Hepar Angiografy

56 5 19
                                    

Nayla dan Cila melangkahkan kakinya menuju rumah bercat hijau tersebut. Mereka berjalan beriringan dan menyapa beberapa orang yang mereka temui untuk sekedar perkenalan. Langkahnya terhenti ketika seorang pemuda turun dari motor dan berjalan menuju tempat mereka berdiri.

"Udah sampai? Mas kira masih lama. Ayo masuk," ajaknya. Cila dan Nayla awalnya kaget, namun tak menghentikan kaki mereka untuk terus mengikuti langkah pemuda tersebut.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum, Umma." ucapnya memberi salam.

Terdengar suara kaki melangkah mendekat ke arah pintu dan membukanya perlahan, "Wa'alaikumussalam. Eh, ada tamu. Mari masuk," sambutnya ramah. Kami masuk ke dalam rumah itu dan duduk di kursi.

"Kamu bawa siapa, Zam? Tumben banget bawa cewek ke rumah," celetuknya menyindir.

Azam mendengus sebal, "Itu anaknya tante Iris, Amanda sama sahabatnya, Kadara." terangnya pada wanita yang disebut Umma.

"Ah, iya Tante. Aku Cila dan ini Nayla," sahutku mengulang. Umma hanya mengangguk paham.

"Ada perlu apa kamu ke sini? Nggak biasanya kamu kemari cuma berdua sama temanmu," tutur Umma.

Cila tersenyum, "Jadi, tujuan saya kemari itu untuk Coass. Saya datang ke rumah Umma untuk laporan sama Om Arland," jawabku. "Saya juga udah dapat tempat tinggal di sekitar rumah sakit dan dekat dari sini. Itu saja Umma,"

"Oalah ... jadi kamu itu calon dokter, ya?" tanya Umma meyakinkan, "Udah cantik, pinter, calon dokter lagi tuh. Kamu gak ada niatan cari pacar kayak gitu, Zam?" tandas Umma meledek.

"Umma, jangankan dokter, mbak-mbak IndoApril aja nggak mau sama dia." tambah seseorang dari belakang kami yang membuat Azam meringis.

"Saya Zasya, Iparnya Azam. Salam kenal," ucapnya memperkenalkan diri.

"I-iya, Mba-eh, Kak." Cila meracau, Nayla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena ulahku.

"Maaf ya, Mbak. Cila kalo kecapean emang gitu," sesal Nayla.

Cila melirik jam di pergelangan tangannya, "Oh, iya. Kami pamit dulu ya, Umma. Masih perlu beres-beres soalnya," ucapku meringis tak enak.

Umma, Mas Azam dan Mbak Zasya pun mengizinkan kami untuk pulang.


-Hepar Angiografy-



Cila dan Nayla merebahkan tubuhnya di kasur. Mereka telah sampai di rumah singgah sekitar 30 menit yang lalu.

"Cil, kira-kira dokternya baik-baik nggak ya?" Nayla bergumam lirih.

"Kalo dokternya jahat, mereka gak mungkin jadi dokter dong, Nay. Mereka jadi psycho aja," celetuknya.

"Iya juga, sih. Tapi bukan itu maksud gue, Cil. Ah, ngomong sama lo gak pernah bener," ujarnya protes. Cila hanya mengendikan bahunya acuh dan bersiap untuk mandi.

Nayla bangun dari posisi rebahannya, "Mau mandi lo?" tanyanya. Cila mengangguk. "Jangan lama-lama, gue juga mau mandi."

Cila masuk ke dalam kamar mandi tanpa mempedulikan ucapan Nayla, ia sudah terbiasa. Lain halnya dengan Cila, Nayla malah asyik membuka ponsel milik Cila dan membuka isinya. Aplikasi yang pertama ia buka adalah WhatsApp, tak ada yang aneh. Kemudian beralih ke Instagram, di sana ia menemukan sesuatu yang 'waw'. Ia menyeringai jahil dan membuat sesuatu yang tak seharusnya terjadi. Ia meletakkan kembali ponsel Cila dan beralih ke laptopnya.

Cila kembali dengan handuk yang bertengger di kepalanya. Nayla yang melihat itupun sontak mematikan laptopnya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi, takut si empunya menyadari kejahilannya.


Ting!


Suara notifikasi itu membuat Cila yang hendak mengambil buku menjadi tertunda, ia berbalik dan mengambil ponselnya. Cila heran, satu nama tertera di sana. Leon. Ia membuka aplikasi Instagram dan melihat pesan yang dikirim oleh Leon.


Leon_zn
| Jadi lo lagi di Magelang, nih? Ya udah, ketemuan di Benoa Caffe and Resto aja, ya! Jam 8, gue tunggu.
17:00 p.m


Cila menganga tak percaya, ini pasti ulah Nayla. Cila melihat pesan sebelum balasan Leon tersebut, dan ya, ia terkejut bukan main.



Cecilamanda_
Lo tinggal di Magelang 'kan? Gue lagi di | Magelang nih, ketemuan yuk!
16:59 p.m

Cila merengut sebal. Mau tak mau ia harus menemui Leon, teman sosial medianya itu. Ia menghela napas berat, "Nayla ... nanti kamu temenin aku buat ketemu sama Leon ya," pinta Cila berteriak enggan.

"Lo pergi sendiri aja, Cil. Gue mau istirahat," balasnya berteriak juga.

Cila mendesah tak rela, "Ini salah kamu juga, kamu harus tanggung jawab."

"I-iya gue ikut," Cila tersenyum, inilah Nayla. Akan luluh jika Cila sudah berkata aku-kamu.

Nayla keluar kamar mandi dengan tampang bergidik ngeri, "Ngapa lo? Kesambet setan depan? Atau lo kesurupan?" hardiknya.

"Enak aja! Masih normal gini kok," sanggah Cila.

Nayla nyengir lebar, "Eh, si Leon itu siapa? Pacar? Chat dia banyak banget loh, tapi kenapa gak pernah lo bales?" tanya Nayla penasaran.

"Nggak tau," cicit Cila. "Dia ganggu, dan gue gak kenal dia, makanya gak gue bales."

"Oh gitu, kali aja pacar," ujarnya menggoda.


o0o

Hepar AngiografyWhere stories live. Discover now