Part 5 + Pengumuman

Start from the beginning
                                        

"Dokter langsung saja ke kamar Isya. Im tolong temani nggeh." titah kyai Hasan." Enggeh bah. Monggo dokter dilantai dua." Ia membiarkan dokter itu berjalan mendahuluinya dengan terburu buru.

"Assalamualaikum gus,umik." Salam Hanifah." Waalaikumsalam Fah, tolong dipriksa nggeh." Wajah Nyai Zahra begitu khawatir. "Enggeh umik, njenengan  tenang dulu. Insyaallah Ning Isya baik baik saja." Hanifah mendekat ke ranjang Isya, perlahan ia memeriksa kondisi Isya yang masih tergulai lemas.

"Mmm semuanya tenang dulu nggeh Ning Nafisya baik baik saja, mungkin cuma kecapekan atau kurang minum. Tekanan darahnya lumayan rendah,yang menyebabkan Ning Nafisya pingsan. Saya akan memberi obat, setelah ini Ning Nafisya akan segera siuman gus, umik." Jelas Hanifah, semua nampak sedikit tenang.

"Ya sudah, terima kasih nggeh Hanifah sudah meriksa Isya." Tutur Nyai Zahra. "Enggeh umik, sudah tugas saya sebagai dokter untuk memeriksa pasien saya. Lagi pula Ning Nafisya dan umik sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri." Senyum Hanifah mengembang.

"Injeh Fah, umik tau kamu memang dokter yang baik." Kekeh Nyai Zahra." Enggeh umik, terima kasih. Saya kembali ke klinik dulu nggeh mik." Ia membereskan peralatannya dan memasukkan ke dalam tas.

"Enggeh Fah." Hanifah bangkit dari duduknya, "Saya pamit mik, Assalamualaikum." Salamnya. "Waalaikumsalam." Jawab semua yang ada disana.

"Mal ajak semuanya, sholat ashar di mushallah belakang nggeh sudah jam segini. Umik mau temani adekmu dulu." Titah nyai Zahra yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

"Injeh mik, monggo Im." Iim segera menuruti ajakan Akmal. "Enggeh bang, mik pareng nggeh. Assalamualaikum.", "enggeh gus, waalaikumsalam." Kedua gus muda itu segera turun untuk melaksanakan sholat ashar.

"Makasih nggeh Im sudah bantu Isya. Maaf kalau merepotkan kamu." Senyum Ibrahim bersemi. "Enggeh bang, santai aja. Sampean ini kayak sama siapa aja."

"Kamu jangan kaget yah kalau kelakuannya Isya itu kayak gitu, kamu tau lah gimana tadi dia kalau ngomong sama kelakuannya yang petakilan banget. Semua orang bilang dia tomboy lah cuek lah, tapi dia selalu marah kalau dibilangin gitu. Padahal emang nyatanya gitu. " Jelas Akmal panjang lebar, Ibrahim hanya tertawa renyah mendengar perkataan Akmal.

"Hahahah iya bang, Iim tau. Orang tadi aja aku habis dimarahin sama adiknya sampean itu." Kekeh Ibrahim. "Masyaallah anak itu ngawur emang. Bisa bisanya dia marahin kamu,emang kapan dimarahinnya Im ?" Ibrahim menggaruk tengkuknya.

"Tadi bang, waktu aku jalan jalan. Eh dia nya salah paham sama aku. Ning Nafisya mikirnya aku santri putra yang nyelonong masuk tanpa izin, soalnya aku kan kelilingnya sendirian. Tiba tiba dianya marah marah ke aku sambil wajahnya itu loh, ndak ada ekspresinya sama sekali." Akmal tertawa lepas mendengar kelakuan adik kecilnya itu.

"Oalah pantes aja tadi Isya kok kayak kaget banget ngeliat kamu. Terus dia udah minta maaf apa belum sama kamu ?." Tanya Akmal yang hanya bisa geleng geleng kepala." Alhadulillah sudah tadi bang ." Jawab Ibrahim.

"Yasudah kalau gitu, maafin yah Im anak itu emang selalu bikin geleng geleng kepala sama kelakuannya." Ucap Akmal seraya menepuk jidatnya pelan. "Iya bang ndak papa."

Akhirnya mereka pun melaksanakan sholat ashar berjamaah di mushallah yang berada di belakang ndalem. Semua nampak masih serius dalam doa, entah mengapa fikiran Ibrahim hanya tertuju pada nama Isya. Ia benar benar khawatir dengan kondisi Isya yang sampai kini masih belum sadar.

'Ya allah engkau maha pemberi kesembuhan juga kesehatan, maka sembuhkanlah ning Nafisya, berikan ia kesehatan. Semoga ia cepat siuman, hamba tak tega melihatnya seperti itu ya allah. Jauhkan penyakit penyakit dari dirinya.  Aamiin ya robbal aalamiin' doanya dalam hati dengan sepenuh ketulusan. Entah sejak kapan ia mulai nyaman dengan Isya.

"Assalamualaikum semua huhh... huhh..., anu itu.." Rofah menggantungkan kalimatnya. Nafasnya tersengal sengal karna berlari menuruni tangga. "Nduk, pelan pelan kalau ngomong itu. Tenang dulu nduk." Rofah perlahan mengatur nafasnya. "Kenapa toh Fah. Ayo tenang dulu." Titah Kyai Sulaiman.

"Anu mah, mbak Isya udah siuman barusan." Ucap Isya. Semua yang ada di mushallah langsung mengucapkan hamdalah secara bersamaan. Ibrahim benar benar merasa lega mendengar kabar tersebut. "Ummah monggo ke kamarnya mbak Isya" ajak Rofah.

"Enggeh nduk ayo."ucap nyai Asyifa penuh semangat. Semua orang nampak begitu bahagia dengan keadaan Isya.

Tbc .

Hay hay readers budiman, maaf yah kalau makin kesini makin gak jelas banget dan makin amburadul 😦.

Disini author amatiran ini mau pamit ke kalian guys, karna liburan aku udah abis. Jadi sekarang waktunya kembali ke pondok 😢😢. Maaf yah kalau banyak typo dan kesalahan kesalahan. Maaf juga kalau gantung ceritanya, karna emang waktunya mepet bangett.

Makasih juga buat yang udah baca cerita karyaku ini. Jumpa akhir tahun nanti guys. Mohon doanya yah 😭. Semoga author lancar waktu disana, ilmunya barokah, aamiin 😊. Bye bye readers budiman.

Salam hangat author amatiran guys...
❤ ❤ ❤

Wassalamualaikum wr wb
 

Syafina aulia.
 
Instagram,@this._.syaltri

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Antara Rasa dan JarakWhere stories live. Discover now