Arya dan beberapa temannya datang, semua mata jelas tertuju kearahnya, seperti biasanya Arya hanya tersenyum santai.

"Ganteng pisan Lis," seru Elin.

"Iya Lin!" Lilis melotot. Sudah lama ia tak melihat Arya sedekat ini.

Melihat Arya Hanum jadi teringat bunga-bunga itu dan kedatangannya tadi siang kerumahnya.

"Gimana makanannya, kalian suka?" Tiba tiba saja Arya sudah berada di depan meja mereka.

Sontak saja semua terkejut, Elin yang sedikit salah tingkah menjawab gelagapan sekenanya "Enak banget atuh, kan gratis"

Sontak yang lainnya tersenyum jaim, tak ada yang berani tertawa ngakak, pesona Arya betul-betul membuat mereka tak berkutik. Termasuk Hanum, yang masih sedikit disibukkan dengan pikirannya sendiri.

Arya berjalan ke meja lain melewati Hanum berlalu begitu saja dihadapannya. Membuatnya sedikit kecewa. Sepertinya ia harus melupakan bunga-bunga itu. Hanum menarik nafas panjang, mencoba berpikir rasional. Mungkin seharusnya ia tak usah  terlalu ambil pusing memikirkan hal itu.

Sedangkan Arya terlihat sangat menikmati acaranya, ia asyik bersenda gurau dengan teman-temannya, sesekali ia mengobrol dengan Mayang yang duduk tak jauh dari kursinya. Seperti biasa Arya terlihat sangat santai dan tenang.

"Lis lihat tuh Romeo dan Juliet lagi asyik ngobrol, coba kita duduk deket mereka bisa kita teh ikutan ngobrol sama si Arya,  masih banyak kursi kosong kayaknya," celetuk Elin celingak celinguk sambil kedua tangannya sibuk membetulkan posisi jilbabnya yang hampir melorot karena terlalu semangat mengunyah makanan.

"Aku mah gak mau ah, gak pede duduk sebangku sama juragan-juragan itu, kamu aja pergi sana kalau berani!" Lilis sedikit cuek menimpali.

"Ah kamu mah jangan gitu atuh, mereka kan temen kita dari kecil, temen sepermainan kita, temen ngaji, temen SD, SMP, SMA, temen mandi dikali!. Inget nggak waktu si Mayang kecebur dulu, geger satu desa, sehari semalam kita dimarahin emak kita, haha"

"Itu lah bedanya aku sama kamu, kamu mah selalu tak sadar diri, orang tua mereka teh majikan orang tua kita, orang tua mereka juragan tanah dan orang tua kita cuman tukang buburuh" Lilis menimpali panjang lebar.

"Hai Lis hati-hati kamu teh kalau ngomong, mereka nggak mungkin bisa jadi juragan kalau orang tua kita nggak mau kerja sama mereka, mereka itu sangat tergantung sama kita, bener nggak Han?" Elin sedikit emosi.

Hanum hanya diam asyik dengan pikirannya sendiri, tapi kemudian memaksakan tersenyum.

"Han kok kamu diam aja sih, apa kamu gak penasaran gitu sekarang teh si Arya masih masih naksir kamu apa gak?"

"Hus pelan-pelan kalau ngomong nanti kedengaran sama yang lain, dikira beneran nanti, lagian kenapa aku harus penasaran!" Hanum sedikit kaget dan kesel sama pertanyaan sobatnya. Bisa bisanya si Elin ngebahas itu.

"Rahasia umum kali, dulu dia selalu ngasih perhatian lebih sama kamu kan! Tapi kamunya sok jual mahal!"

"Inget nggak waktu habis ngaji di surau, waktu sendal kamu diumpetin si Udin, dengan sukarela si Arya ngasih sendalnya buat kamu pake, sampai si Arya pulang nyeker, besoknya di sekolah tau-tau kaki si Arya dah bengkak kena cucuk, haha so sweet " Elin tersenyum menggoda.

Hanum ikut tersenyum mengingatnya.

"Ada lagi, kamu ingat yang ini nggak Lin, pas kita SMP, pulang sekolah si Lukman bikin heboh, ban sepedanya hilang satu, ternyata si Arya yang nyopotin gara-gara waktu berangkat sekolah si Lukman bonceng si Hanum pake sepedanya"Kini giliran Lilis tertawa lebar.

Elin ikut cengengesan, sedangkan Hanum tertawa geli mengingat itu.

"Udah ah gak usah bahas itu, itu kan dulu waktu kita anak-anak, sekarang udah lain dunianya!" Hanum menimpali.

"Eh Han aku baru ingat, sebenernya dari kemaren aku teh pengen nanyain ini sama kamu, kata emak aku dia juga taunya dari emak si Lukman waktu sama sama metik, si Lukman katanya mau lamar kamu, beneran itu teh? emang udah sejauh mana hubungan kalian?"

"Beneran kamu Lis, kok aku nggak tau apa- apa ya?" Selidik Elin.

"Beneran atuh nggak mungkin emak aku bohong, gimana ceritanya Han, kok kamu diam-diam aja sama kita!"Lilis mulai serius.

Hanum merenung sebelum menjawab pertanyaan Lilis, ia mengingat-ingat kembali setiap interaksinya dengan Lukman tak ada yang berbeda, "Aku sama Lukman nggak ada hubungan apa -apa selain temen, waktu kuliah di kabupaten aja kami jarang ketemu, Lukman nggak ada ngomong apa-apa sama aku, salah denger kali kamu Lis "

"Bisa jadi sih Han, nanti aku tanya lagi sama emak aku"

"Iya Lis suruh emak kamu teh klarifikasi, jangan sampai ini jadi bahan gosip emak emak sekampung."

"Iya iya kamu teh bawel amat sih Lin, orang si Hanum nya aja santai, kok kamu yang sewot!"

Hanum berpikir keras, mengingat-ingat sesuatu.

"Ih siapa yang sewot!" Elin membela diri "Udah ah kita kembali ke topik utama aja!" Elin benar benar sewot kali ini. "Tuh!" Menunjuk ke arah Arya dan Mayang yang sedang asyik mengobrol.

                         *****


HanumWhere stories live. Discover now