Perkebunan

604 39 1
                                    

Bojong adalah sebuah desa nan jauh diujung Jawa Barat, dimana kebun teh terhampar menghijau luas sepanjang mata memandang memenuhi rongga- rongga desa.

Enteh begitu setiap penduduk menyebut pucuk hijau yang selalu mereka petik hampir setiap hari itu adalah mata pencaharian hampir sembilan puluh persen penduduk desa sebagai ladang sandaran mereka.

Di perkebunan yang terhampar luas itulah mereka menghabiskan hari-harinya hanya untuk metik di musim panen, ngored (menyiangi rumput) atau menyemprot rumput saat rumput liar mulai tumbuh mengganggu kesuburan teh, atau mangkas daun teh saat pucuknya sudah habis dipetik agar nanti pucuk kembali tumbuh lebih lebat dari ranting-ranting itu. Dan sebagian yang lainnya menjadi pekerja atau buruh di pabrik pengolahan teh.

Setiap pagi semerbak wangi teh bercampur aroma embun memanjakan hidung, memberi kesan relaksasi kepada siapapun yang menghirupnya.

Di musim penghijau ini para pemetik berbaris mengantri sepanjang jalan aspal. Satu persatu mereka memasuki celah-celah kebun teh yang kosong, memetik setiap daun teh yang dianggap muda.

Gerakan seragam seirama memetik pucuk menambah indah pesona gradasi hijau bercampur dengan warna warni pakaian si pemetik. Sarung tangan, keranjang diikat dipunggung, sinjang dililitkan dikepala sungguh menjadi hiasan alam yang memesona mata.

                             ***

Surya Atmaja sangat berjasa bagi kesejahteraan hampir semua penduduk desa Bojong. Karena hampir seperempat kebun teh itu adalah miliknya. Namanya dikenal diseluruh pelosok desa dari anak- anak sampai orang kolot (tua) pun tahu dan mengenal dengan baik namanya, Juragan.

Turun temurun keluarganya memegang kendali putaran roda ekonomi di desa itu. Dia juga termasuk orang yang cukup adil dalam memberi upah baik bagi tukang metik diperkebunan, pekerja pabrik, para tukang iang (pengangkut), sampai membeli dengan harga yang cukup tinggi bagi para bandar kecil yang memiliki sebagian kecil kebun teh yang menjual petikan kepadanya.

Dia termasuk disegani dan disayangi hampir semua pekerja, karena sifatnya yang cukup dermawan. Kehidupannya sempurna dengan seorang istri yang rupawan mantan kembang desa, dan seorang putra tunggal gagah memepesona sang pewaris tahta yang kini berkuliah di Inggris, Arya Atmaja namanya.

Satu lagi yang seperti Surya Atmaja di desa itu, namanya Asep Kosasih dialah pemilik hampir seperempat lagi perkebunan teh yang terhampar diseluruh desa itu. Kehidupannya tak kalah sempurna bak seorang raja di negeri dongeng, kekuasaan, kehormatan, rumahtangga harmonis, dan seorang putri satu-satunya yang jelita nan rupawan namanya Mayangsari sang kembang desa.

Kedua pewaris tunggal itu pun tak kalah menyita perhatian penduduk desa. Den Arya dan neng Mayang begitu biasa mereka memanggil keduanya, wajah rupawan, handap asor (tidak sombong) dan tutur laku santun keduanya selalu menjadi sebuah topik hangat perbincangan para warga. Hampir separuh penduduk sepakat Arya Atmaja adalah sang Guruminda dan Mayangsari adalah Purbasari nya, pasangan serasi.

Tapi penduduk desa itu belum menyadari satu hal bahwa diantara mereka ada bintang yang bersinar lebih terang dari sang Mayang, lebih semerbak pesona ayu nya dari sang putri. Seorang gadis sederhana yang selalu membenahi diri. Hanum namanya.

HanumWhere stories live. Discover now