Mata kuliah terakhir telah selesai. Aku bergegas meninggalkan kelas. Tidak lagi memedulikan sekitarku. Yang aku mau, segera berpetualang dalam kegelapan malam ini. Serta berharap dapat bertemu dengan Win secepatnya.
Namun sayangnya, aku tidak bertemu dengan Win malam ini, tapi aku melihat Runi. Kalau dipikir, Runi juga ternyata sering keluar pada malam hari. Apa yang dilakukannya sendirian di sudut alun-alun menjelang tengah malam seperti ini.
Namun tidak sedikit pun rasa penasaran mengusikku. Kubiarkan dia tetap tidak menyadari kehadiranku. Karena akan lebih baik bagiku jika dia tetap berada jauh dariku daripada dia kembali menciumku. Aku menarik napas panjang. Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik.
Tepat tengah malam, aku tidak lagi melihat Runi di setiap sudut alun-alun. Aku memang tidak memperhatikannya. Lagi pula yang kutunggu juga bukan dia. Jadi, aku tidak terlalu memedulikannya.
Lelah menunggu, dini hari akhirnya aku pulang juga. Suasana sudah benar-benar sepi. Tidak ada lagi yang berjualan. Mungkin masih ada beberapa orang saja, tapi aku tidak lagi melihat Imo.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
365 : Unknown Life
FantasyBukan aku tak sadar. Tapi aku tak mengerti. Bukan aku tak tahu. Tapi aku tak mengira. Apa yang sedang terjadi, bukan seperti yang kualami. Ini di mana. Dia siapa. Aku seperti tak mengenal apa-apa. Dan aku seperti tidak berada di tempat yang seharusn...