DUA

3.1K 191 0
                                    

Fandra hampir saja membuat Melfa tersedak.

Kedua bola mata Melfa membulat, terkejut akan kehadiran Fandra yang datang secara tiba-tiba.

"Hah kak Fandra...!!! Mari makan kak."

Tawar Melfa lagi diselingi senyum terpaksa.

"Gak usah sok basa-basi lo, cepat ikut gue ke lapangan sekarang juga!"

Perintah Fandra terlihat sangat kesal pada Melfa yang telah membohonginya.

Bagaimanapun juga ini sudah keterlaluan, sekitar lima belas menit lamanya pemuda itu menunggu Melfa datang, hingga ia memutuskan untuk menjenguk gadis tersebut ketoilet alasannya takut terjadi apa-apa di sana.

Sesampainya di toilet tidak ada siapa-siapapun di dalamnya. Maka ia memutuskan untuk mencarinya ke kelas lagi. Sungguh lelah rasanya berjalan menjelajahi sekolah, di mana kelas Melfa paling pelosokan pula.

"Tapi makanannya belum habis."

Betapa geramnya Fandra mengetahui Melfa yang di kelas sedang makan, tanpa memikirkan nasib pria itu tengah lelah mencari keberadaannya.

"Maksud lo suruh gue habisin?"

"Bukan gitu, maksudnya tunggu makanan ini habis dulu. Kasian dong mama udah capek-capek masak."

"Terus hubungannya sama gue?"

"Yakan mumbazir si kak," jawab Melfa asal.

"Heh tau waktu ga sih!"

"Tau."

"Terus kenapa lo makan pas jam pelajaran?"

"Habisnya laper sih kak," ujarnya santuy.

Ingin sekali Fandra berteriak. Emosinya hampir saja meledak namun dapat ia tahan lagi, melihat di mana ia sedang berada di kelas X IPA 1 yang dikerumuni adik kelas. Mungkin ini menjadi ujian kesabaran bagi Fandra supaya bisa menjaga imagenya.

"Tunggu istirahatkan bisa!"

"Bisa sih, tapi alangkah lebih baiknya jika melakukan sesuatu itu diawal."

"Sok bijak lo jadi orang."

Tyka yang tadinya sedang tertidur pulas. Kini terbangun saat mendengar perdebatan kecil antara Melfa dan seorang pemuda yang tidak asing lagi baginya.

Ia terkejut melihat kehadiran Fandra tepat di depan matanya. Yang membuat ia membulatkan matanya penuh kagum.

"Kak Fandra ada di sini."

Gumam Tyka, secepatnya ia membenarkan jilbab yang tadinya sempat kusut.

"Cepat habisin, lama banget lo makannya."

Teriak Fandra tak sabar hingga menjadi pusat perhatian teman-teman Melfa di kelas, namun mereka semua tidak mempedulikan kejadian itu karena sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Sabar kali kak, kalo aku keselek gimana?"

Melfa masih mengunyah dengan santai.

"Bukan urusan gue."

"Iya iya."

"Bisa gak sih jangan sok imut lagi makan."

Fandra melirik Melfa dengan jijik.

"Loh emang gini kok kalo makan, kakaknya aja gak tau, kayak gak pernah liat orang makan aja."

"Kampret luu."

Tyka hanya diam, ia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Seolah-olah Fandra telah menghipnotisnya.

Fandra Giovan Andreans, lebih populer dipanggil Fandra. Ia duduk di kelas XII IPA 1. Sosok ketua Osis yang tegas, disiplin, juga berwibawa. Fandra yang memiliki ketampanan luar biasa serta memiliki wawasan ilmu yang begitu luas, maka tak jarang, jika banyak yang mengidamkannya. Pemuda itu juga ambis dalam belajar, sehingga juara dapat ia peroleh setiap tahunnya baik itu juara kelas maupun sekolah. Di tambah lagi ia adalah atlet dalam dunia pencak silat. Hanya sikap songgong dan juteknya itulah yang membuat orang geram padanya, selain itu masya Allah.

"Lama bener lo makannya woi, cepatan ngapa. Lo bisa menghargai waktu ga sih?"

"Iya iya."

"Cepatan gak!! Atau gue aduin ke Keysal, tentang sikap lo yang gak sopan banget sama senior!!"

Melfa menghentikan makannya saat pemuda itu menyebut nama Keysal.

Entah kenapa gadis ini sangat penurut dan takut pada pacarnya. Apapun yang diperintahkan Keysal berhubungan dengan hal-hal positif, maka ia akan menurut dan segera melakukannya.

***

Melfa sudah berlari sepuluh menit, nafasnya tidak karuan dan kepalanya pusing. Namun tetap melanjutkan hukumannya walaupun sudah tidak kuat lagi. Tidak lama kemudian penglihatan Melfa gelap dan.

Brukk....

Melfa pingsan.

Fandra yang melihat kejadian itu biasa saja, seolah-olah tak ada kejadian apapun saat itu yang dilihatnya. Karena ia pikir Melfa hanya akan membohonginya lagi dengan perpura-pura pingsan. Makanya Fandra tidak mau lagi tertipu untuk kedua kalinya.

"Fan, i.....tu ceweknya Key..."

Ucap Hafiz terbata-bata, yang baru keluar dari perpustakaan.

"Key siapa?"

"Key...."

Hafiz mencoba menyempurnakan ucapannya namun tetap saja ia tak berhasil.

Terdengar suara langkah kaki seorang pemuda, sedang berjalan ke arah Melfa yang tak sadarkan diri.

Keysal mengangkat tubuh pacarnya dengan wajah khawatir dan sedikit menahan amarah. Matanya menatap ke arah Fandra dengan tajam seperti tatapan permusuhan.

Ia membawa Melfa menuju UKS. Sedangkan Fandra dan Hafiz hanya diam terpaku dan masih berdiri dengan tatapan kosong sambil melihat kearah Keysal dan Melfa pergi.

***

Jika terdapat kesalahan dalam penulisan silahkan dikomentari aja ya. Dan jangan lupa juga vote buat yang mau, gak maksa.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya bye bye👋

Putri Safira🌻

Rasa Tak Bernama (END)Where stories live. Discover now