one-third// axis of everything

85 7 0
                                        

Kita, dua dari mereka anak-anak serigala yang gemar mengeruk-ngeruk rucita tenggelam dalam kendi gamangnya adolesens; yang terhakimi yuridis selalu merengek untuk disuapi suar-suar indurasmi di balik lambai-lambai mengejek karena mereka dapat berpesta bertukar mantik yang terpelatuk dayuh karena pada akhirnya itu hanya angan yang kontradiktif dengan reglemen universum-sementara kita terundang hadir untuk cabuti rumput teki di bawah mereka sendiri; yang dengan sejujur-jujurnya, kita cukup serakah akan semua. Kita mengerang cuati kuku-kuku tajam dan berebut tajussalatin agar dapat mencekau maturitas, menyandang jumawa dan menekuklututkan mereka. Tapi realitanya, kita berdua tak ubahnya anak-anak omong kosong yang tergantung di bibir halimun. Kita bersaudara dengan mereka. Kita terikat linimasa.

Namun, kita berdua. Surai coklatmu weharima dengan kulit putih susu yang terpias afsun ekor kuning kunang-kunang sudah serupa kopi mocca. Dunia berubah kaotis. Kau hadirkan limbung ditungkai-tungkai tebal ini sebagai manifestasi bimbangnya neraca antara menyujudi egoku atau menelisik runtutan manuskrip di netramu. Kau tak lebih baik dari tepi telaga becek terendam mala karena itulah kau di sampingku, namun kau lebih berwarna. Terlukis iridesen yang tak menampik belaian kasih sang tuan hingga ke dalam-dalam saat ceri mu bertutur, Jin, kamu gak sendiri. Lalu setelah itu buram. Kita mengayunkan kaki sambil menikmati pesta lakuna dengan jari tangan mengusap segelas anggur merah.

Aku pikir temukan embun di sahara, ku kira jadi Rapunzel yang berhasil keluar dari hotel prodeo, dan ku sangka aku dapat arkein dari kolonial imperialis untuk jumpai kemerdekaan yang abadi; karena setelah tuturmu yang sesubtil selimut angsa, kita selalu beriringan menuju renjana eksoneret. Kau selalu suguhkan kopi hangat berjejer dengan orang-orang bermasalah di surat kabar seakan menggiringku menuju pergelaran komedi konyol, atau kau ubah pribadi serat kasar menjadi sehalus urat nadi. Kau manjakan aku.

Hingga di kolong langit seperti saat ku mengulang kita di hari ini, kau katakan, aku akan selalu di sisimu hyunjin, asal... Ku tilik gurat taksamu dengan kuriositas setinggi langit tumbuh lalu mendengar, asal kamu paham apa maksudku.

Dan setelah ku tepis bias buruk di tempurung yang selalu kau pijat ini lalu mengangguk samar, di beberapa jam swastamita selesai dengan catatan hutang-hutang setelah hari itu, kau selalu pergi meski sempat sisihkan waktu untuk mengecup keningku, lewat surat merah mudamu.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jul 07, 2020 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

the empty bridgeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora