"Hei mereka be—" Jaehyun tidak jadi berbicara, alih-alih melambatkan langkah. Tertegun agaknya melihat pemandangan yang tidak ia pungkiri luar biasa indah—Taeyong berada beberapa meter di hadapannya, tertawa senang ketika Snow mengusapkan kepala pada pelipisnya sedangkan dua lainnya bergelung di dekat tempatnya bersila dengan tangan-tangannya memberi pijatan yang Jaehyun yakini penuh sayang.
Itu—kelihatan indah dan tepat. Indah, karena ini adalah kali pertama dirinya memperbolehkan orang selain Mark dan Jeno berhubungan dengan anak-anaknya; yang sialnya mereka betulan senang bersamanya. Tepat, sebab ini adalah potret dambaannya selama berbulan lamanya; seseorang akhirnya mengisi kekosongan sisi dalam keluarganya.
Namun, bukan begini maksudnya. Bukan. Bukan sosok ini yang ia inginkan menempati posisi itu. Bukan. Bukan sosok ini yang tepat untuk mendapat satu singgasana istimewa dalam pridenya. Bukan. Bukan sosok ini pula yang dapat menjadi indah dalam indra penglihatnya ketika bermain bersama anak-anaknya. Bukan. Ini salah.
Angin bertiup lembut melewati permukaan wajah cantik itu, bulu mata lentik memayungi kelopaknya—yang Jaehyun dapati terpejam penuh kelembutan. Tawa lolos dari bibir merah itu; terseru begitu merdu—terekam jelas oleh indra pendengar Jaehyun.
Rahang tegas bergerit, mengeras. Itu membuatnya marah—rasa ini memenuhi relung hatinya, membumbun nyaris mencapai puncak.
'apa sebenarnya yang aku harapkan?'
Jaehyun berakhir menghentikan langkah, diam menggigil di tengah emosi yang meliputi dirinya makin buruk, berusaha menahan untuk tidak benar-benar terseret ke dalamnya. Akan tetapi, kaki tangannya tidak lagi berada di bawah kendali otaknya, mereka bergerak tanpa membuat ia memikirkan apa yang akan dihadapi setelah hal tidak diharapkan berhasil dilakukannya.
Itu terjadi begitu cepat—berbotol susu jatuh dengan nyaring, ketiga bayi singa menyingkir pergi seolah mengerti—ia berlari menabrakan diri pada sosok cantik di hadapan, menariknya dalam pelukan dan menenggelamkan paksa kepala sosok itu ke dadanya. Surai biru muda diendus kasar, tubuh sialan Jaehyun tidak memiliki opsi untuk diajak kompromi, telapak tangan lebarnya merengkuh pinggang sosok ini dengan kurang ajar—lekuk yang luar biasa tepat berada dalam lingkar lengannya. Jaehyun kolaps, sehingga mereka ambruk bersama ketika ia bahkan tidak mampu menguasai reseptor otot-otot postural yang dirasa tidak lagi sinergis.
"Jaehyun—"
"Sebentar. Tolong tunggu sebentar. Biarkan seperti ini dulu. Sebentar saja," katanya tercekat. Kerongkongan berdeguk ngilu, Jaehyun benar-benar bergetar dalam pelukan itu, bahkan ketika kemarahan berkecamuk di hatinya—tidak butuh izin baginya untuk mengusakkan surai mereka. Maniknya terpejam saat menghirup habis semerbak lembut di antara rambut-rambut sosok cantik ini yang luar biasa halus.
Jaehyun marah. Tapi dirinya bukan tipikal pria yang menginginkan seseorang membencinya berkat perkataan bodohnya. Dan satu-satunya cara dalam benaknya untuk menghentikan gejolak amarah dalam dada adalah dengan memberi si penyebab kemelut di hatinya sebuah pelukan—dan seharusnya tidak bisa lebih dari itu. Namun darah berdesir bersama degup cepat dapat ia rasakan dalam pelukannya kini, di mana adalah sensasi paling tidak biasa yang ia dapati pada orang asing, selain keluarganya dan juga—
Ten, pria mungil pujaannya. Sosok yang benar diinginkannya berada di sini, bersama dirinya; yang seharusnya menempati kekosongan pada potret dambaannya; mendapat singgasana istimewa dalam pride ini, dan menjadi diakui oleh anak-anaknya, tetapi dirinya dipaksa menelan pil pahit untuk mengetahui, itu bukan hal yang mungkin terjadi dalam hidupnya.
YOU ARE READING
1 4 3 [JAEYONG]
FanfictionAnimal Lover! Jaehyun Veterinarian! Taeyong Karena Taeyong mengetahui dengan baik, ia hanyalah orang baru yang masuk ke dunia Jung Jaehyun dan keluarganya. [catatan: banyak hal yang saya tulis mungkin tidak benar, mohon dimaklumi] °° BOYXBOY °° HAR...
![1 4 3 [JAEYONG]](https://img.wattpad.com/cover/224361244-64-k909983.jpg)