See Him?

2.9K 251 13
                                    

Happy Reading.

*

Rasanya Aliya benar-benar betah di Busan, tidak mau kembali ke Seoul, keluarga Jimin benar-benar baik dan menganggap Aliya seperti anaknya sendiri. Bahkan Aliya seperti seorang bungsu. Selalu dilindungi jika Jimin mengganggu atau menjahilinya. Jina akan selalu menjewer telinga Jimin jika dekat-dekat dengan dirinya, lucu sekali jika Jimin mengaduh kesakitan dan minta tolong. Apalagi dengan bibir Jimin yang selalu monyong jika marah-marah para Jina. Lucu sekali.

"Nak?" Aliya menoleh dan menemukan tuan Park yang berjalan kearahnya. Jimin sedang pergi dengan Nyonya Park entah kemana. Aliya diajak hanya saja Jina melarang ikut. Karena pasti jika Aliya diajak Jimin akan fokus pada Aliya dan mengabaikan sang Ibu. Aliya yang mengerti hanya mengulum senyum dan membiarkan Jimin pergi sendiri. Sebenarnya Nyonya Park ingin memberikan pelajaran pada Jimin, itu yang Aliya tau dari Jina.

Aliya duduk ditaman belakang sendiri. Tadi bersama Jina hanya saja anaknya menangis, jadi Jina menyusul sang anak dan Aliya masih diam disini sendiri. Aliya masih ingin menikmati taman keluarga Jimin.

"Aboeji?" Aliya jelas berdiri dan Tuan Park tersenyum lalu duduk tidak jauh dari Aliya, baru beberapa kali mereka bertemu dan bertegur sapa ringan. Tuan Park cukup pendiam beda dengan ketiga Park lainya yang sangat berisik.

"Duduklah" Aliya tersenyum dan duduk kembali.

"Aboeji tidak bekerja?" Aliya sedikit curiga jika keluarga Jimin cukup punya pengaruh disini. Entahlah Aliya tidak terlalu faham dengan silsilah kekayaan Jimin. Dilihat sih Jimin anak orang mampu. Jelas sekali. Apalagi dengan pesta yang mereka lakukan saat pertunangan mereka.

"Tidak. Aboeji lelah dan ingin istirahat. Aboeji sudah tua nak" Aliya tersenyum tipis dan menatap depan. Ayah Jimin sosok yang hangat. Terlihat jelas.

"Setelah menikah tinggallah disini. Buat Jimin mau mengurus usaha Aboeji. Suami Jina punya usaha sendiri dan tidak mungkin Aboeji menyuruhnya mengurus usaha besar Aboeji" Aliya menatap Tuan Park dalam. Usaha Besar? Jimin tidak pernah bilang jika Ayahnya punya ith. Jimin hanya hilang jika ayahnya pensiunan dan punya usaha kecil. Tapi Aliya tidak tau usaha apa itu.

"Jimin tidak pernah bilang Aboeji punya usaha apa? Dia bilang jika Aboeji hanya pensiunan dan usaha kecil. Maaf Aliya tidak terlalu faham" Tuan Park menggeleng dan tersenyum menatap Aliya. Anaknya kelewat tidak jujur pada Aliya. Astaga.

"Dia masih sama rupanya, ah baiklah. Besok biarkan Jimin membawa mu ketempat kerja Aboeji, siapa tau kau akan membantu dia. Aboeji akan mempercayakan semua pada kalian" Aliya semakin bingung. Sebenarnya siapa Jimin? Apa benar-benar Jimin anak orang kaya? Aliya jadi bingung sekarang sungguh.

"Baiklah" Aliya mencoba menahan dirinya untuk tidak bertanya lebih jauh lagi, toh besok semua akan terbongkar juga. Aliya tidak akan mencari tau hal yang bukan urusannya. Oke

"Jimin menyebalkan ya?"

"Sedikit. Dia selalu memaksakan kehendaknya. Memaksa dan akan marah jika tidak dituruti" Aliya jujur sungguh. Tidak ada juga yang perlu ditutupi, Jimin memang seperti itu.

"Dia memang seperti itu, seenaknya sendiri. Dan suka bertingkah. Termasuk bekerja sebagai karyawan biasa di kantornya sendiri"

"Nde?" Aliya tidak bisa mengecilkan suara kagetnya saat mendengar itu. Apa tuan Park bilang? Kantor Jimin sendiri? Sungguh?

"Hahaha sudah aku duga. Anak itu menyembunyikan semua darimu, astaga dia perlu diberi pelajaran" Aliya tidak bisa menahan dirinya untuk melongo. Yakin jika itu kantor Jimin?

You Should Know, I'l Loving U ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang