Jungkook setengah berlari melewati jalanan yang becek dan beraroma tajam ikan dan daging di pasar, bersembunyi dari orang-orang Jepang sebelum memanjat dinding yang biasa dilewatinya dan mendarat di tanah dan langsung melihat Taehyung yang sekarang duduk di teras dengan alas duduk sedang memetik gayageum-nya dengan indah.

Suara permainannya begitu halus dan lembut. Jungkook belum pernah mendengarkan musik—hal itu terlalu mewah baginya. Dia hanya pernah mendengarkan daechwita yang dibawakan prajurit kekaisaran menyambut tamu istimewa atau upacara-upacara resmi. Dan itu pun jenis musik seremonial yang keras dan hingar-bingar, sangat berbeda dengan denting musik halus yang dimainkan Taehyung saat ini.

Suara permainan Taehyung menyusup ke dalam indranya, membuai Jungkook yang berhenti beberapa meter darinya, takut menganggu konsentrasinya memainkan dawai-dawai gayageum. Mata Taehyung terpejam, jemarinya sudah hafal nada-nada dawai alat musik di tangannya sehingga dia hanya perlu menggunakan nalar dan perasaannya untuk memainkannya.

Hidup Jungkook yang selama ini terisi pekerjaan kasar benar-benar asing dengan seluruh kasih lemah-lembut yang dimiliki Taehyung. Apakah seluruh keluarga kerajaan seperti ini? Ataukah hanya Taehyung?

Permainannya berhenti dan Taehyung membuka matanya, menoleh. Mata manik kelabunya bergerak perlahan dengan penasaran. "Jungkook? Kaukah itu?"

Jungkook terkekeh serak. "Ketahuan," katanya lalu merogoh saku baji-nya dan mengeluarkan bungkusan permen dalgona-nya. "Ibuku membuat permen, kau mau?"

Taehyung menengadahkan tangannya dan Jungkook menjatuhkan kainnya di atas telapak tangan Taehyung hingga benda itu berdenting dengan suara kecil. "Permen?" ulangnya dan Jungkook mengangguk. "Yap." Balasnya.

Taehyung meraba bungkusan itu dengan kedua tangannya, merasakan teksturnya dan mencoba mengenali benda itu dengan saraf-saraf perabanya lalu tersenyum. "Terima kasih." Katanya dengan tulus lalu membuka bungkusannya, membawa sekeping permen ke bibirnya lalu mematahkannya dengan giginya.

Dia menyesapnya dan tersenyum. "Rasanya enak."

Jungkook balas tersenyum walaupun pangeran itu tidak bisa melihatnya. "Syukurlah."

Taehyung menurunkan tangannya kembali ke pangkuannya. Hari ini rambutnya digerai, jatuh dengan halus ke balik bahunya dan meriap saat terkena udara malam yang berhembus. Ini bukan pertama kalinya Jungkook melihat rambut Taehyung digerai bebas, namun tiap kali melihatnya Jungkook selalu harus menahan dirinya sendiri agar tidak menjulurkan tangan dan membelainya dengan lembut—merasakan teksturnya di tangannya sendiri.

Seberapa halusnya rambut itu?

"Aku punya permintaan," kata Taehyung kemudian lamat-lamat setelah menghabiskan permen di mulutnya.

"Akan kuberikan." Balas Jungkook seketika itu juga dan Taehyung tersenyum ceria.

"Kau bahkan belum mendengar permintaanku. Bagaimana jika aku ingin kau melempar diri ke kandang buaya dan membiarkan mereka mengoyakmu hingga mati?"

"Memangnya itu yang akan kauminta?"

"Tentu saja tidak."

"Ya sudah."

Taehyung tertawa. "Kau pintar sekali bersilat lidah," katanya meletakkan permennya kembali ke bungkusannya lalu mengelap tangannya di pakaiannya yang lembut. "Sudah lama kita berteman tapi aku tidak tahu wajahmu,"

Wild FlowersWhere stories live. Discover now