"Tidak apa--"
"Berengsek!" Aku mendongak mentap Jungkook yang terkejut akan ucapanku, "harusnya kau menolaknya! Bukan malah menikmatinya sialan!" Pertama kalinya aku memaki atasanku sendiri.
"Hei. Aku pria normal. Tidak mungkin menolak sesuatu yang disuguhkan dengan indah padaku bukan?" Salah satu alisnya terangkat, detik berikutnya tubuhnya maju kearahku hingga wajah kami begitu dekat. Hanya beberap senti, matanya meneliti seluruh lekuk wajahku hingga pandangannya beralih pada bibirku, "jaga ucapanmu Yoo Minji. Aku atasanmu."
Tubuhku menegang sempurna, sorot matanya begitu tajam. Tangannya terangkat keudara kemudian mengusap bibirku dengan ibu jarinya,"aku bisa saja menghabisimu lagi pagi ini jika tidak mengingat kita baru saja tertidur tiga jam yang lalu karena pergulatan panas yang terjadi yang mengakibatkan kau akan susah melangkah hari ini. Aku tidak menyangka ini yang pertama untukmu." Aku bisa merasakan hembusan nafasnya berat tidak terkontrol, Jungkook tersenyum miring. "Sayang sekali bibir manis ini harus terluka karena gigitanku." Dia menyentuh bibirku yang sedikit terluka dibagian dalam karena ulahnya.
Aku menatap nyalang, "singkirkan tanganmu!"
Jungkook mendengus senyum, dan detik berikutnya getaran ponselnya mengalihkan perhatian kami. Dia memundarkan tubuhnya, meraih bathrobe yang terletak diatas lantai, memakainya dan mengangkat telepon. Aku dapat melihat perubahan ekspresinya ketika seseorang yang menghubunginya mungkin mengatakan sesuatu yang membuat dia kesal. Jungkook mengacak rambutnya frustasi kemudian mematikan sambungan telepon. Dia mengambil pakaiannya dan kembali memakainya langsung di depanku. Aku refleks mengalihkan pandangan.
"Kenapa harus dengan wanita sepertimu?"
Perkataannya membuatku menatapnya tajam. "Apa maksudmu?!"
Jungkook tersenyum miring, "selamat. Sepertinya kau telah memasuki duniaku."
_______
"Harga saham menurun dan semua itu karena ulahmu!"
Pria yang berusia kira-kira tujuh puluh tahun-an itu melemper sebuah surat kabar dimana pada halaman depannya terpampang jelas Jungkook yang sedang memasuki kamar disebuah club malam dengan seorang wanita. Jungkook menunduk, tidak berkutik jika sudah berhadapan dengan Jeon Sungjin. Kakeknya sendiri.
"Aku membangun perusahaan hingga sebesar ini dengan usahaku sendiri Jeon Jungkook!" Sungjin menatap tajam, "kau cucuku satu-satunya. Pewaris JJ Group. Harusnya kau lebih hati-hati!"
Jungkook masih diam. Tidak berani menatap mata sang kakek.
"Kau harus mempertanggungjawabkannya?!"
"Baik! Jika itu yang kakek inginkan." Jungkook mendongak mencoba menatap mata sang kakek yang memperhatikannya, "tapi bagaimana sekarang, apa yang harus aku lakukan?"
Sungjin tersenyum, "nikahi gadis yang kau tiduri itu. Hanya itu caranya."
Jungkook melotot kaget, tidak terima. "Bagaimana mungkin itu terjadi. Aku memiliki kekasih!"
Sang kakek memukul meja di depannya dengan kuat hingga membuat Jungkook mengedikkan bahu terkejut. "Masih memikirkan kekasihmu itu! Perusahaan terancam bangkrut Jungkook, para pemegang saham ingin menggantikan posisimu. Apa kau masih tidak mengerti!"
Jungkook menghela nafas mengusap wajahnya frustasi. "Aku mencintai kekasihku kakek. Aku tidak bisa meninggalkannya."
Sungjin menyorot tajam. "Aku tidak perduli! Apapun alasanmu kau harus menikah dengan gadis itu. Dengan begitu, aku akan mengatakan pada media bahwa gadis yang kau bawa kedalam kamar adalah calon istrimu."
________
"Hei. Apa ada masalah?"
Minji tersentak ketika mendengar perkataan kekasihnya. Wanita itu yang tadinya masih sibuk dengan pikirannya sendiri-- memikirkan bagaimana caranya mengatakan pada Jaehyun apa yang tengah dia alami. Kesalahan besar yang telah dia perbuat. Harusnya dia mendengarkan apa yang Jaehyun katakan. Menghindari minuman beralkohol.
Minji keras kepala. Tidak ingin kalah, dan paling tidak suka diremehkan. Sifat itulah yang pada akhirnya membawa dia terbangun dalam dekapan pria lain tanpa menggunakan pakaian. Minji menggelengkan kepala, memaksakan senyum. "T-tidak apa-apa Jae, kau tidak perlu khawatir."
Jaehyun tahu ada yang tidak beres dengan Minji hari ini. Wanitanya lebih sering melamun, diam, tidak banyak bicara seperti biasanya. Jaehyun tipe pria yang tidak ingin memaksa, lebih mengutamakan privasi seseorang daripada sisi egoisnya. Membiarkan Minji menceritakan tanpa harus diminta.
Jaehyun mengulas senyum. "Terserah... Terserah nyonya Jung saja." Lanjutnya sembari mengacak rambut Minji gemas.
Minji terkekeh, "hentikan itu."
Jaehyun tertawa hingga deretan giginya terlihat. Hari ini Jaehyun sengaja menyuruh Minji untuk menemuinya di restoran milik lelaki itu. Katanya..., dia ingin memperlihatkan resep baru yang dia kembangkan-- Minji harus mencobanya pertama kali. Begitulah Jaehyun, selalu mengutamakan Minji terlebih dahulu dibanding yang lain.
Minji tersenyum tipis sembari menatap tangan Jaehyun yang sibuk memotong wortel menjadi bagian-bagian kecil. Tangan baju yang digulung sampai siku, apron hitam yang digunakan pria itu dan caranya menggenggam pisau hingga memperlihatkan urat-urat pada tangannya begitu mengagumkan. Jaehyun kekasih yang sempurna. Bodohnya..., Minji merasa telah menghianati pria itu.
"Hei..., Ada apa?"
Jaehyun memekik kaget saat tiba-tiba saja Minji berhambur kepelukannya-- memeluk erat. Jaehyun yang tadinya ingin mengambil sayuran di lemari pendingin yang berada dibelakang Minji terkejut saat wanita itu tiba-tiba memeluknya. Minji menggeleng di dalam pelukan, berusaha menahan tangis.
Jaehyun mengulas senyum, tangannya membalas pelukan, "kenapa kekasihku manja sekali hari ini sih?" Salah satu tangan Jaehyun kemudian mengusap rambut Minji. "Merindukanku yah?"
Minji mengangguk dalam pelukan. Rasa bersalah semakin membuat Minji ingin mengeluarkan tangisannya. Andai saja..., andai saja waktu itu dia menuruti kata-kata Jaehyun untuk menjauhi minuman sialan itu, andai dia tidak mengikuti rapat hari itu, andai dia bisa mengontrol dirinya saat mabuk, mungkin kejadian itu tidak akan terjadi. Mungkin Minji tidak akan kehilangan pria sebaik Jaehyun.
Nasi sudah menjadi bubur. Minji harus menelan pahitnya kenyataan saat tadi pagi dirinya dipanggil kerumah kediaman keluarga Jeon-- bertemu dengan pendiri perusahaan tempatnya bekerja lengkap dengan presdir perusahaan tersebut. Awalnya Minji hanya mengira dia akan disuruh menjauhi Jungkook dan meninggalkan pria itu dengan ganti beberapa persen saham, atau uang ratusan juta dollar dan berakhir dilempar air seperti drama kebanyakan saat gadis miskin dekat dengan pria konglomerat. Tapi semua diluar kendali, Minji sukses dibuat kaget saat kakek Jungkook menyuruh mereka menikah-- sialnya Minji tidak bisa membantah saat nama ibu dan adiknya dibawa kedalam masalah tersebut.
Setetes airmata lolos dari matanya dalam dekapan Jaehyun. "Jae..., kita harus mengakhiri hubungan ini." []
KAMU SEDANG MEMBACA
'INCORRECT ANSWER'
FanfictionJeon Jungkook; sosok yang begitu dingin, begitu angkuh, dan keras kepala. Harta, tahta, wanita, 3 hal itu bisa ia dapatkan dalam sekali kedip. Namun, di balik gelimang harta, di tengah kemewahan, di tengah hati bekunya. Jungkook terpaksa menarik Yoo...
PART 1
Mulai dari awal
