Dia mendarat dengan kedua kakinya yang sekuat kucing lalu berbalik, siap melangkah ke lokasi favoritnya untuk tidur. Dan kakinya tersangkut di akar tanaman, dia terjerembab di tanah yang lembut dan basah dengan suara nyaring. Mengumpat keras, dia kemudian mengerang. Duduk, dia berusaha menarik kakinya lepas dari akar tanaman sial yang nampaknya tidak juga sudi melepaskan kakinya hingga akhirnya dengan erangan keras dia menarik akar itu hingga tercabut.

"Ha! Makan itu!" serunya lalu meludahi tanaman yang tercabut di tanah lalu bangkit, mengecek kerusakan hanbok-nya dan memasang kembali kkotsin pudarnya yang lepas. Dia nyengir, puas dengan kedatangannya ke sini walaupun harus ditahan oleh akar sialan.

"Hoseok?"

Mampus!

Jungkook berhenti di tengah-tengah langkahnya dengan satu kaki menggantung ke sudut halaman, ada kursi di sana. Di bawah pohon rindang dan kolam ikan yang sejuk. Dia biasanya tidur di sana, menikmati angin semilir dan kebebasannya yang mahal karena setibanya di rumah, dia akan habis dipecuti ayahnya dengan sapu.

Dia menoleh ke dalam rumah besar yang dianggapnya kosong—karena memang begitu. Ini bukan kali pertama Jungkook datang kemari dan selalu tidak ada siapa pun yang menganggunya. Tidak ada penjaga, tidak ada pelayan, tidak ada siapa pun. Namun ini kali pertama dia melakukan pendaratan dengan berisik dan penuh umpatan.

Apakah hari ini dia akan dibawa ke hadapan raja untuk dihukum penggal karena menerobos properti tanpa izin?

"Hoseok, apakah itu kau?"

Jungkook diam, membekap mulutnya lalu mundur perlahan dari depan rumah. Dia menatap lurus ke pintu teras yang terbuka lebar, menahan napasnya dan berusaha memutar otak apakah dia bisa memanjat keluar lagi dari sana dalam satu menit sebelum seseorang menemukannya?

Kenapa sulit sekali untuk tidur siang?

Jungkook berbalik, mengulurkan tangan untuk meraih akar tanaman yang digunakannya untuk memanjat saat suara pintu geser membuat seluruh nyawanya terasa lenyap dan dia menahan napasnya. Suara langkah kaki perlahan terdengar di lantai kayu dan berhenti, ragu-ragu.

"Hoseok?"

Siapa, sih, Hoseok ini?!

"Itu kau?"

Jungkook tidak tahan lagi, "Bukan, aku bukan Hoseok!" katanya secara impulsif dan langsung menyesalinya.

Bodoh! Bodoh Jeon Jungkook!

Hening.

Jungkook mengutuki dirinya sendiri karena menjawab pertanyaan itu. Mampus, di pasti akan dipenggal petang ini lalu kepalanya akan digantung di istana dan orangtuanya baru diizinkan mengambilnya empat hari kemudian. Begitulah cara Jungkook membuat dirinya berguna bagi keluarganya.

Dia seharusnya diam saja di ladang, menggemburkan tanah sampai mampus dan seluruh tulangnya patah. Setidaknya dengan begitu ayahnya lebih mudah menanam bibit-bibit baru. Atau dia bisa di rumah saja, membantu ibunya mengepel sisa air hujan semalam. Atau apa saja hal yang berguna bagi keluarganya yang sudah melarat.

Tapi tidak, dia malah melakukan misi bunuh diri dengan menyusup ke istana dan ketahuan.

Akar tanaman bodoh sialan.

Wild FlowersDonde viven las historias. Descúbrelo ahora