02 | p e n g e n a l a n

Start from the beginning
                                    

"HEH APA-APAAN INI!"

Suara melengking yang berasal dari arah Barat membuat ketiganya menoleh bersamaan. Di sana, cewek dengan atribut yang samaㅡtapi acak-acakanㅡkelihatan marah kala melihat Hyunjin dipermainkan oleh Jaemin dan Jeno.

"Hwang... lo gak apa-apa?" Cewek itu menangkupkan rahang Hwang Hyunjin sampai kepala cowok itu terangkat. "Lo berdua, apa-apaan ganggu Hwang?!" Pertanyaan itu jelas tertuju pada kedua cowok pemilik cilor.

Mereka cek-cok di bawah pohon itu, hanya karena salah paham. Tapi, ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit keempatnya langsung bubar. Karena itu berarti mereka sudah meninggalkan acara selama dua puluh menit, selama itu.



"Mereka kembar, ya?" Jeno bertanya, menatap sepasang cewek dan cowok yang mereka temui tadi itu dari jendela kelas. "Nama mereka berdua sama-sama Hyunjin kan?

Jaemin bergeming. Kelihatannya ia masih pusing memikirkan hubungan Hwang dan Kim yang katanya cuma tetangga itu. Aneh. Pasalnya, tak mungkin tetangga bisa sedekat itu, apalagi mereka notabene adalah cowok dan cewekㅡharusnya ada batasan.

Kini mereka berdua, juga semua siswa kelas sepuluh SMA Bandung 20 itu sudah diizinkan masuk ke kelas masing-masing. Tentu saja, kelas jadi ramainya minta ampun meski beberapa siswa lebih memilih untuk berada di luar kelas.

Jaemin beralih duduk di bangku milik Jeno, karena penunggunya sedang izin untuk mengobrol dengan seseorang. Ia menatap duo Kim dan Hwang yang kini berdiri di dekat peti kemas besar yang kelihatan... hangus? Hei, mengapa Jaemin baru menyadarinya?

Cowok dengan poni lepek itu makin gencar mengintip keduanya ketika sudah sampai di depan benda persegi panjang besar itu. Keduanya melangkah, menyentuh peti gosong itu sampai ....

"AAARGH!"

Jaemin menjauhkan wajah dari bingkai jendela kelas. Dadanya bergemuruh, melihat pemandangan menakutkan yang ditampakkan langsung ke mata. Anehnya, penghuni seisi kelas tak ada yang sadar selain dirinya. Apakah suaranya tak kedengaran? Tidak mungkin.

"Lee Jeno!" teriak Jaemin, memanggil sahabatnya itu untuk berbagi penglihatan.

Jeno menoleh, datang dengan seorang siswi cantik asing. Alhasil Jaemin tak jadi bercerita, karena ia tak mau berbagi pada sosok asing.

Nanti saja, setelah perempuan ini pergi. Jaemin membatin.

***

"Kim Hyunjin dan Hwang Hyunjin. Dua orang yang ngaku katanya tetanggaanㅡpadahal enggak."

Jaemin mendelik. "Maksud lo?"

Jeon Heejin. Cewek yang mengacaukan rencananya itu tertawa. "Maaf kalo gue lancang. Tapi, kayaknya lo tahu sesuatu ya?"

Cowok yang diajak bicara itu mendelik. "Dih." Sepertinya ia jadi ilfeel pada Heejin yang sok tahu. Padahal Na Jaemin yang biasa bukan tipe cowok dingin seperti ini.

"Gue juga tau sesuatu kok."

"Hah?"

"Iya, gue bahkan tau semua. Gue temen satu sekolah mereka sebelumnya." Heejin duduk di sebelah Jaemin setelah melirik pada Jeno yang masih asyik dengan teman cowoknya yang lain. "Lo mau tau sesuatu?"

Belum sempat Jaemin bertanya, sosok yang akan dibicarakan Heejin muncul di ambang pintu. Kim Hyunjin, wajahnya pucat kala melihat Heejin yang sedang tersenyum manis sambil menyapanya.

"Lo kok ada di sini?!" Kim bertanya, tapi lebih terdengar seperti membentak. Setelah itu, Hwang datang dengan wajah pucatnya juga.

"Kan gue sekelas sama lo, Kim Hyunjin." Heejin menjawab dengan tenang, tak seperti Kim yang terlihat seperti orang kesetanan. "Oh ya, Kim, Hwang. Kok muka kalian pucet banget, oh habis nekat lagi ya."

Kim dan Hwang menggeram. Jelas-jelas Heejin sedang menyindir mereka.

Sementara itu, Jaemin, Jeno, dan siswa lain yang ada di kelas itu hanya bisa menyimak dalam diam. Tapi, mereka tau pasti ada masalah di antara dua kubu itu.










***

btw kalo kalian belum tau peti kemas itu kayak gimana,
gini ya penampakannya

itu yang putih sama biru bukan yang kuningg

20:00 [✔]Where stories live. Discover now