Bab 1 "Kecewa"

13 0 0
                                    

Sore ini aku berada di taman dekat kampus. Tidak ada sudut kampusku yang tidak menenangkan. Semuanya asri, hijau dan bersih tanpa sampah. Beberapa kursi mengisi taman dengan alas rumput dan bebatuan setapak. Rindang pepohonan mengisi setiap sisi taman semakin mendukung suasana menjadi nyaman dan sejuk. Apalagi langit mendung sejak beberapa jam lalu dan sampai sekarang masih belum menjatuhkan airnya.

Aku tidak sendiri duduk di sini. Tapi, bersama dia. Kami terjebak seperti sedang memerankan model video clip lagu lawas karya Jamrud, pelangi dimatamu. Mungkin jika diputar liriknya akan semakin memperkeruh kegelisahan. Sudah beberapa menit berlalu kami saling diam. Tidak beretegur sapa dan bahkan sering melempar muka. Iya, sesekali aku melihatnya sedang menatapku lalu kembali mengalihkan perhatiannya.

Kami tidak duduk di kursi taman, melainkan lebih memilih lesehan di atas rumput hijau yang empuk dan terasa nyaman, tapi tidak dengan suasana hati kami. Aku gelisah menunggu Andre, diapun gelisah entah seberapa sulit tatanan kalimat yang sedang disusun sampai - sampai berulang kali bergerak mencari kenyamanan. Dari mulai duduk bersila, memegang lutut, membolak balikkan handphone hingga akhirnya menjatuhkan punggungnya di atas rerumputan dengan kedua tangan sebagai penyangga.

"Aku udah punya pacar, De."

Akhirnya kalimat itu membuka pertemuan aku dan Andre sore ini. Kalimat itu jelas dan singkat. Kalimat yang mungkin sudah ingin Andre ucapkan, namun tidak benar-benar ingin aku mendengarnya. Kalimat itu sederhana, bahkan amat sederhana jika bukan Andre yang mengatakannya. Dan akan menjadi kalimat yang biasa saja jika Andre mengatakannya dulu, sebelum terjadi apa-apa diantara kita.

Mungkin aku salah. Kita memang tidak ada apa-apa, dulu maupun sekarang. Tapi sudah tiga bulan berlalu aku merasa cukup dekat dengan dia. Dengan segala tindakan dan perlakuan manis yang terbungkus pertemanan, aku tidak menyadari ternyata aku salah. Aku merasa teristimewakan, menerima perhatian tanpa tau yang memberi perhatian sedang berusaha menjaga hati yang sedang dikhianati.

Jadi pantas bukan jika kalimat itu membuatku kecewa, pantas kan jika aku merasa marah, dan pantas bukan jika aku mengatakan kalimat itu membuatku terluka. Aku tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan raut kecewaku. Sementara Andre terus menceritakan bagaimana kisahnya berawal sampai sekarang.

Konyol memang. Mereka sudah tiga tahun berjalan dan kita baru bertemu tiga bulan. Waktu yang sebentar itu seperti jebakan. Sebagai sesame wanita aku merasa salah dengan perasaan ini.Tapi apakah harus menyalahkan diriku sendiri sedangkan aku saja tidak bisa mengendalikan kemana hatiku akan berlabuh.

Andre terus melanjutkan ceritanya, sedangkan aku hanya menunduk dan sesekali mengangguk.

"Kamu gapapa?" Kata Andre menyadari aku yang hanya terdiam.

"Ah, enggak." Aku menggeleng.

Aku marah, tapi tidak untuk aku tunjukkan. Aku kecewa bukan berarti dia harus tau lukaku. Sebisa mungkin aku tetap tersenyum meskipun tipis. Aku menatap mata Andre. Manik itu menenangkan. Masih sama sejak awal kita bertemu. Dari manik itu aku tau tidak ada kebohongan atau kekhawatirkan apapun di sana. Dan itu artinya memang hanya aku yang menaruh harapan kepadanya.

"Kapan-kapan kenalin". Kataku pelan setelah mendapati fakta bahwa level kecewaku sudah semakin meningkat.

"Ngapain?"

"Ya pingin kenal aja. Dia pasti cantik ya?" kataku lalu mengalihkan pandangan darinya.

"Dia emang cantik."

Andre diam sejenak,menjeda kalimatnya sambil tersenyum menatapku dan meraih daguku agar beralih menatapnya.

"Cantik banget malah, tapi kamu lebih manis. Dan aku sukanya yang manis."

Ucap Andre sebelum akhirnya berdiri menggenggam tanganku dan menarik agar berlari mengikutinya untuk menghindari gerimis.


cerita ini berasal dari cerita sebelumnya yang saya rubah nama tokoh, judul dan sedikit alur ceritanya.

semoga suka.

SelectieWhere stories live. Discover now