BAB 7 : Terpanah Asmara

2.9K 130 11
                                    

Bab 7

TERPANAH ASMARA

Adam POV

Sosok itu ada dihadapanku, begitu cantik, dia seperti malaikat. Mencintai nya tidak bisa aku hindari. Begitu kuat perasaan yang aku rasakan. Ya, kuat sekali. Kalian pasti tahu bagaimana aku menggila satu bulan ini. Bagaimana aku kehilangan sosok yang berada di hadapan ku ini. Dan ini bukan main-main, aku tidak perduli dengan intensitas pertemuan kami yang amat sangat sebentar. Dirinya hadir saat aku membutuhkan seseorang mengisi hatiku. Kehausanku akan belaian, perhatian, dicintai, dihormati semua tertuju padanya. Dan panah cinta yang ia berikan saat awal pertemuan kami menusuk tepat di hatiku.

Dia sempat terbelalak dengan kehadiranku. Dan saat bibir manisnya tergagap memanggil namaku tidak bisa ku pungkiri lagi. Aku mulai menggila. Efek akan getaran bibir manisnya yang mengucap namaku sampai ke dalam hatiku. Dan dengan segenap perasaan aku memanggut bibirnya lembut. Dia sempat menengang namun dengan perlahan bibirnya menerima ciumanku. Hingga saat ia membalasnya, aku mulai hilang kendali. Seakan ia membawaku ke atas awan, menghias langit yang saat ini sedang mengguyur bumi dengan rintik-rintik hujan nya dengan pelangi. Pelangi warna-warni yang dirangkai dengan bahasa cinta.

"Jangan pergi lagi Maudi." kata-kata itu sukses keluar begitu saja dari bibirku. Menatap wajah nya yang terengah-engah. Sangat cantik dengan semburat rona merah dipipinya. Matanya tengah terpejam, menanikmati sensasi yang baru saja ku berikan. Lalu mata itu terbuka menatap ku kaget. Apakah ada yang salah?

"Apa?!" suara itu terdengar lantang. Hingga telingaku berdenging.

"Jangan pergi lagi Maudi. Jangan menghilang dariku" ucapku sekali lagi. Penuh ketegasan dan keyakinan. Ya, aku benar-benar dengan ucapanku.

"Apa kau gila?!!" tunggu-tunggu bukan ekspresi seperti ini yang aku bayangkan dari Maudi. Oh Tuhan.. Aku benar-benar melakukan kesalahan.

"Lepas kan aku, Adam..." tangan kecil itu meronta-ronta, mengguncang tubuhku meminta untuk dilepaskan. Tidak Maudi, kamu salah paham.

"Lepas...!!" tangan kecil itu menghujamkan pukulan-pukulan yang sama sekali tidak berarti di dadaku. Dan tepat ketika aku akan membuka suara. Tangan kecil itu mendarat tepat di pipiku. Dia menamparku!

Sontak, aku melepas pelukannya dan meringis. Bukan, bukan karena tamparannya. Tapi entah mengapa telingaku terasa berdengung, dan kepalaku terasa seperti berputar-putar. Dengan kuat aku memijat pelipisku. Berusaha menggapai sesuatu untuk mencari pegangan karena tubuhku tiba-tiba limbung.

"Adam... Ka..mu, kenapa?" aku tidak tahu apa yang dilakukan Maudi. Hingga dia membawaku duduk di sebuah sofa. Ah.. Aku ingat, di sofa ini aku pernah mengobati lukanya. Karena kepalaku terasa amat berat, aku pun merebahkan diri kesofa. Maudi kembali membantuku mengangkat kakiku ke atas sofa.

"Kamu kenapa, Dam?" suara itu terdengar renyah di telingaku. Namun mataku terasa amat berat dan kepalaku masih terasa berputar-putar. Apakah ini efek mabuk? Ck.. Salahkan aku karena tidak terbiasa meminum minuman haram itu.

"Maudi..." ucapku lirih. Ingin memberitahukan bahwa aku membutuhkan obat untuk sakit kepalaku. Namun saat bibir ku terbuka, rasa mual tidak dapat terelakkan. Seakan mengetahui apa yang akan terjadi, Maudi langsung membopong diriku ke kamar mandi. Aku langsung mengeluarkan semua isi perutku. Ini sangat memalukan. Sebuah pijatan kecil di tengkukku memberitahu bahwa Maudi masih berada di sisiku. Gadis itu...

"Kamu mabuk ya Dam..?" suara nya terdengar cemas. Dengan cepat aku membasuh mulutku. Dan dia kembali membopong tubuhku keluar kamar mandi. Merebahkan tubuhku ke atas sofa.

"Masih pusing...?" lagi dia terdengar cemas. Mataku yang sedari tadi terpejam akhirnya terbuka. Wajah cantik nya benar-benar terlihat cemas. Begitu tulus, oh Maudi.. Kamu bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali padamu.

LIVE WITHOUT YOUWhere stories live. Discover now