Ingatan 11.

Mulai dari awal
                                    

"Sudah resmi."

Maksudnya,

perceraiannya dengan Nyokap.

"Percuma Melani tidak mau datang ke pengadilan. Urusan ini sudah terlalu berlarut-larut dan thanks to your brother, he never dissapoints."

Dion yang ngurus perceraian Bokap dan Nyokap?

Mereka memang udah lama pisah, tapi mereka gak pernah benar-benar resmi bercerai secara tertulis. Urusan harta yang berlarut-larut, belum lagi keluarga Bokap yang ribet dan menentang keputusan Bokap yang seenaknya, dan tentunya Nyokap yang gak pernah mau dateng ke satu sidang pun sejak bertahun-tahun lalu dan malah ikut Dion ke London.

Terus tujuannya dia tunjukin gue surat ini apa?

Lagi, gue terlalu takut untuk mengatakan itu langsung.

"Rumah sudah sepenuhnya untuk kamu."

Seharusnya ini kabar bagus, tapi gue merasa ada yang ganjal dan salah.

"Saya sudah tidak ada keinginan untuk jual rumah itu lagi meskipun sudah resmi bercerai sama Melani. Jadi kamu bisa tanda tangani surat pengambilan rumah."

Mungkin cuma Bokap yang bisa seolah-olah bagi warisan begini di saat dia belum tau kapan mati.

"Saya akan tinggal di sini, mungkin akan pindah, tapi masih belum punya rencana..," dan sanbil mengelap mulutnya usai makan, Bokap berkata, "And I am going to get married."

Gue harap, gue punya keberanian yang lebih dari ini.

Gue selalu bisa meluapkan amarah gue pada orang lain. Saat di kampus dulu hampir semua orang menghindari gue karena takut terintimidasi. Gue berteriak ketika gue dada gue udah jadi sesak begini, dan gue marah jika gue ingin.

Tapi setiap Bokap yanh ada di hadapan gue, gue selalu mengingat bagaimana jemari kuat dengan cincin berwarna silver di jari tengahnya itu dengan keras menampar wajah gue. Gue ingat dengan jelas bagaimana suaranya membahana memaki gue tanpa sungkan sekalipun itu di depan orang banyak. Gue takut melihat ban pinggang kulit yang dia kenakan. Gue takut melihat asbak beling berwarna bening yang sewaktu-waktu bisa dia lemparkan ke wajah gue untuk menunjukan kesal.

Dan semua itu membuat gue bungkam.

Menyimpan sekian banyak pertanyaan yang gue punya.

Menyimpan sekian protes yang gue punya.

"Kamu tidak punya pertanyaan?" tapi Bokap bertanya, dengan tenang, sehingga gue dengan hati-hati membuka mulut -meskipun tangan gue masih gemetar.

"Kenapa..... Berubah pikiran, Pa?"

Biar gue kasih tau,

Yang bikin gue gak ingin orang tua gue bercerai secara resmi meskipun mereka udah lama pisah adalah karena rumah itu.

Rumah kita.

Karena Bokap berniat menjualnya dan menyuruh gue tinggal di tempat lain. Dia benci banget sama rumah itu dan selalu merasa rumah itu adalah penyebab semua kesialan di hidupnya, sementara gue mohon-mohon untuk terserah...

Terserah dia sama Nyokap mau gimana asal rumah ini tetep jadi milik kita.

Sekalipun sekian tahun lewat, dan rumah itu gak menjadi milik kita sama sekali. Melainkan hanya milik gue.

"Menurut kamu apa?" mungkin ini yang bikin Bokap lebih suka ngobrol sama Dion. Mereka sama, selalu kasih pertanyaan ketika dapat pertanyaan.

Diamnya gue jadi hal yang paling Bokap gak suka. Karena tandanya gue gak bisa mikir.

Layak DiingatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang