08

48 20 0
                                    

Mulai hari itu ponselku terus dikirimi message dari orang asing. Walaupun dari orang yang sama sih. Tapi tetap saja itu membuatku risih. Jadi aku memutuskan untuk berganti nomor telpon.

Dan Na Jaemin tidak bisa menghubingiku lagi.

Terserahlah. Katakan saja aku pengecut karena lari dari masalah. Aku hanya mencoba masalahnya agar tidak menjadi besar.




Greeppp





Wajahku disekap. Demi tuhan ini ada apa lagi sih?

Aku mencoba berbicara namun mulutku tertutup oleh sebuah kain..

"Ara, diem dulu. Ini aku."

"Ayo kita ke sana."


Aku mengenali itu suara siapa. Suara Na Jaemin. Dan ya, dia yang menyekapku dan membawa ke sebuah ... hotel?







Kami masih diam-diaman saja daritadi. Aku menatap ke jendela hotel, dan aku tahu Na Jaemin menatapku dari samping.

"Ara ... "

Terserahlah aku tidak peduli.

"Kamu kenapa jadi gini ... "

Aku masih bergeming.

Na Jaemin menghela napas. Aku rasa dia juga lelah dengan semua ini.

"Ara,"

Tubuhku ditarik ke belakang. Jaemin memelukku dengan erat.

"Aku, aku .. " Dia masih memelukku. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena wajahku berada di dadanya.

"Maaf kalau udah buat kamu ngga nyaman. Tapi tolong, jangan kayak gini, kamu jangan menghindar dari aku sampai-sampai kamu ganti nomor telpon, iya kan Ara?"

Aku masih bergeming. Mulutku terlalu malas untuk berbicara.


"Chyara, aku ngga tau sejak kapan perasaan ini muncul, awalnya aku kira itu perasaan antar teman, tapi lama kelamaan aku mulai sayang kamu. Aku mulai ga mau kehilangan kamu, dan aku rasa aku ... "

Kalimat Jaemin menggantung. Aku juga masih diam saja.
Namun aku bisa merasakan ada air yang jatuh ke rambutku. Air matanya Jaemin.

Dia menangis lagi.

Aku membalas pelukan Jaemin. Tanganku memgelus punggungnya.

"Maaf,"

Aku menghela napas lalu melepaskan pelukan Jaemin.

"Na ... "

"Aku juga minta maaf." Mulutku terkatup lagi, rasanya sangat berat untuk berbicara saat ini.

"Maaf aku menghindar, aku cuma-- " aku menatap matanya. "Aku cuma ga mau rasa ini juga semakin besar."

Setelah pengakuan yang memalukan itu aku menutup wajahku dengan kedua tangan.

Aku memang menyukai Jaemin.
Oh ayolah siapa yang tidak terpesona dengannya?

"Ara ... " Na Jaemin memegang tanganku agar wajahku tidak tertutup lagi.

"Thank you," Na Jaemin tersenyum seraya menatapku.

"Buat?" Tanyaku.

"Buat semuanya, makasih udah bales perasaan aku. Jadi sekarang kita pacaran?"

Tubuhku langsung kaku setelah mendengar kata pacaran.

"Enggak." tukasku. Jaemin mengerutkan keningnya.

"Tapi kamu kan udah suka aku?"

Bodoh.


Berpacaran dengan Jaemin sama saja memberikan umpan kepada Anjing.
Itu adalah hal yang buruk.

"Na!" aku menatapnya galak. "Kamu ga sadar kalau kamu ini sekarang siapa Jaemin? Terlalu beresiko kalau kita punya hubungan, aku mau kita tetep kayak dulu aja. Pacaran atau ga pacaran toh sama aja iya kan?"

Na Jaemin tidak menjawab. Ia menatapku datar.

"Oke kalau gitu mau kamu." Kata Jaemin ketus.

"Berarti kalau kamu nolak aku jangan larang aku untuk minum soju dan ke kelab malam ya Ara, aku akan kembali seperti Jaemin yang dulu."

Oh shit jangan lagi.

"Na ya ampun!" aku menatapnya frustasi.

Jaemin tersenyum miring, posisi kami sudah sama-sama berdiri sekarang.

Lalu dia berjalan mendekatiku, aku mundur.

"Kenapa Ara?" Dia masih berjalan mendekatiku.

Dan tiba saatnya aku sudah mepet ke tembok.

Na Jaemin mendekati wajahnya.

No plis no.

Pergerakanku terkunci. Sial aku tidak bisa lari.

Wajahnya kurang dari lima cm dari wajahku, mata Jaemin menatap bibirku.

Dia semakin dekat.


Makin dekat

Dan



Dia berhenti tepat di depan bibirku.

Jaemin menghela napas kasar.
"Aku ga ngerti kenapa aku bisa se cinta ini sama kamu sampai-sampai aku terlalu takut buat mencium kamu, Ara."

Aku tidak menjawabnya. Ini terlalu tiba-tiba. Mataku bergerak ke sana ke sini secara tidak nyaman, karena Jaemin menatapku intens.

"Jaemin ... "

"Kamu tau? Aku emang tulus sama kamu dari dulu, jangan terlalu buru-buru ya? aku mau kita tetep kayak gini aja, jujur itu membuat aku lenih nyaman." ujaeku lirih.

"Chyara, aku bener-bener sayang sama kamu, melebihi rasa sayangku ke semuanya, Ara."

Aku mengangguk mengerti.
"Iya Na, iya."

Jaemin menghela napas.
"Oke kita kayak gini aja, tapi kamu jangan cari cowok lain ya?"

Buat apa aku mencari pria lain jika ada seorang yang seperti Jaemin?

"Iya." aku tersenyum. Bersamaan demgan itu Jaemin memelukku lagi, dengan sangat erat.

____

"Wah udah gila nih anak."

Ira menghampiriku lalu berkata seperti itu.

"Pasti gila karena Nct." Lanjut Ira.

"Biarin lah," aku meresponnya dengan malas. Ira menggangguku yang sedang menonton video youtube dari channelnya Nct daily.

"Jaemin ganteng juga ya Ra."

"Emang. Baru sadar lo?" kataku.

Ira terkekeh.
"Pantesan sampai-sampai temen gue ini cinta banget sama Jaemin."

Aku mempause video dari youtube tersebut lalu menatap Ira.

"Kamu suka juga? Suka aja yuk daripada ngarepin dosen Ha."

Ira langsung mendesis dan menatapku kesal.
"Dih ga, gue ga akan menyerah buat meluluhkan hati dosen Ha, hehe."

"Hehe," aku mengulang ucapannya dengan mada mencibir. "Up to you." kataku datar.



















TBC

___

Garing wkwkwk mianhe.

I'm not meWhere stories live. Discover now