Delapan | Hentai

1.8K 505 119
                                    

"Tadi lo ditanyain apa aja sama tuh polisi?" Tanya Dery. Bel pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu, tapi Dery belum kembali ke asrama. Dia sedang bersama dengan Dejun di tempat ganti perempuan yang lama. Ruangan ini sudah lama tidak terpakai dan dibiarkan kosong karena menurut kabar simpang siur, tempatnya angker. Namun kata Ten yang menjadi informan Dery dalam mencari ruangan yang bisa digunakan untuk berkumpul, sebenarnya tempat ini gak angker karena hantunya baik. Cuka kadang suka ngejatuhin barang aja pas lagi bosan.

"Gak ada. Kepsek gak ngasih izin buat nanya/nanya ke gue tanpa surat perintah penyelidikan." Dejun sibuk mengelap meja yang kotor karena debu dengan menggunakan tisu. "Ck. Ini gak ada tempat lain apa buat ngumpul? Harus banget di ruang ganti cewek? Mana banyak sarang laba-labanya gini."

"Ya mau dimana lagi, Jun. Sekolah kita gak punya mekdi." Dery mengambil sebungkus keripik kentang dari dalam ranselnya, menyodorkannya kepada Dejun —bermaksud menawari— namun ditolak. "Kata Bang Ten ruangan ini aman, jarang ada orang dateng soalnya angker, tapi gak angker sih sebenernya. Hantunya baik, namanya Jessica."

Tak ayal Dejun sedikit bergidik, tapi dia percaya dengan Dery kalau Jessica tidak hobi mengganggu. "Yakin lo? Nanti kalau ada orang masuk lo gue tabok ya."

"Yaqueen. Tabok aja gue kalau ada cewek yang masuk. "

Meskipun ruangan ini adalah ruang ganti, tapi jangan salah, ada cukup meja kursi yang dulu sering digunakan banyak siswi untuk beristirahat sejenak sebelum mengganti pakaian. Lagipula, tempatnya sebenarnya cukup estetik kalau dibuat foto-foto. Namanya juga SMA Bhineka, tidak perlu diragukan fasilitasnya.

Dery tiba-tiba berkata lagi. "Udah beberapa hari sih emang gue nyari tempat yang cocok buat ngumpul kalau di sekolah biar enak aja gitu. Jam segini juga banyak yang masih ekstra, jadi bisa berbaur."

"Tapi tetep aja gue was was, berabe kan kalau ada cewek masuk terus kita disangka mau aneh-aneh." Dejun akhirnya duduk di atas meja.

"Udah tenang aja. Percaya sama gue." Sambil mengunyah keripik kentang tanpa merknya, Dery lalu mengalihkan pembicaraan. "Lo sadar gak sih kalau kita udah stuck lama banget di posisi sekarang?"

"Maksud lo?" Alis Dejun terangkat secara refleks, bingung dengan maksud perkataan Dery.

"Ya...stuck? Gini aja? Seseorang bikin kita berempat buat ketemu dan ngasih kita kasus buat dipecahin, tapi gak ada kemajuan." Dery memandang bungkus keripik kentangnya. "Masa kita cuma diprank?"

"Yeee...lo kira konten YouTube?" Balas Dejun.

Pintu terbuka lalu Lucas masuk bersama Yangyang yang sibuk dengan iPadnya.

"Bagi, dong." Lucas duduk di sebelah Dery sambil mencomot keripik kentangnya. Berakhir dengan mereka memakannya berdua secara bergantian.

"Ada perkembangan, gak?" Tanya Yangyang.

Semuanya menggeleng.

Dejun melipat tangan di depan dada. "Tadi gue sempat baca pikiran polisi yang dateng. Menurut dia, Sasha gak mencoba bunuh diri."

"Sasha? Apa hubungannya Sasha sama kasus ini?" Tanya Dery.

"Kak Kinan bilang kalau Kak Sasha sempat diam dan kelihatan stres beberapa hari sebelumnya." Jelas Yangyang. "Kayak ada beban berat banget gitu, tapi dia gak cerita apa-apa."

"Karena stres itu dia mau bunuh diri?"

Yangyang mengendikkan bahu. "Kata Kak Kinan, Kak Sasha bukan tipe orang yang kayak gitu. Kayak ada sesuatu yang berusaha dia sembunyiin."

Dejun memperhatikan Yangyang yang bercerita mengenai informasi yang dia dapat dari crushnya itu. Tapi tiba-tiba dia mengalihkan matanya ke arah Lucas yang masih sibuk mengunyah keripik kentang milik Dery. "Maksud lo?"

Ketiganya menatap Dejun dengan bingung.

"Hah?" Tanya Yangyang.

Dejun turun dari meja tempatnya duduk, lalu berjalan menghampiri Lucas dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Apaan anjir?" Lucas nampak kebingungan.

"Nggak, yang lo pikiran barusan." Dejun mengambil bungkus keripik kentang Dery dan menjauhkannya —meletakkannya sembarangan.

"Keripik gue—" protes Dery, namun terpotong karena Dejun memberinya isyarat untuk diam.

"Yang lo pikirin barusan? Apa?" Dejun memusatkan perhatiannya kepada Lucas lagi. "Ini... hal yang sama?"

Lucas menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Anu—"

Yangyang yang langsung sadar akan maksud dari perkataan Dejun baru saja langsung memotong perkataannya. "MAKSUD LO KASUS YANG KITA CARI INI SAMA DAN KEULANG LAGI SAMA KASUS KAK SASHA???"

BRAKKK

Pintu terbuka menampilkan seseorang yang tidak diundang di sana. "HENTAI!!!"

V E R I T A S

Keempat orang itu duduk di hadapan Flo, oknum yang masuk tanpa diundang tadi. "Kalian ngapain ke sini??? Ini kan ruang ganti cewek???"

Sementara itu Dejun ngomel ke Dery. "Katanya gak bakal ada yang masuk, anjing."

"Ya mana gue tahu, anjing." Balas Dery.

"Anjing lo berdua." Maki Yangyang karena geregetan, kedua orang itu tidak bisa diam. "Intinya kita ada misi penting dan lo gak boleh tahu."

"Kok gak boleh?" Protes Flo. "Kalian tuh kayak orang mesum tahu, gak? Kayak gak ada tempat ngumpul lain aja. Mau gue laporin ke BP?"

"Lagian kok lo ada di sini, Flo? Biasanya kan lo ganti di ruang atlit." Sahut Lucas.

Flo mengerucutkan bibir. Dia memang masih mengenakan seragam sekolahnya, belum menggantinya ke seragam taekwondo. "Lagi sebel sama anak-anak. Jadi mau ganti sendiri aja, tempat ini yang paling deket."

"Lo gak tahu tempat ini angker?" Tanya Dery.

"Tahu. Tapi ya santai aja toh gue gak ngapa-ngapain, cuma ganti baju." Jawab Flo enteng. "Yaudah deh gue ganti di tempat lain aja. Kalian jangan kelamaan di sini, ada cewek lain masuk terus digebukin tahu rasa."

Seperti kata Lucas pada saat itu, pada dasarnya Flo adalah orang yang tidak terlalu kepo dengan masalah orang lain. Maka dari itu ketika Yangyang berkata bahwa dia tidak boleh tahu, dia juga tidak memaksa.

Gadis itu mengambil tasnya lagi, lalu melangkah keluar. Tapi ketika sampai di pintu dia berhenti dan membalikkan badan, menatap senior taekwondonya, Lucas. "Oh iya, waktu itu lo tanya abang gue angkatan tahun berapa?"

Lucas mengangguk. "Iya, terus kata lo, tahun 2007 kan?"

Flo mengangguk. "Gue salah. Ternyata doi angkatan 2006."

Keempat orang itu menatap Flo dengan penasaran, menunggunya melanjutkan.

"Kata doi, dulu ada kasus bunuh diri di sekolah. Temen sekelasnya, anak taekwondo juga. Namanya Claire."

Nama itu seakan menumbuhkan titik terang.

"CAP?????" Kata keempat lelaki itu secara bersamaan, membuat Flo kebingungan di ambang pintu.

V E R I T A S

Hai.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Veritas [WayV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang