3

40 7 0
                                    

Waktu...

Jika memang memungkinkan, mau kah kamu menghadirkan kembali kebahagiaanku yang sudah kau gilas dibalik rodamu?

~Dokter Kenandri Arsyad~

--------

2 Hari berlalu sejak Senja menceritakan kisahnya padaku dan hingga saat ini bahkan aku tak bisa bertemu dengannya karena dengan beribu alasan diriku ini menolak bertemu, bahkan dengan sengaja aku meminta salah satu perawat untuk melakukan cek up berkala menggantikan aku.

Jika bertanya alasannya apa, aku akan menjawab tak tau.

Emosiku tak bisa terkendali saat tahu alasan mengapa akhirnya ia bisa berakhir di sini, alasan yang hampir sama dengan Sora.

Gadisku itu juga mengidap kelainan jiwa semenjak gagal menikah, bahkan ketika aku mengantikan calon suaminya tepat sebulan setelahnya keadaan Sora tak membaik sedikitpun.

Segala cara aku lakukan untuk menyembuhkannya, namun begitu ia sudah sedikit keluar dari bayangan halusinasi itu, Sora malah memilih mengakhiri hidupnya sendiri dengan melompat dari atap rumah sakit saat waktu sudah lewat tengah malam.

Aku masih ingat dengan jelas saat sebuah panggilan masuk itu memberitahukan bahwa istriku bunuh diri dan nyawanya tak bisa tertolong.

Terpukul?

Itu pasti, bahkan perasaan menyesal itu masih saja hinggap walau ada sebuah perasaan bahagia karena beberapa hari sebelum akhirnya Sora memilih mengakhiri hidupnya, aku bisa menyaksikan Soraku kembali ceria seperti sedia kala.

Sejak kepergiannya, profesi yang sudah dengan gila aku capai ini kini tak ada artinya lagi. Namun sekalipun aku tak mau melepasnya karena dengan profesi ini aku masih bisa berada di rumah sakit di mana dulu merupakan tempat Sora di rawat.

Walau aku tak bahagia, mengenang kisah masalalu yang bahagia bersama dia tak apa-apa bukan?

Walau sadar semuanya hanya akan ada kata sia-sia, namun hati kecil ini tak pernah jera memperdalam Cinta untuk dirinya.

Katakanlah aku lemah dan pengecut karena tak mau move on, tapi jika kalian jadi aku, apakah kalian mau menduakan seorang gadis yang sudah menarik kalian dalam pesakitan?

Apakah kalian mau mengantikan gadis yang sudah sangat berjasa dalam hidup kalian dengan gadis lain?

Aku yakin 90% jawabannya adalah tidak.

Tok... tok... tok...

Sebuah ketukan pintu menyita sepenuhnya perhatianku dan ketika aku menoleh dapat ku lihat Senja tengah berdiri di ambang pintu dengan sebuah senyuman lebar di bibirnya.

"Dokter menghidari aku ya?"

"...."

"Aku tau aku ini orang gila, jadi dokter juga ngak mau bermain denganku."

"Tidak--"

"Atau karena masa laluku? Harusnya aku tak menceritakannya."

Aku terdiam dan menunduk.

Tidak, bukan ini yang aku inginkan.

Kau benar-benar bodoh Ken!

"Maaf yah, Dokter."

"Kamu tak salah, Aku yang salah."

"..."

"Emosi menelanku ketika tahu alasan kuat kenapa kau begini sekarang, Aku hanya tak mau kembali tak terkendali di depanmu, itu tak baik bagimu."

"Itu artinya Dokter masih di perbudak oleh dendam."

"..."

"Dendam hanya akan menggerogoti hati dan itu tak ada manfaatnya sama sekali, Aku tau berdamai dengan dendam itu tak mudah, namun bukan berarti mustahil bukan?"

"...."

"Aku tau aku hanyalah gadis gila yang bahkan moodnya bisa berubah dalam hitungan detik, Aku juga tau aku hanyalah gadis menyedihkan yang hanya akan menyakiti diri saat pikiranku kacau, namun dalam posisi kali ini biarkan gadis kelainan jiwa ini memberikan saran untukmu karena aku tak mau suatu hari nanti kau akan berakhir seperti ku atau bahkan seperti orang yang dulu pernah kau kenal."

"..."

"Kau tau? Saat ini mati adalah sebuah pilihan paling baik untuk mengakhiri semuanya apalagi bagi orang-orang yang pernah berada di rumah sakit ini sebagai pasien, makanya tak heran hanya segelintir orang yang berhasil hidup setelah keluar dari sini."

"..."

"Bukannya aku mengatakan bahwa tempat ini terkutuk, tidak! Tapi semua ini terjadi karena jutaan mulut dan jemari yang tak pernah kenal ampun dalam menghujat, Jadi jangan salahkan dirimu atas segalanya! Karena walau kamu sudah menghabiskan darah untuk menyembuhkan pasien di sini, tak semuanya akan bisa bertahan dengan semua hujatan itu."

"...dari mana kau tau kisahku dengan dia hingga kau bisa mengatakan semua ini?"

"Biarpun dendam yang ada di hatimu itu kau tunjukkan pada penyebab hancurnya orang itu, namun dari sana akhirnya kamu menyalahkan diri ketika semua usahamu malah melahirkan kenyataan yang berlainan dengan ekspetasi anganmu, Tapi yakinlah Dendam yang saat ini kau simpan hanyalah pesakitan yang kau buat sendiri."

"..."

"Aku tau kau bingung dari mana aku mengetahuinya, namun sebelum kau memikirkan itu, maukah kau mencerna dan meresapi ucapanku tadi? Biarpun ucapan itu keluar dari mulut orang gila, setidaknya kau bisa mencernanya lebih dulu bukan?"

"...."

"Dan sepertinya aku harus pergi dari sini sebelum efek obatnya hilang dan aku kehilangan kewarasanku, Aku keluar yah Pak Dokter, Assalamualaikum."

Aku hanya bisa menjawab salam itu dalam diam dan membiarkan Senja keluar tanpa ada sekalipun niatanku untuk mencegahnya.

Hah Bagus Ken!

Kau memang harusnya menjadi pasien rumah sakit ini dengan segala kenyataan yang ada, bukannya malah menjadi dokter!

TBC

------

A/N : Kebooot yook keboottt, udah akhir bulan.... 😭😭😭😭😭😭

BUAT SEMUA PESERTA #NUBARY&I SEMANGAT YAAAKKK 😘

Langit Senja (STILL) #NUBARY&I (END) Unpublish acakTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon