"kau kenapa?" tanya ayahnya yang ternyata sejak tadi berdiri di belakangnya.

Jaebum menoleh, masih dengan wajah mengantuk "ohh pak komisaris" ujarnya lemah sambil membuka pintu ruangannya.

Tuan Lim melangkah masuk, melihat putranya yang berjalan sempoyongan mendekati sofa dan telentang disana.

"kau kenapa?" tanya ayahnya lagi.

"bukan apa-apa... Aku hanya kurang tidur" jawab Jaebum menggunakan lengannya sendiri untuk menutup matanya.

"tumben sekali kau begadang?"

Dengan mata yang masih tertutup, Jaebum lagi-lagi menjawab setengah sadar "Seulgi tidak membiarkanku tidur...." jawabnya dengan asal, iya andaikan Seulgi tidak membiarkannya tidur di lantai, maka Jaebum tidak akan selelah ini.

"waah.... Apa istrimu sehebat itu? Dia mengalahkanmu? Kau itu laki-laki, seharusnya kau yang mengendalikan situasi!"

"huh?" Jaebum membuka matanya lebar lalu menatap ayahnya masih dengan wajah bingung "maksudnya?"

"iyaa... Aku mengerti, bukankah lebih baik kau merencanakan bulan madumu bersama Seulgi!! Secepatnya"

Jaebum bangkit dari Sofa, dia duduk masih dengan wajah bingung memandang ayahnya "bulan madu?" iyaa dia sama sekali tak ada pikiran sampai kesana "Apa gunanya? Aku dan Seulgi sepertinya tidak butuh bulan madu sekarang" ujarnya sedikit kesal, yah tentu saja karena dia dan Seulgi tidak saling mencintai, jadi... Untuk apa juga merencanakan bulan madu? Lagian mereka baru memulainya sekarang, mereka baru belajar untuk saling menerima satu sama lain.... Jadi kenapa harus terburu-buru....waktunya akan tiba jika itu tiba.

"tapi semalam kalian____"

"aku dan Seulgi tidak melakukannya, kami tidak melakukannya, ayahkan tahu kalau pernikahan ini bukan atas kemauanku dan Seulgi..... Aku perlu memberikan lebih banyak ruang untuk Seulgi memikirkan itu dan ini, kami tidak akan melakukannya sebelum saling mencintai"

Tuan Lim mengerutkan keningnya memandang Jaebum, ada rasa kekesalan ketika mendengar Jaebum mengatakan itu didepannya "jadi.. Kau melewatkan malam pertamamu begitu saja hanya karena kau tidak mencintainya? Biar bagaimanapun kalian itu sudah sah menjadi suami istri, wajar jika kalian berhubungan dan memiliki anak meskipun tidak saling mencintai"

"APANYA YANG WAJAR?" Jaebum bangkit dari sofa sambil memegangi kepalanya yang pening "Seulgi hanyalah kenalanku di kampus karena dia bersahabat dengan Yoona noona, aku tidak akrab dengannya, kami punya hubungan yang canggung, bagaimana bisa aku tiba-tiba meminta melakukan hubungan suami istri pada orang yang tidak kukenal baik? Ahhsss itu tidak masuk akal meskipun status kami memang suami istri" umpat Jaebum, dia berjalan meninggalkan ruangan, meninggalkan ayahnya yang terdiam lalu memanggil sekretaris untuk dibuatkan kopi.

Pembahasan yang kurang nyaman.

Hari ini, entah kenapa dia tiba-tiba saja kesal.

"pagi-pagi begini ayah sudah berbicara tentang membuat keturunan? AHHSS YANG BENAR SAJA?" Jaebum berjalan dengan langkah pelan sambil mengacak rambutnya sendiri, terus saja menggerutu.

Tanpa ekspresi Jaebum berjalan ke cafe kantor untuk memesan beberapa kopi lalu setelah itu kembali lagi ke lantai atas, kebiasaannya akan mengerjakan sesuatu sendiri jika sedang suntuk, karyawannya sampai heran melihat seorang direktur perusahaan ini berjalan sendiri ke cafe untuk membeli kopi..... Karena sekretarisnya yang lemot itu sama sekali tak bisa diandalkan.

Didalam lift, Jaebum bersandar pada dinding sambil menunggu pintu terbuka, sekarang dia malah sibuk memikirkan tentang Seulgi "ahhss, bagaimana caranya punya anak kalau menyentuhnya saja aku takut? Laki-laki macam apa yang membiarkan istrinya nganggur di malam pertama?"

Kopinya hampir habis, Jaebum terus menyeruputnya sambil memikirkan hal-hal yang mesum.

"apa aku harus menghubungi Seulgi sekarang?" tanyanya pada dirinya sendiri, lalu menggeleng keras "untuk apa? Untuk menanyakan tentang membuat anak? AHHSSS AKU GILA"

Langkahnya lemah kembali membuka pintu ruangannya, memutar bola matanya ketika melihat ayahnya belum juga keluar.

"ahhhhsss pak komisaris.... Kenapa anda masih saja disini?" keluhnya sambil berjalan ke meja kerjanya.

Ayahnya masih menatapnya tak suka.

Jaebum yang ditatap seperti itu melempar buku bacanya keatas meja yang baru saja dia ambil dari rak buku lalu menatap ayahnya dengan ekspresi masih saja kesal "aku normal..... Oke... Kubilang aku normal, aku memikirkan banyak hal ketika sekamar dengan Seulgi, tapi aku tidak ingin memulainya dan aku tidak ingin menagih malam pertama karena aku takut ditolak..... Ayah tahu bagaimana sifat Seulgi? Dia itu keras kepala... Sekali dia mengatakan tidak maka jawabannya adalah tidak, jadi aku harus mengikutinya juga menunggu sampai kami berdua siap"

Ayahnya mengangguk dengan ekspresi sedikit mengejek "iyaa.... Terserah kalian sajalah kalau begitu, yang penting kalian berdua sepakat untuk memulainya bersama.... Juga jangan sampai bertengkar, aku tidak suka kalau ada pertengkaran di rumah"

Jaebum meneguk kopinya sampai habis sambip terus menatap ayahnya "mmm.... Aku jamin mulai sekarang tak akan ada pertengkaran"

Ayahnya baru bisa keluar dari ruangan ketika mendengar pengakuan Jaebum, sedangkan Jaebum langsung bersandar pasrah pada kursinya ketika ayahnya pergi, bukankah dia terlalu jujur? Kenapa dia tidak bohong saja?? Kenapa?

Ayahnya juga seperti itu.. Suka sekali menginterogasi.... Dulu juga seperti itu, dia selalu bertanya siapa pacar Jaebum, siapa perempuan yang dia taksir, menyusun acara kencan buta bersama ibunya, juga mengatur semua acara perjodohan, galau berhari-hari karena Jaebum tak kunjung menikah, mereka bahkan masih punya urusan ketika Jaebum sudah bersama Seulgi sekarang.

***********

PROMISE (Jaebum X Seulgi) Where stories live. Discover now