"kamu udah makan yan? " kata pak Haji sambil turun dari sepeda motornya.

"ini baru mau masak pak haji"

"kebetulan sekali bapak bawa makanan, sudah masaknya nanti saja, kita makan bareng ya, bapak juga belum makan"

"iya yan, kita tadi mampir dulu ke warung makan yang di seberang jalan, olahannya nanti sore aja kita masak buat makan malem ya" mbak Suci menambahkan.

"jadi merepotkan kalian"

"udah yuk masuk" kata mbak Suci lagi sambil tersenyum.

Kita makan bersama di ruang depan, atau ruang tamu, menu nasi padang dengan rendangnya yang menggugah selera, membuatku sedikit kalap, aku sudah tak berfikir lagi tentang lemak dan kolesterolnya lagi, biarkan aku menikmati semua kenikmatan ini dan melupakan akan berat badanku yang nantinya akan bertambah.

"yan, besok kita besuk ibu mu bareng-bareng ya"

"iya pak haji, oya mbok Dar sepertinya mau ikut bareng pak"

"bagus, kita bisa pergi bersama-sama ke sana menggunakan mobil milik mbok Dar"

"eh Suci tunggu, ini jangan lupa" kata pak haji yang memberikan bungkusan plastik berwarna hitam pada mbak Suci yang baru beranjak dari duduknya, yang sepertinya akan pergi ke dapur untuk mencuci tangan.

"itu apa pak? " tanyaku sambil menatap lekat plastik hitam yang sudah berada dalam genggaman mbak Suci yang sudah pergi ke arah dapur.

"oh... bukan apa-apa, cuma jamu punya Suci"

"jamu apa? " aku sedikit menyelidik, karena penasaran.

"jamu langsing, hehe" kata pak haji sambil tertawa, yang setengah dipaksakan.

"hehe" aku ikut tertawa, walau itu tak lucu sama sekali.

Baru aku mau beranjak dari duduk, menyusul mbak Suci yang kini sedang berada di dapur untuk cuci tangan, pak haji dengan spontan berkata

"kamu mau kemana, tunggu sebentar, tunggu, bapak mau ngomong"

Aku kembali duduk, menghadap pak haji, dan mengurungkan niatku sementara untuk cuci tangan.

"ada apa pak haji? "

"begini yan, mmmm kamu, kamu kalo misal ada masalah tentang keuangan atau apapun, butuh apa saja kamu cerita sama bapak ya, untuk bayaran sekolah pun nanti bapak siapkan" kata pak haji sedikit terbata-bata.

"oh itu, iya pak, terima kasih, alhamdulillah aku dapet beasiswa kok pak untuk urusan bayaran sekolah"

"oh ya??"

"iya pak"

"wah bapak seneng dengernya" senyum pak haji mengembang.

"sudah pak" kata mbak Suci yang muncul dari arah dapur.

"gimana jamunya, enak mbak? "

"jamu? " mbak Suci terlihat heran.

"itu yang tadi, jamu langsing" kata pak haji

"oh iya itu jamu langsing, enak yan, enak"

"mbak kan gak gemuk gemuk amat, kok minum jamu langsing?" kataku dengan raut wajah heran.

"ini jamu lepas lemak, tadi kita kan abis makan makanan berlemak"

"ooh iya, jamunya masih ada mbak? aku minta dong mbak"

"yaaaah, maaf banget yan, jamunya udah mbak abisin, mbak gak tahu kalo kamu suka  minum jamu pahit"

"rasanya pahit mbak"

"manis yan, semanis pare" kata pak haji sambil tertawa.

Dan kami tertawa bersama-sama.

***

Setelah makan tadi, dan mencuci tangannya, pak haji langsung pamit untuk pulang, dan kini aku tengah berbaring sambil membaca novel romance di atas ranjang yang berada dalam kamarku. Dan mbak Suci sedang membaca buku pelajaran di atas meja belajar.

"mbak? " kataku pada mbak Suci yang sedari tadi seperti serius dengan buku pelajarannya.

"eh iya, kenapa yan? "

"anu, mbak sudah punya pacar? "

"pacar? "

"iya mbak"

"kamu memang sudah punya pacar? "

"kok mbak malah balik bertanya sih, hehe"

"kamu dulu deh"

"aku belum, tapi suka sama seseorang iya"

Orang atau bukan aku tak perduli, aku suka sama kamu mas Rudi, dan kini kamu dimana aku tak tahu.

Sebenarnya kamu dimana mas??? kenapa kamu tak pernah lagi menampakkan diri kamu mas???

"kamu suka siapa yan? " suara mbak Suci sedikit lirih

"ada deh mbak, sekarang mbak dong jawab"

Baru mbak Suci mau menjawab, terdengar suara sepeda motor berhenti di depan rumah.

"eh tunggu, mbak lihat dulu siapa yang datang"

Aku mengangguk, mbak Suci beranjak dari duduknya, pergi keluar dari kamar ini, dan aku bangun dari ranjang, meletakkan buku novel ke tempatnya semula, melihat siapa yang datang melalui jendela kamar.

Mbak Shanti.

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang