01

133 31 0
                                    

Percayalah padaku kalau senyuman Na Jaemin itu palsu. Keceriaan dan kasih sayangnya terhadap fansnya, itu semua palsu.

Ia dipaksa melakukan itu semua oleh agensinya. Dirinya bagaikan dua cermin yang sangat bertolak belakang.

Na Jaemin yang dikenal ramah, ternyata tidak seramah itu. Na Jaemin yang dikenal pria yang lemah lembut, ternyata tidak selembut itu.






____

Melelahkan. Ya ternyata kuliah sangat tidak menyenangkan. Namun karena aku orangnya cukup perfectionis, jadinya aku memutuskan untuk kuliah.

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Ponselku bergetar. Sialnya aku lagi ditempat umum jadi aku tidak mungkin mengangkat telpon darinya. Yap, dari Na Jaemin.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimnya pesan.

"Aku sudah menghambiskan tiga botol soju, kemarilah."

Mataku membulat setelah membaca balasan pesan dari Jaemin.

Oke sebaiknya sekarang Aku menaiki Taxi, karena menunggu Bus terlalu lama.

Karena aku tahu, Na Jaemin tidak sedang baik-baik saja saat ini.

Taxi kosong berhenti tepat di depanku setelah aku melambaikan tangan.

"Pak ke Furture apartement ya, bisa tolong cepat pak? ini darurat." Kataku tergesa-gesa. Aku sangat panik saat ini.

"Okay." kata supir taxi.

Dari tempatku ke apartement tadi membutuhkan waktu 30 menit.

Selama perjalanan aku berharap Na Jaemin tidak melakukan yang aneh-aneh.




"Kok macet sih pak?" keluhku. Padahal jaraknya sudah lumayan dekat ke apartement.

"Ada yang kecelakaan mbak, saya juga baru tahu dari temen." katanya.

Aku bimbang setengah mati.

Demi tuhan aku takut Na Jaemin kenapa-kenapa.

"Eum pak saya turun di sini aja deh, ini uangnya terimakasih ya."











Brak

Aku membuka pintu, syukurlah Na Jaemin masih ada dimeja makan dengan lima botol soju di depannya.

"Na ..."

Aku menghela napas lega. Untungnya dia tidak berbuat macam-macam selain minum.

Aku menutup pintu dan berjalan ke arah Jaemin.

"Kamu disini ...." katanya dengan nada yang menyedihkan.

"Kamu kenapa?" ucapku.

Na Jaemin berdiri lalu langsung memeluk tubuhku. Ia menyandarkan kepalanya dibahu ku.

Sepertinya aku tahu dia kenapa, maka dari itu Aku mengusap pelan punggungnya.

"Ngga apa-apa hey," Aku menangkup wajah sedihnya.

"Everything will be alright, okay. Jangan sedih." Aku masih menangkup pipinya dengan kedua tanganku dan menatap matanya.

Lalu tidak lama setelah itu Na Jaemin menangis dibahu ku,

untuk sekian kalinya.
















TBC

**

Gimana pada suka ngga??? xixixixi ><

I'm not meحيث تعيش القصص. اكتشف الآن