Mark terdiam, mencoba beradu tatap dengan Jaehyun, yang menatapnya semakin tajam. Ia menghela, "sorry, Boss," kemudian beranjak. "aku hanya sekedar mengingatkan, bahwa sudah hampir dua minggu, dan kau belum mendapat kabar apapun dari istrimu." mengulurkan tangan, menghentikan pergerakan bola besi yang tadi dimainkannya.

"Sister berada di Paris, dua hari yang lalu. Jika kau tidak mau mempedulikannya sebagai istrimu, maka pedulikan dia sebagai rekan bisnismu, brother." ujarnya, kemudian berjalan keluar.

Jaehyun tidak membalas, memilih melanjutkan menyortir berkas yang harus ia tandatangani, membubuhkan coretan besar di atas kertas, melemparkannya kembali ke sudut.

Ia menekan tombol lima di telepon kantor, menghubungi saluran sekretaris, "suruh kepala divisi perencanaan datang ke ruanganku, sekarang."

Membanting berkas yang ada di tangannya, Jaehyun menghempas punggung ke sandaran kursi. Kepalanya pening, dengan permasalahan antara ia dengan Lalice.

Dua minggu rutinitasnya hanya berputar di Neo Tech dari pagi hingga petang, pulang ke mansion untuk membersihkan diri, kemudian melanjutkan pertemuan dengan para Captain, distributor, bahkan Don, merencanakan apa yang bisa mereka rencanakan untuk Cosa Nostra, membahas apa yang bisa mereka bahas, hingga dini hari tiba. Berulang, selama dua minggu ini.

Jam tidur yang berkurang drastis membuat mood nya sangat jelek. Maka ketika ia melihat proposal perencanaan yang tidak sesuai dengan kehendaknya, ia hampir meledak.

Pintunya diketuk, dan dua orang muncul dari sana. Menatap takut satu sama lain, ketika melihat Boss mereka yang sedang terpejam, dengan tangan di pelipis.

"Sir-"

"Mr Charles."

Pria berusia awal empat puluhan menjawab gugup. Keringat tanpa sadar jatuh dari keningnya. Sementara wanita satunya hanya dapat berdoa dalam hati bahwa mereka akan selamat kali ini.

"Bisa kau lihat apa itu?" Jaehyun menunjuk tumpukan berkas yang ia lempar ke sudut. Charles mengangguk gugup, meringis dalam hati saat mengetahui proposal yang ia dan anggota divisinya kerjakan, berakhir menjadi sampah di sudut ruangan. "Jika kalian masih ingin bekerja di sini, ambil kembali itu dan bawakan aku proposal yang benar."

Charles menyikut wakil divisinya, yang dengan sigap berjalan ke sudut, menata tumpukan berkas tersebut, membawanya ke pelukan, dan menghadap kembali pada Jaehyun.

"Waktu kalian dua hari." Jaehyun berujar, memutar kursi kerjanya, membelakangi mereka.

Charles menelan ludah, dan mengangguk, sementara wanita di sampingnya sudah hampir menangis. "Aku minta maaf, Sir. Kami akan mengulanginya lagi." ujar Charles, kemudian undur diri bersama wakilnya, kemudian menghela napas setelah berhasil keluar dari ruangan Boss. Ia menepuk pelan bahu wanita yang datang bersamanya tadi, yang sudah mulai terisak pelan.

"Apa kita harus lembur lagi?" tanya wanita tersebut. Charles mengangguk, merasa kasihan. "Tapi hampir dua minggu ini kita selalu lembur." wanita itu protes dengan sengguk pelan. Charles menghela napas, tidak ada yang bisa ia lakukan, apa boleh dikata, Sir Jeffrey adalah Boss mereka. What Boss says, is a duty.

"Well, kalian tidak lembur sendirian. Sebelum kalian masuk, tim pemasaran sudah masuk lebih dulu, dan bernasib sama dengan kalian."

Charles dan wakilnya, menatap ke arah pria pertengahan lima puluh, sekertaris perusahaan, yang menatap mereka dengan senyum tipis, mengulurkan dua batang coklat pada mereka, "berdoa saja, dan mari bekerja lebih giat."

From Dusk Till Dawn ✔Where stories live. Discover now