Book Review

17 1 0
                                    

Buku yang berjudul "Mahkota Perempuan adalah karya dr. Dyah Mustikaning Pitha Prawesti. Beliau adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang saat ini bertugas di sebuah rumah sakit di Inggris. Di dalam bukunya beliau berkisah pengalaman-pengalaman beliau saat menjalani pendidikan spesialis Obsgin di FK UI dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Juga pengalaman beliau saat menangani pasien kala bertugas di Inggris. Buku ini berisi kumpulan beberapa kisah yang menurut saya sangat inspiratif.

Saya hanya akan menceritakan beberapa kisah yang paling menarik untuk saya, semoga menarik minat para pembaca untuk mengetahui lebih lanjut isi semua bukunya.

Mengapa mengambil judul "Mahkota Perempuan", karena penulisnya berpendapat bahwa rahim adalah mahkota sejati bagi seorang wanita. Rahim adalah organ istimewa yang dikaruniakan Allah pada wanita. Dan sampai detik ini belum ada teknologi apapun yang bisa menggantikan rahim sebagai tempat awal berkembangnya calon manusia. Teknologi reproduksi terbantu seperti bayi tabung memang bisa "menciptakan" janin dengan mempertemukannya di luar, tapi tetap saja membutuhkan rahim sebagai tempat tumbuhnya.

Di bagian pertama buku ini menceritakan tentang kisah para wanita dengan problematika rahim masing-masing. Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser, suatu kelainan bawaan lahir di mana penderitanya tidak memiliki rahim dan saluran vagina bagian atas. Dikisahkan pasien tersebut ingin memiliki anak, hal yang jelas mustahil kecuali dengan teknologi surrogate mother yang masih kontroversi di Indonesia. Lucunya si suami mengusulkan untuk menikah lagi, dan rahim 'istri mudanya' digunakan untuk mengandung benih dari 'istri tuanya'. Sebuah usul yang absurd.

Ada lagi kisah tentang seorang wanita yang bermasalah dengan menstruasinya. Tiap kali menstruasi selalu merasa kesakitan luar biasa. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata didagnosis menderita adenomiosis, yaitu suatu kelainan di mana jaringan yang meluruh saat menstruasi tumbuh di luar rahim. Dalam kasus pasien yang diceritakan, jaringannya tumbuh di lapisan otot rahim. Rasa sakitnya tidak terkira.

Pada pasien itu sudah dijelaskan tentang penyakitnya dan ditawarkan terapi konservatif, hanya membuang adenomiosisnya saja mengingat pasien itu belum mempunyai anak. Tapi pasien justru menolak. Ia mengatakan sudah bosan tersiksa bertahun-tahun mengalami nyeri saat menstruasi, bahkan sering sampai transfusi darah. Jadi lebih memilih rahimnya diangkat sekalian. Pasien itu berkata, "Jangankan mikir punya anak, bisa hidup enak tanpa nyeri aja saya sudah bersyukur." Dan akhirnya pasien itu diangkat rahimnya dan dia bahagia dengan keputusannya.

Cerita lain tentang pasien yang mendadak perdarahan setelah melahirkan dan tidak bisa dihentikan dengan obat walaupun dosisnya sudah maksimal. Atonia uteri namanya, di mana rahim tidak bisa berkontraksi sehingga pembuluh darah tidak menutup, akibatnya terjadi perdarahan hebat. Penanganan terbaik adalah pengangkatan rahim.

Tapi kisah tentang rahim yang paling dramatis adalah saat dokter Pitha harus mengangkat rahim seorang wanita berumur 16 tahun karena pengguguran kandungan ilegal sehingga rahimnya rusak dan terjadi infeksi. Jika rahimnya tidak diambil, ada kekhawatiran infeksi akan menyebar ke organ-organ lain seperti usus, kandung kemih, dan organ di sekitarnya.

Kisah lain yang menarik perhatian saya adalah yang berjudul "Berpindah ke lain hati". Di sini diceritakan awalnya dokter Pitha sangat ingin mendalami ilmu Fertilitas, yaitu cabang ilmu obstetri ginekologi yang meliputi kesuburan wanita, termasuk teknologi reproduksi terbantu semacam inseminasi buatan atau bayi tabung. Tapi pemikiran dokter Pitha langsung berubah saat beliau praktik di Inggris.

Dengan syarat-syarat yang ketat NHS (sistem asuransi kesehatan di Inggris) menjamin biaya untuk pelayanan reproduksi terbantu. Tapi bagi yang tidak memenuhi syarat tetap bisa menjalaninya di klinik-klinik kesuburan swasta yang bertebaran di kota London. Di sinilah dokter Pitha menemukan bermacam kasus yang bertentangan dengan nuraninya. Seperti pasangan yang usia wanitanya sudah di atas 40 tahun menginginkan donor sel telur karena jelas sel telur miliknya sudah tidak berkualitas bagus. Ada juga pasangan gay yang ingin punya anak dengan donor sel telur dan ibu pengganti, juga pasangan lesbian yang menginginkan anak dengan donor sperma.

Sebagai muslimah yang taat semua itu jelas bertentangan dengan nurani beliau karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Dalam Islam sangat memperhatikan nasab karena terkait dengan banyak hukum syariah. Bayi tabung diperbolehkan dalam Islam asalkan benihnya berasal dari pasangan suami istri yang sah. Di Inggris yang sekuler jelas tidak ada peraturan itu. Hal inilah yang akhirnya membuat dokter Pitha berpindah ke lain hati.

Satu lagi kisah yang menurut saya lumayan menginspirasi adalah cerita tentang "HPV dan Kanker Serviks Berbeda Masa Berbeda Dunia." Awalnya bercerita tentang dokter Pitha saat masih pendidikan spesialis di RSCM. Di mana ada pasien kanker serviks sudah stadium akhir. Kankernya sudah menyebar ke ginjal dan organ sekitar panggul. Pasien berasal dari keluarga miskin, notabene tidak pernah melakukan pengecekan kesehatan. Toh juga tak pernah ada keluhan. Dan jamaknya kanker serviks baru bergejala setelah stadium lanjut. Jadilah pasien itu baru memeriksakan diri ke rumah sakit saat kankernya sudah tidak bisa dioperasi lagi.

Di sisi lain juga menceritakan tentang pasien saat beliau praktik di Inggris. Pasiennya bercerita bahwa ia bersyukur anak lelakinya baik-baik saja, tidak ada gangguan berarti padahal terlahir prematur akibat serviksnya terlalu pendek setelah dipotong karena dicurigai ada lesi kanker. Di Inggris pemeriksaan Pap Smear menjadi agenda rutin untuk wanita usia produktif. Pasien itu juga mengatakan wanita zaman sekarang beruntung tidak perlu menjalani pemotongan serviks seperti dirinya karena sudah ada vaksin HPV yang mencegah terjadinya kanker serviks.

Masih banyak kisah-kisah inspiratif lain pada buku ini. Yang jelas mampu menambah khasanah pengetahuan tentang dunia kebidanan dan kewanitaan. Bahasanya yang mudah dipahami menjadikan buku ini sangat cocok dibaca oleh orang awam. Bagi tenaga medis juga disarankan membaca buku ini karena bisa memetik pelajaran dalam menghadapi kasus-kasus kebidanan.

Naskah LombaWhere stories live. Discover now