Jealous!

3.3K 319 3
                                    

Happy Reading.

+

"Kita sampai!" Aliya memperhatikan tempat yang Jimin tunjukkan padanya. Sebuah desa yang indah, itu yang Aliya fikirkan. Disini rumah masih sangat tradisional dan ya banyak sekali pohon disini. Rasanya benar-benar nyaman.

"Ini tempat tinggalmu?" Jimin mengangguk pelan dan mengajak Aliya turun.

"Kajja!" Aliya mengikuti Jimin untuk turun. Pemandangan anak-anak yang sedang bermain membuat Aliya tersenyum semakin lebar. Di Seoul pemandangan seperti ini sudah tidak ada lagi. Kebanyakan sibuk dengan Gadget dari pada bercengkrama dengan satu sama lain.

"Mana rumahmu Jim?" Jimin menunjuk salah satu rumah bercat putih dan berada diujung.

"Oh! Hei mana koper ku?" Tanya Aliya saat melihat Jimin hanya membawa tasnya sendiri.

"Dibagasi!" Cetus Jimin pelan.

"Bawakan. Enak saja aku yang bawa. Kau kan yang mengajak aku kesini. Jadi bawa!" Ujar Aliya ketus dan Jimin hanya menatap jengkel Aliya. Jika sudah seperti ini Aliya pasti akan menjadikan Jimin pembantu. Dasar pencari keuntungan.

"Iya-iya. Crewet." Aliya tersenyum penuh kemenangan mendengar jawaban Jimin. Menyenangkan menyuruh Jimin.

"Ayo!" Dan Aliya tersenyum lalu mengekor langkah kaki Jimin. Langkahnya riang, Aliya yakin jika dua hari disini akan sangat menyenangkan.

"Jim!"

"Hem?"

"Kufikir disini akan sangat menyenangkan. Ah aku benar-benar ingin lama-lama disini!" Jimin terkekeh dan terus saja berjalan.

"Kau betah disini karena bisa menyuruh aku sesukamu. Iyakan?"

"Itu salah satunya!" Jawab Aliya dengan penuh semangat.

+

Aliya memandangi belakang rumah Jimin dengan perasaan senang. Dirinya ditempatkan dikamar Jimin dan Jimin tidur diluar. Jimin sempat protes karena dirinya yang tidur disini. Tapi saat ibu Jimin yang bicara, Jimin langsung Diam seribu bahasa. Sepertinya Jimin sangat menurut pada ibunya.

"Aliya?" Aliya menoleh dan menenggelamkan kakak Jimin yang masuk kedalam kamar ini.

"Ya Eonni!" Park Jina berjalan kearah Aliya. Tentu dengan seorang putri yang ada digendongnya. Itu keponakan Jimin. Lee Hana.

"Kau senang tidur dikamar ini?" Aliya mengangguk antusias dan mengusap lembut pipi Hana. Bayi ini baru berumur 6 bulan.

"Ah aku senang mendengar itu. Oh ya bagaimana hubungan mu dengan Jimin. Kapan kalian meresmikan hubungan ini!" Aliya tertawa mendengar ucapan Jina. Meresmikan hubungan? Dirinya dan Jimin mirip musuh, bagaimana bisa disebut Pasangan?

"Eonni aku dan Jimin hanya teman. Dan tidak lebih. Eonni tidak perlu berfikiran terlalu jauh. Aku dan Jimin hanya teman!" Ujar Aliya yang menyelesaikan tawanya. Benar-benar lucu. Bagaimana bisa Jina menganggap mereka Pasangan.

"Tapi!"

"Jimin bilang kan jika membawa temannya?" Jina mengangguk kikuk dan Aliya tersenyum.

"Kaki hanya teman Eonni. Tidak lebih!" Cetus Aliya membeberkan hubungan mereka.

"Ah sayang sekali!" Aliya tau jika Jina kecewa dengan jawabannya tapi Aliya juga tidak bisa memberikan jawaban lain. Ini kenyataan. Dirinya dan Jimin memang seperti ini.

+

"Jimin bodoh aku tidak bisa bernafas!" Aliya berteriak keras pada Jimin yang terus mencipratinya dengan air. Mereka mandi di sungai dengan yang lain. Dan Aliya benar-benar jengkel pada Jimin yang terus mencipratinya. Jimin sialan.

"Rasakan!" Aliya yang kesal akhirnya menenggelamkan dirinya di dalam air. Mencoba membalas Jimin dengan tenggelam.

"Aliya kau dimana?" Jimin kebingungan saat tidak melihat Aliya. Aliya tidak tampak dipermukaan dan dimana dia?

"Aliya~~~yakhh!" Jimin berteriak saat Aliya tiba-tiba muncul didepannya. Posisi mereka sangat dekat dan Aliya terlihat tersenyum puas melihat wajah kaget Jimin. Tangan Aliya terangkat dan menarik kuat telinga Jimin.

"Heiii sakitttt!" Teriakkan Jimin dan tawa Aliya mendominasi sungai ini. Keduanya jadi bahan tontonan bagi anak-anak yang mandi di sungai. Keduanya tidak peduli dengan keadaan. Aliya terus saja mencubit telinga Jimin, sementara Jimin terus saja berteriak kesakitan.

"Aliyaaaaaaa!"

+

"Dingin?" Aliya mengangguk pelan dan Jimin langsung menggesek-gesekkan tangannya pada jangan Aliya. Berharap Aliya akan sedikit merasa hangat.

Keduanya berhadapan dan Aliya meringkuk didepan Jimin. Keduanya seharusnya langsung pulang tapi tidak bisa. Jimin berjanji untuk menunggu temannya dan Aliya tidak mau mandi lagi. Akhirnya Aliya naik kepermukaan dan ini hasilnya. Aliya kedinginan. Aliya memang tidak bisa lama-lama mandi.

"Aish mana Daemin? Kenapa dia lama sekali?" Aliya tersenyum melihat wajah Jimin. Sepertinya Jimin sedang kesal dan yang membuat senyum Aliya semakin mengembang adalah tangan Jimin yang selalu mengusap tangannya. Aliya tidak pernah merasa sedekat ini dengan Jimin. Bersyukur Hyorin membatalkan janjinya dan menggantikan dengannya. Ah Aliya jadi merasa jahat pada Hyorin. Tapi mau bagaimana lagi, Aliya memang menikmati keadaan ini.

"Jiminnnn!" Keduanya menoleh saat ada suara keras seseorang yang memanggil Jimin.

"Hei maaf aku lama. Oh hai Nona cantik!" Laki-laki itu membuat Aliya terkejut. Langsung melompat dan ikut jongkok didepan mereka. Menyapa Aliya dengan tiba-tiba.

"Aish kau ini seharusnya minta maaf. Lihat temanku jadi kedinginan karena menunggumu!" Aliya terkekeh mendengar gerutuan Jimin. Membawa tubuhnya untuk berdiri.

"Hehe aku harus lari dari Ayah dulu. Kau tahukah ayahku seperti apa?"

"Sudahlah. Kita lanjut saja dirumah. Aliya sudah kedinginan kau tau!" Keduanya kembali fokus pada Aliya yang masih kedinginan.

"Kau bisa berjalan?" Aliya mengangguk pelan atas pertanyaan Jimin.

"Hei keadaan seperti ini kau menyuruh Aliya jalan. Yang benar saja. Nona mari kugendong!" Aliya tersenyum semangat mendengar ucapan Daemin. Baru saja dirinya akan mendekat pada Daemin tangannya lebih dulu ditarik Jimin.

"Apa?" Kesal Aliya jengkel. Aliya malas berjalan dan Daemin sedang menawarkan diri.

"Naik ke punggung ku!" Aliya melongo saat Jimin langsung berjongkok didepannya. Tanpa disuruh dua kali Aliya langsung melompat ke punggung Jimin.

"Ah kau berat sekali!" Aliya terkekeh lucu dan mengalungkan tangannya keleher Jimin.

"Kau sendiri yang minta aku naik. Iyakan Daemin?" Daemin mengangguk pelan dan Jimin langsung mendengus. Menyebalkan keduanya.

"Ayo!" Dan Aliya menikmati ini. Baik keatas punggung Jimin, apalagi dengan Daemin yang mengajaknya bicara. Menyenangkan.

"Seharusnya kau ajak Hyorin juga!" Cetus Aliya dan membuat Jimin diam seketika!

"Hyorin?" Tanya Daemin pelan.

"Kekasih Jimin!" Daemin mengangguk mengerti atas ucapan Aliya.

"Sudahlah!" Aliya menatap Daemin dengan senyumnya dan Daemin mengerti. Apalagi dengan Jimin yang langsung diam.

"Oh ya Aliya bisa aku minta nomer ponselmu?"

"Tentu. Kita kan teman!" Keduanya sibuk berbicara dan mengabaikan Jimin yang sepertinya terlihat kesal. Biasanya Aliya akan berbicara seperti ini padanya dan kenapa juga sekarang harus seperti ini pada Daemin.

"Berisik!" Aliya langsung mengigit telinga Jimin.

"Hei sakit!" Aliya mendengus kesal dan mengabaikan teriakkan Jimin. Moodnya hancur karena Jimin. Kenapa juga Jimin harus menyela ucapannya.

"Hah Jim jika cemburu jangan seperti ini!" Kekeh Daemin dan membuat Aliya serta Jimin langsung diam.

Tbc.

You Should Know, I'l Loving U ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang