2

33 1 0
                                    

Setibanya dirumah kemarin, Nathara mendapat amukan dari mamanya. Tidak terkejut karena bisanya memang begitu. Ia masih ingat kata mamanya, "Nath, kamu itu udah gede...jangan kaya bocah gitu ah. Udah gitu pake acara maling mangga orang. Ya ampun, mama udah gak tau lagi mau ngomong apa sama kamu!"

Dan setelah itu Nathara sama sekali tidak mengubrisnya. Ia asik menghabiskan mangga yang dipetik Ellan untuknya dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

Pagi ini ia sudah bersiap. Tentu saja ia tak akan lupa dengan janjinya. Nathara berjalan menuju jendela. Kamarnya dan Ellan saling berhadapan, entahlah ia sendiri tidak mengerti itu kebetulan atau tidak.

Nathara membuka jendelannya lebar-lebar lalu menghirup nafas dalam-dalam. "DEL! ADEL! ADELL! BANGUNN!!"

Tiba-tiba jendela disebrang terbuka, menampakkan tubuh laki-laki setengah telanjang dengan muka masamnya. "Bisa gak lo gak usah teriak-teriak? Terus panggil nama gue..rese lo!"

Nathara tanpa rasa bersalah hanya menaikkan alisnya bingung, "Oh..kan nama lo Adel, gue salah dimana?" Pancing Nathara, ia memang suka mengerjai Ellan di pagi hari seperti ini.

Ellan memutar matanya, ia malas meladeni gadis itu. Ia lalu melanjutkan kegiatannya tadi, berganti pakaian. Nathara yang melihatnya hanya menguap bosan. Ya, sudah bertahun-tahun dia melihat penampakan seperti itu. Dan baginya sama sekali tidak keren. Ia selalu bertanya-tanya bagaimana gadis-gadis di sekolahannya menjerit saat melihat Ellan berganti seragam saat olahraga. Ouhh, mungkin ini yang tidak bisa dipahaminya.

"Ngapain lo bengong? Jangan-jangan lo mulai tertarik sama gue?" Ellan menatap waspada pada sahabatnya itu.

"Amit-amit dah..iyuhh, gue heran bagian tubuh lo yang mana yang buat anak-anak pada histeris. Perasaan biasa-biasa aja." Nathara yang selesai menyisir rambutnya segera menutup kembali jendelannya.

"Oi..gue tunggu dibawah, 10 menit harus udah di depan!" Tambah Nathara, Ellan hanya mengangguk juga menutup jendelanya.

Seperti yang Nathara suruh tadi, Ellan sudah stand by didepan gerbang rumahnya. "Oh mama aku berangkat dulu yaa!!" Ucap Nathara dari balik pintu.

"Eh, tante mana?" Nathara clingak-clinguk menatap kesekeliling rumah Ellan. Biasanya Tante Ily mengantar putra bungsunya itu sampai gerbang. Lalu tak lupa memberi uang saku pada Nathara.

"Jangan harap lo dapet duit dari mama gue!" Ellan menatap kearah Nathara, seperti bisa membaca isi otaknya.

"Hehe..gak..cuma..takutnya tante lagi sakit." Nathara mencari alasan.

"Mama baik-baik aja. Didalam sama papa. Udah ah!" Ellan menghidupkan motornya dan memakai helm.

"Gue aja yang bawa lo bonceng!" Pinta Nathara dengan memelas. Ellan baru menyadari bahwa gadis itu memakai baju yang sama dengannya.

"Kenapa gak pake seragam?" Tanya Ellan. Nathara memutar matanya, apa laki-laki itu buta. "Ini seragam!"

"Maksud gue kenapa lo pake seragam olahraga?" Nathara hanya mengendikan bahunya. Ia lebih nyaman memakai celana daripada rok.

"Lan..turun pliss!!" Nathara masih bersikukuh. Ellan menggeleng ribuan kali. Ia tidak mau berakhir seperti dua bulan lalu, saat Nathara membawa motornya dan melaju kencang dijalanan padat. Alhasil mereka berdua jatuh tersungkur di tepi jalan.

"Gue gak kebut-kebutan. Janji!! Ellan kan cowok baik. Yakan?" Ellan memucat dan Nathara tersenyum penuh kemenangan. Yah dia berhasil membuat laki-laki itu luluh. Tidak lebih tepatnya ketakutan.

Yah, cara paling efektif yang dapat dia gunakan untuk melunakan Ellan adalah menggodanya. "Lepasin tangan lo dari leher gue! Iya..gue kasih" Ucap Ellan dengan susah payah. Nathara bersorak dalam hati. Ia lalu menaiki motor sport itu dan Ellan duduk dibelakangnya. Pemandangan yang tidak biasa bagi orang lain.

EPIPHANYWhere stories live. Discover now