Sedangkan suasana di ndalem sedang kebingungan lantaran Isya dan Rofah yang mendadak tidak ada di sana.
"Mal kemana ini adikmu sama ning Rofah, kok tiba tiba ndak ada" tutur umik risau. "Umik tenang dulu, Isya nggak bakal pergi jauh kok. Mobil masih di garasi, ndak ada yang keluar. Akmal cari ke asrama putri dulu yah mik. Semuanya tenang dulu nggeh." Akmal berusaha menenangkan umik serta semua orang yang ada disana .
"Udah mah, nyai tenang dulu nggeh. Insyaallah nggak bakal terjadi apa apa " imbuh Ibrahim. Entah mengapa ia malah merisaukan keadaan Isya. "Bang saya bantu cari nggeh." Ucap Akmal. "Ayo Im, kamu cari ke sekitar lapangan sama area sekitar aula nggeh" ajak Akmal yang di balas anggukan mantap Ibrahim.
Kedua gus muda itu langsung bergerak mencari keberadaan Isya dan Rofah. Semua orang nampak risau. "Bah, gimana ini bah" tanya nyai Zahra pada kyai Hasan. "Sampun mik, insyaallah semua baik baik saja. Mereka pasti nggak akan jauh jauh. Pangapunten nggeh kyai nyai ,kyai sudah membuat risau." Kyai Sulaiman tersenyum penuh sahaja," Ndak papa, saya yakin semua akan baik baik saja." Tutur Kyai Sulaiman. "Enggeh mbak, berdoa saja nggeh." Imbuh Nyai Asyifa.
"Mau cari kemana ini, Ya allah semoga semua baik baik saja. Lindungi gadis es Ya allah, eh kok dia sih. Tapi kenapa perasaanku ndak enak gini." Monolog Ibrahim seraya menyusuri lapangan pesantren yang luasnya subhanallah ini.
Perlahan terdengar lirih suara isakan seorang gadis, tunggu nggak mungkin ada dedemit siang bolong gini kan apalagi ini pesantren. "Aduh, jangan mikir aneh aneh napa Im" runtuk Ibrahim dalam hati. Semakin ia mendekat ke arah belakang aula suara itu semakin terdengar jelas.
Ternyata suara itu berasal dari sebuah gazebo belakang aula . Benar saja dugaaan Ibrahim,suara itu adalah suara milik Rofah, adik kesayanganya. Bodohnya ia karna tak mengenali suara adiknya sendiri.
"Ya allah dek, kenapa kamu disini. Loh Ning Isya kenapa bisa pingsan dek" ucap Ibrahim khawatir. "Mas Iim ,alhamdulillah akhirnya sampean datang hiks.. hiks.. tolongin Mbak Isya mas, Mbak Isya tiba tiba pingsan disini hiks hiks." Ibrahim benar benar tak tega melihat gadis es itu tergulai lemah karna pingsan.
"Terus mas harus gimana dek. Masak mas harus gendong, kami bukan muhrim dek." Ia benar benar bingung. "Udahlah mas hiks.. hiks.. Allah tau maksud mas baik. Buruan keburu makin parah ini" paksa Rofah yang tak tega melihat Isya pingsan.
"Aduh jangan nangis dong dek. Makin pusing mas ini." Ibrahim menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Eh, loh mas jangan pusing nanti kalau mas ikut pingsan yang repot aku. Buruan jangan kebanyakan mikir kenapa sih mas." Akmal benar benar bingung sekarang.
'Ya allah engkau tau kan apa maksud hamba' batinnya. "Ya allah mas, malah ngelamun sih. Buruan kasian Mbak Isyanya." Karna tak tega melihat kondisi Isya, ia terpaksa membopongnya menuju ndalem.
"Bismillah" ucapnya seraya mengangkat tubuh lemas Isya. "Ayo mas buruan." Ibrahim mempercepat langkahnya. 'Sabar yah gadis es, aku yakin kamu kuat.' Ibrahim menatap lekat lekat wajah pucat Isya, sedangkan Rofah hampir berlari karna langkah Ibrahim yang cepat sekali.
Tak berapa lama mereka sampai di ndalem dengan selamat. "Assalamualaikum" salam mereka di ambang pintu. "Ya allah Gus ini Isya kenapa?" Tanya nyai Zahra khawatir. "Saya ndak tau nyai lebih baik kita bawa ke kamar saja." Ibrahim langsung membawanya menuju kamar Isya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Rasa dan Jarak
Fiksi RemajaKarya pertama jadi agak gaje. maapken kalo banyak typo. Hanya sebuah kegabutan penulis.Cerita ini hanya fiksi tidak bermaksud menyinggu siapa pun.Jadi,mohon maaf bila ada kesamaan nama atau apa pun. Maaf bila aku telah menggantungkanmu begitu saja,n...
Part 5 + Pengumuman
Mulai dari awal
