-Empat- satu atau enam?

1K 54 0
                                    


Bayanaka menatap wanita yang kini tengah duduk di hadapannya. Bohong jika ia bilang wanita di depannya ini tidak menarik, namanya Nadhira Adya Ningrum.. wanita yang kini memakai cocktail dress berwarna hitam itu terlihat tengah mengobrol akrab dengan kedua orangtuanya.

Lagi-lagi Bayanaka menghebuskan nafas kesal melihat kedekatan mami dan papinya dengan wanita itu, bagaimana bisa mami papinya bersikap sangat baik pada wanita itu sedangkan pada kekasihnya, orangtua nya tidak pernah sekali menunjukan sikap ramah.

"jadi tujuan mami dan papi mengajak kalian makan malam adalah untuk membahas pernikahan kalian berdua" ujar sang mami dengan senyuman yang terpatri di wajahnya, Nadhira dan Bayanaka sontak menatap Aruna dengan pandangan terkejut.

"mami apaansih? kan aku udah bilang aku ngga mau nikah sama dia! aku bakal tetep nikahin pacarku Rasya" tolak Bayanaka dengan nada yang sedikit meninggi

"Bayanaka, turunkan nada suaramu!" sentak sang ayah tidak suka

"aku ngga kenal dia pih! lagian itu kan cuma janji konyol mami dan ibunya dia jaman dulu, ngapain jadi bawa-bawa aku sih!"

"BAYANAKA! berani kamu ngomong kurang ajar begitu sama mami mu?'

"terserah! tapi aku ngga akan pernah mau nikah sama perempuan itu sampe kapan pun" tolak Naka sekali lagi sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan ruangan resto tersebut

°°°

Nadhira menegang melihat keributan di depannya. Dia sadar sejak dirinya masuk ke ruangan ini, pria itu tidak henti menatap matanya dengan sinis.

"terserah! tapi aku ngga akan pernah mau nikah sama perempuan itu sampe kapan pun!"

setelah melihat Bayanaka melangkahkan kakinya pergi dengan tangan yang terkepal..Nadhira menghembuskan nafasnya pelan, Tuhan, sebegitu buruknya kah aku?

"sayang, jangan di masukin ke hati ya omongan Naka tadi" Nadhira hanya tersenyum seraya menganggukan kepalanya pelan ke arah Aruna yang kini tengah menatap matanya dengan sedih.

°°°

Selepas pergi dari resto yang menjadi mimpi buruknya tadi, Naka lekas membawa mobil nya ke arah Dago, tempat di mana kekasihnya, Rasya tinggal.

"hai sayang, kok cemberut gitu?" tanya Rasya sesaat setelah melihat kehadiran pria nya yang kini tengah menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa

Bayanaka mengecup pelan bibir Rasya, lalu menyandarkan kepalanya di pundak bagian kanan wanita itu.

"masalah perjodohan itu lagi hmm?" tanya Rasya

"aku pusing banget sama kemauan papi dan mami ku,"

"lagian emang mami sama papi mu balik ke Korea kapan sih?"

"mereka ngga akan balik sampe aku mau nikahin perempuan itu. Dan papi udah mulai ngancem-ngancem lagi bakal berentiin semua fasilitas yang aku pake sekarang" keluh Bayanaka pada perempuan di hadapannya

"eumm, kenapa ngga kita coba saran ku kemarin aja? kamu pura-pura nikah sama dia sampe perusahaan papi mu itu di ganti atas nama kamu, terus setelah itu kamu bisa ceraiin wanita itu dan nikah sama aku," cetus Rasya seraya menggelayut manja di lengan Bayanaka

Bayanaka terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukan kepalanya, "nanti aku coba pikirin lagi"

°°°

Nadhira menatap langit-langit di atas kamarnya, pikiran nya kembali melayang pada kejadian di resto tadi.

'Ting!'

Unknown number : Besok temui saya di coffe tanpa nama jam 2 siang. -Bayanaka

Nadhi yang semula tengah merebahkam tubuhnya pun spontan langsung menegakan tubuhnya. Matanya membelalak sempurna saat membaca pesan yang baru saja masuk ke dalam handphone nya.

Bayanaka ini pria yang tadi terang-terangan menolaknya kan? untuk apa meminta janji untuk bertemu?

°°°

Keesokan hari nya, Nadhi sudah sampai ke tempat yang Bayanaka janjikan kemarin. Nadhi mengedarkan pandangan ke seisi cafe yang kebetulan siang itu tidak terlalu ramai pengunjung.

lalu matanya terhenti pada sesosok pria memakai setelan navy blue yang kini tengah menatap ke arahnya. Dengan langkah canggung akhirnya Nadhi pun menghampiri pria tersebut.

"sorry aku telat, tadi ada yang harus aku urus dulu di bakery" ucap Nadhi sesaat setelah ia duduk di hadapan pria tersebut

"oke, langsung aja ya. saya mau nikah sama kamu tapi hanya sekedar nikah kontrak. pernikahan kita hanya akan berjalan dua tahun, setelah itu kita akan bercerai" jelas Bayanaka tanpa tedeng aling-aling

Nadhira mengerjapkan matanya pelan, "maksud kamu apa?"

"saya mau ngejalanin wasiat ibu kamu itu tapi saya cuma mau menikah dengan kamu dalam kurun waktu dua tahun. ngga lebih,"

"kamu jangan khawatir setelah kita menikah pun tidak akan ada yang berubah. kamu ngga perlu ngejalanin tugas-tugas kamu sebagai seorang istri, karna saya ngga butuh. kalo kamu mau cari pacar juga silahkan, karena saya juga sudah punya pacar." lanjut Bayanaka dengan nada kelewat dingin

Nadhira merasa ulu hati nya perih. Gila, ternyata ada laki-laki sejahat ini?

"kamu gila?! kamu fikir nikah itu cuma mainan?" bentak Nadhi dengan wajah yang sudah memerah padam

Bayanaka terkekeh sinis sebelum akhirnya menjawab, "terserah kamu mau setuju atau ngga karna cuma itu opsi yang bisa saya kasih buat kamu. toh ide yang tadi saya kasih ngga bikin kamu rugi kan? yang saya tawarkan ke kamu ini simbiosis mutualisme alias saya untung dan kamu juga untung. Saya bisa tetap menjadi penerus Ganendra dan kamu tetep bisa nurutin permintaan terakhir ibu mu,"

"atau kalo kamu mau, kamu bisa menambah beberapa peraturan yang ada. Perjanjian kita akan sah secara hukum kalo itu yang kamu takutin" lanjut Bayanaka

Nadhira menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya mengeluarkan suaranya

"aku mau pernikahan ini berjalan enam tahun" Bayanaka mengetatkan rahangnya saat mendengar ucapan gila gadis di depannya ini

"kamu gila?! enam tahun itu terlalu lama! kan tadi saya udah bilang kalo saya punya pacar yang akan saya nikahi!" sentaknya geram

"enam tahun atau ngga sama sekali" ancam Nadhira

"kamu jangan gila!"

Nadhira terkekeh mendengar jawaban pria di hadapannya ini

"terserah kamu. aku cuma bisa kasih kamu pilihan,  Enam tahun atau ngga sama sekali, Bayanaka Dipta Ganendra"

"OK! Enam tahun! besok aku akan menemui kuasa hukum ku untuk mengurus perjanjian ini" ujar Bayanaka sebelum akhirnya pergi meninggalkan Nadhira

Selepas kepergian Bayanaka, pertahanan Nadhira pun akhirnya runtuh.. air matanya luruh bersama dengan rasa sakit di hati nya. Tangan nya mengepal kuat,

gila, ini sama saja ia tengah bermain dengan nasib hidupnya di masa depan. Alasan mengapa Nadhi meminta waktu hingga Enam tahun adalah karna ia yakin ia mampu membuka hati pria itu. ia mampu membuat pria itu jatuh hati kepadanya.

Love Is HurtWhere stories live. Discover now