3. Ketua PMR

616 231 423
                                    


Holaaa
Dari mana kalian menemukan cerita ini?
Jangan lupa tinggalin jejak!

Silent reader enaknya diapain ya?

"Happy Reading"

Thalia bergegas menuruni anak tangga, karena penasaran apa yang terjadi di bawah sana.
Ternyata, ia mendapati Thaletta yang tengah duduk mesra dengan sang pacar.

Berbalik lalu kembali menaiki anak tangga dan berharap Thaletta tak melihat keberadaannya.

"Eh? Itu adek kamu?" tanya pacar Thaletta, setahu Thalia ia bernama Rega.

"Hu'um," jawab Thaletta dengan gumaman, membuat Rega mengangguk-anggukan kepalanya.

Rasa kantuk sudah mulai menyeruak, membuat Thalia menguap tiada henti.
Membaringkan tubuh, seraya menutup mata dan berdoa agar esok masih diberi kesempatan untuk bertaubat.

I Want Love

Hari demi hari telah terlewati, tidak ada yang berbeda. Kedua orang tua Thalia masih sama, selalu memberi tatapan tajam, bahkan sering membentak juga melontarkan ucapan pedas.

Pagi ini, Thalia sudah siap dengan seragam sekolahnya, yang sebelumnya memang sudah menyiapkan sarapan.

Hari ini Thalia tidak ikut sarapan bersama keluarga, dikarenakan ia tengah piket di kelas membuatnya tak mau datang telat.

Berjalan santai menuju gang depan, berniat untuk mencari angkot yang dapat mengantarkannya ke sekolah.
Namun, sudah lumayan lama berdiri di sana angkot yang ditunggu-tunggu pun tak kunjung tiba membuat Thalia berdecak kesal.

Suara motor berhenti tepat di hadapannya, seraya mendongakkan kepala agar dapat melihat jelas si pengendara.
Mata seketika membulat sempurna ketika mengetahui pemuda yang akhir-akhir ini mengganggu kehidupannya tengah berada tepat dihadapannya.

Masih ingatkah kalian pada ketua PMR yang telah membantu Thalia saat pingsan beberapa hari sebelumnya, yang bernama Rangga? Ya, ialah yang sudah berdiri sembari menatap namun tanpa ekspresi pada Thalia saat ini.

Dapat dilihat Thalia yang tengah mengatur nafasnya agar tidak kelihatan gugup, siapa yang tidak terpesona akan ketampanan yang Rangga miliki?
Mungkin hanya anak yang memang phobia terhadap cowok.

"Mau ke sekolah?" tanya Rangga, Thalia mengangguk sembari menunduk. Menggigit bibir bawah seraya menahan senyuman yang akan keluar.

"Yaudah bareng yuk." Seketika Thalia mendongak setelah perkataan tadi terlontarkan. Namun tidak memberikan respon apa-apa takutnya indera pendengaran salah tangkap.
Mata Thalia terus menatap ke atas, begitulah ia ketika ingin mengingat sesuatu. Ya, kini Thalia berusaha mengingat ucapan Rangga barusan.

"Gimana mau, gak?" tanya Rangga memastikan, membuat Thalia langsung menatap ke arahnya.

"Eh? Hah? emm mau kak," jawab Thalia tanpa pikir panjang, lalu setelahnya menutup mulut ketika sadar akan apa yang sudah ia perbuat. Sunggu malu yang ia rasakan.

Senyuman pemuda itu kian naik ke atas tapi tidak sampai membuat lengkungan. Bahkan senyuman yang ia ukir saat ini tidak terlihat begitu tampak, membuat Thalia memegang dadanya yang bergemuruh di dalam sana juga seakan loncat dari tempatnya.

"Udah?" tanya Rangga seraya melihat Thalia melalu kaca spion, Thalia pun mengangguk. Setelahnya motor melesat dengan kecepatan di atas rata-rata.

Lima belas menit kemudian, mereka berdua telah sampai di sekolah dengan keadaan sehat walafiat. Tatapan mata dengan api kecemburuan mulai tertuju pada gadis malang, Thalia.

I Want loveМесто, где живут истории. Откройте их для себя