Prolog

84 3 2
                                    

Kehidupanku tidak terlalu istimewa. Aku lulus tepat waktu dari perguruan tinggi dan menjadi seorang dokter muda di rumah sakit lokal. Aku pergi meninggalkan kampung halamanku, Gunma, untuk berkuliah di Tokyo. 

Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Ayah dan ibuku adalah petani dan adik laki-lakiku tahun depan akan menjadi siswa kelas 3 SMA. Aku saat ini sedang menikmati kehidupan seorang wanita karir di umur 24 tahun.

Aku tidak benar-benar pendek atau gemuk atau mengerikan atau apapun itu. Beberapa rekan kerjaku bahkan mengatakan jika aku terlihat lebih muda dari umurku. Tapi sepertinya, aku memang tidak punya keinginan untuk mencari kekasih atau pendamping hidup dulu. Aku lebih mementingkan pekerjaan dan keluargaku.

Aku sering mendapat undangan pernikahan teman-teman kuliahku. Banyak dari mereka yang mendapat pasangan sesama dokter atau dijodohkan oleh orang tua. Dalam kehidupanku, jangankan dijodohkan, ditanya soal pacar saja aku tidak akan menjawab. 

Lagipula, berurusan dengan masalah asmara kelihatannya jauh lebih merepotkan daripada berurusan dengan pasien yang tidak ingin di operasi.

"Selamat malam, Dokter! Maaf kami terlambat!"

Seorang perempuan berjalan ke arahku. Dia dan laki-laki berjas di sampingnya. Namanya, Nana Asakura, suster asistenku di rumah sakit, dan pria berjas itu adalah kekasihnya, Funabashi, seorang pegawai senior di sebuah perusahaan kontraktor.

 Namanya, Nana Asakura, suster asistenku di rumah sakit, dan pria berjas itu adalah kekasihnya, Funabashi, seorang pegawai senior di sebuah perusahaan kontraktor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Asakura memaksaku meluangkan waktu agar ia bisa mengenalkan kekasih yang selalu dibangga-banggakan. Sepertinya mereka baru jadian akhir musim semi tahun ini. Aku melambaikan tanganku pada keduanya dan tersenyum.

Aku mengangguk, memberi salam pada Funabashi dan bertanya sebagi basa-basi,

"Siapa gerangan pria ini?"

"Oh, senang bertemu denganmu, Dokter. Namaku Kensuke Funabashi. Nana sering menceritakanmu padaku. Terima kasih sudah menjaganya."

Mulutkupun menganga membentuk huruf "O" kecil. Sepertinya pria yang menjadi kekasih Asakura kali ini jauh lebih baik daripada yang sebelumnya. 

Aku masih ingat benar bagaimana mantannya mengamuk hingga ke rumah sakit hanya karena Asakura tidak membalas pesannya. Kalau saja saat itu aku tidak memanggil polisi, sepertinya dia benar-benar akan memukul Asakura di depan para pasien.

"Angin malam begini tidak baik untuk tubuh, bagaimana kalau kita minum teh sambil melanjutkan perkenalan?"

Usulku sambil menunjuk kafe di sebelah tiang telpon tempatku menunggu tadi.

"Oh, ide bagus."

Aku memilih duduk berseberangan dengan pasangan itu. Asakura terlihat sangat bahagia ketika membantu Funabashi melepas jas kerjanya. Melihat mereka, mengingatkanku pada ayah dan ibu sepulang berladang. Tanpa terasa senyum simpul tersungging di bibirku.

Seorang pelayan terlihat meletakkan tiga buku menu di hadapan kami. Walau aku bilang minum teh, tapi sepertinya tidak ada satupun yang memesan teh. 

I'm Still A Doctor even if Transferred to My Brother Novel!!Where stories live. Discover now