22//

2.3K 250 153
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya~

Jangan lupa follow @silxcx_ sebab di sana sering spoiler tentang work2 yang lain.

--

Mungkin sepanjang umur Kyei, pagi ini adalah pagi terburuk untuknya. Pagi yang ia harapkan tidak pernah akan ada. Maunya tidur saja sepanjang hari tanpa harus repot-repot menyiapkan sarapan atau sekedar membersihkan apartemen. Sekiranya itu adalah angan-angan pahit yang harus ditendang jauh-jauh.

Mungkin kalau Kyei memang tinggal sendiri, ia akan senang hati mengurung diri di dalam kamar. Melakukan pekerjaannya melalui via telepon atau mengunyah permen karet sembari menuangkan ide-ide untuk naskah selanjutnya. Tapi, mengingat ia tinggal bersama Bima, Kyei harus dengan berat hati bangun dari kasur empuknya dan berjalan keluar kamar. Sebenarnya tidak masalah juga, sih. Tapi, pribadi yang semalam menginap di apartemennya itu benar-benar membuat Kyei ingin mengumpat kecil.

Kyei menendang kecil pintu kamarnya sembari menyibukkan diri mengikat rambutnya. Menghiraukan seorang laki-laki yang kini menikmati secangkir minuman di ruang tengah. Kesal bukan main. Demi Tuhan, Kyei yakin hari ini ia benar-benar akan menjalani hari dengan buruk. Lihat saja, laki-laki itu sudah seperti tinggal di rumahnya sendiri. Memang,  ya, bajingan itu suka seenaknya. Kyei tidak bisa menyanggah gagasan itu.

Raga mendengar pintu yang tertutup seiring dengan suara dari perkakas dapur. Laki-laki menyesap sedikit kopi panasnya lalu menoleh ke arah dapur. Sesuai dugaannya itu adalah Kyei. Ah, gadis itu. Raga tidak tahu harus berkata apa jika diminta menjelaskan bagaimana hubungannya dengan Kyei. Hancur sekali sampai ia ingin mati saja rasanya. Baiklah, memang terdengar sangat berlebihan. Tapi, setidaknya begitu perumpamaannya.

Suara dentingan dua mangkuk sereal menarik perhatian Raga, ia sedikit meninggikan lehernya. "Kau membuatkan sarapan untukku?" tanyanya.

Wah, demi Tuhan. Kalau Kyei diperbolehkan untuk muntah sekarang, maka Kyei akan dengan senang hati melakukannya. Memangnya siapa sih Raga itu sampai Kyei mau membuatkannya sarapan? Percaya diri sekali. Tidak sudi sekali.

"Percaya dirimu cukup tinggi," sahut Kyei malas-malasan. Tidak berniat sekali paginya ini disambut dengan perbicangan kecil. Buang-buang waktu.

Raga meletakkan cangkir kopinya. "Untuk Bima? Adikmu itu sudah pergi kuliah."

Gerakan Kyei yang ingin menuangkan sereal pada mangkuk kedua langsung terhenti. Ia melirik Raga tidak percaya. Menghela napas, Kyei memindahkan sedikit sereal yang berjatuhan di mangkuk kedua itu ke dalam mangkuknya. Menyimpan mangkuk itu ke rak di sebelahnya lalu berjalan menuju kamar Bima. Mengetuk pintu berwarna coklat yang menjulang tinggi di depannya itu dengan singkat. Dirasa tidak ada jawaban, Kyei memutar ganggang pintu tersebut.

Kosong melompong dengan kondisi kamar yang benar-benar berantakan. Entah perang dunia ke berapa yang terjadi semalam hingga setengah dari selimut milik Bima sudah menggantung indah di jendela. Sungguh, Kyei jadi malu sendiri membayangkan jika melihat sebuah selimut yang menggantung di lantai delapan sebuah apartemen. Menghela napas Kyei berjalan meraih selimut itu.

Kyei meletakkan selimut berwarna putih itu pada ujung kasur. Ia menarik kain pada setiap sudut kasur hingga meregang tanpa kerutan. Menyusun dua buah bantal kepala dan sebuah guling. Tepat saat ia ingin melempar baju kaus Bima ke keranjang kain kotor, pintu kamar terbuka lebar. Raga—dengan raut datarnya menatap Kyei.

"Kau benar-benar tidak percaya padaku?" tanya laki-laki itu.

Manik coklat Kyei melirik singkat. Enggan sekali menjawab dan menfokuskan diri pada lemari Bima yang benar-benar kacau. Kini Kyei benar-benar percaya kalau tadi malam sudah terjadi perang dunia.

ROUND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang