seakan ingin meledakkan sesuatu, pikirannya berkecamuk, hatinya seolah teriris-iris.

"Bagaimana mungkin," batinnya.

"Va ... anggap saja ini permintaan terakhir Ayah Nak, Bundamu juga menginginkan seperti ini, dia tidak mau Raif dan Alayya di rawat oleh orang lain, dan Bundamu sudah melihat betapa besarnya kasih sayangmu kepada mereka. Va ...  hanya kamulah yang pantas menjadi Mama mereka, menikahlah dengan Mahawira Adyatama Nak," Pinta Ayahnya

Deeva tetap saja terdiam membisu mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Ayahnya. Sungguh sangat sulit baginya mencerna semuanya.

"Apakah ini yang terbaik? sepertinya aku tidak sanggup, apakah aku harus menghindari? tapi kemana? Apakah aku harus melawan kehendak kedua orang tuaku dan melawan takdirku?"

"Dalam setiap sujudku aku selalu meminta kepada Rabbku yang terbaik untukku, dan apakah ini jawaban dari doa-doaku apakah ini yang terbaik?" Batin Deeva.

Deeva terpaku duduk mematung saat Ayahnya mengungkapkan keinginannya yang di luar nalarnya. Apakah Ayahnya tidak lagi menyayanginya, pikirnya.

Apakah Ayahnya tidak mengerti dan tidak mau tau perasaannya, menangis pun tidak ada gunanya, berpikir bahwa Ayahnya sudah tidak waras lagi.

BUKAN SALAH JODOH **END**Where stories live. Discover now