One

5K 385 88
                                    

Wild Flowers
taekook historical fiction by eclaire delange – 2020
based on Agust D's 'Daechwita' MV

Dinasti Joseon, 1893 Akhir.

"Selamat pagi!"

"Iya, iya, selamat pagi juga, Jungkook."

Jungkook, pemuda itu, nyengir saat akhirnya melompat dari belakang tubuh penjual daging yang sedang diganggunya dan mendarat dengan kedua kakinya di jalanan pasar yang basah dan berbatu. Hujan kemarin membuat keluarganya kesulitan; atap yang bocor di ruang utama membuat semuanya tidak bisa tidur sehingga akhirnya satu keluarga Jeon terpaksa harus berlindung di sudut agar tidak kebasahan dan kedinginan hingga pagi menjelang.

Sebelum ayahnya sempat memerintahkan apa pun, Jungkook sudah menyelinap pergi kabur dari rumah.

Syukurlah hari ini cerah sehingga ibunya bisa menjemur pakaian serta kasur tipis mereka di bawah sinar matahari. Jungkook berharap tidak ada hujan susulan lagi karena dia tidak suka terjaga dalam keadaan pusing seperti semalam.

"Memangnya kau tidak punya pekerjaan hari ini?"

Jungkook mengendikkan bahunya, menyambar apel dari keranjang pertama yang ditemukannya lalu mengigitnya. Suara apel tergigit yang renyah dan basah terdengar nyaring dan dia meringis saat apel itu terasa masam dan sepat.

"Aku bosan, katakan itu pada Ayah jika kebetulan dia mencariku," lalu dia melambaikan tangan dan memacu kedua kakinya menjauh dari pasar; mengabaikan teriakan penjual buah yang diambilnya tadi.

Jeon Jungkook sedang merasa lelah dan pening setelah semalaman tidak tidur, hari ini dia mengabaikan kata-kata ayahnya dan kabur dari kewajibannya membantu di ladang. Dia ingin bolos sekali saja melakukan hal yang disenanginya alih-alih menurut pada perintah ayahnya; menyangkuli tanah gersang yang tidak pernah jadi lebih mudah tiap kali dia melakukannya.

Jadi Jungkook kabur.

Dan dia tahu tempat yang sangt sempurna untuk tidur siang.

Sudah lama dia menemukan celah untuk masuk ke dalam istana tanpa diketahui siapa pun dan bukan salahnya juga karena raja memiliki rumah yang begitu luas hingga dia sendiri lupa untuk mengurusnya tiap sudutnya. Istana itu kecil, tidak sebesar istana utama, letaknya di sudut terpencil nyaris dikucilkan dari rumah utama. Penjagaannya juga tidak terlalu ketat—pada beberapa kesempatan bahkan tidak ada penjaganya sama sekali, namun tempat itu terasa paling asri dan menenangkan.

Jungkook suka memanjat dindingnya dengan mengandalkan akar sulur tanaman rambat di dindingnya, nyaris merobek baji satu-satunya saat pertama kali terguling dari dinding dan terjatuh di halamannya. Kesakitan tapi puas karena berhasil menemukan tempat persembunyian yang tidak akan ditemukan ayahnya.

Tidak penting apakah tulang pinggulnya patah dan dia lumpuh, hanbok-nya jauh lebih berharga karena dia sungguh tidak ingin ibunya mengomel seharian saat menjahit hanbok-nya dan Jungkook terpaksa kemana-mana dalam pakaian dalamnya.

Dengan lincah dia menghindari pengawal kerajaan dan menyusup ke dalam gang kecil sempit yang jarang disentuh orang, dia diam di sana. Menghitung hingga dua puluh sebelum meraih akar tanaman rambat di dinding istana yang nyaris setebal lengannya dan mulai memanjatnya. Dia sudah bisa melakukan ini hingga tidak butuh waktu lama hingga dia akhirnya berdiri di puncak dinding istana, lalu berguling; meraih akar tanaman di bagian dalam lalu meluncur turun.

Wild FlowersWhere stories live. Discover now