*****

Pesta berlangsung dengan meriah. Semua tamu menikmati hidangan yang telah disiapkan sembari mengobrol dengan sesama tamu yang lain.

Rora menjatuhkan badannya dan meletakkan Darrel di pangkuan. Ia sudah pegal sekarang. Sedari tadi ia mengendong putranya yang semakin hari semakin berat sembari menyambut para tamu.

Darrel mendongakkan kepalanya. Menatap wajah letih sang mama dengan wajah polosnya. "Duduk dulu yha. Mama capek." Tak berkata apapun anak itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Udah capek yha? Sini Derrel sama ayah." Seorang pria berdiri di hadapan Rora dan mengambil Derren dari pangkuan istrinya.

"Kau sudah tak menemui para Alpha lagi?"

"Hari sudah malam. Mereka sudah pulang." Pria itu menjatuhkan dirinya di kursi satu meja dengan Rora.

"Hm, baguslah aku juga sudah penat." Hari ini begitu melelahkan bagi Rora. Mulai dari menyaipkan sarapan di pagi hari, membenahi dekorasi di siang hari hingga menyambut para tamu di malamnya. Belum lagi ia harus mengurus Derren dan meyiapkan kebutuhan suaminya, Devan.

Yha, Devan selamat dari pengaruh wolfsbane itu. Anak panah itu tidak menancap di jantung Devan membuat nyawanya dapat di selamatkan walaupun dengan cara yang tidak mudah.

"Kak Devan, Kak Rora!" Dengan spontan, Devan dan Rora mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Terlihat Derin bersama Matenya, keluarga mempelai pria, Mama dan Ayahnya di sana.

"Yuk!" Mengetahui untuk apa mereka dipanggil, mereka bergegas ke sana dengan Darrel berada di gendongan sang ayah.

Selesai berfoto, Devan dan Rora bersistirahat bersama teman-temannya. Siapa lagi kalau bukan Rendra, Klaresa, Aditya, Tania, Fano, Nesya dan anak-anak mereka, Darren, Anatasia, dan Ryan.

"Kapan kalian mau menikah?" tanya Rendra di sela candaan.

"Iya tuh. Cuma kalian yang belom nikah," sambung Rora mengompori.

"Tenang aja, kami pasti nikah. Tapi tidak dalam waktu dekat ini," balas Aditya seadanya.

"Benarkah? Aku tidak yakin kau dapat menahannya," sahut Devan dengan polosnya.

"Menahan-?" Tania memandang Aditya penuh tanda tanya. Ia tak tau apa yang sedang mereka bicarakan sekarang ini.

"Jangan dengarkan Devan! Dia memang selalu menggodaku seperti itu," jawab Aditya cepat. Walaupun Tania sudah tau siapa sebenarnya mereka, ia tak ingin gadis itu tau konsekuensi bila sepasang Mate tidak segara melakukan penyatuan.

Gelak tawa keluar dari mulut mereka yang di iringi dengan candaan. Mereka sangat menikmatinya. Suasana seperti ini mungkin akan jarang mereka dapat rasakan setelah ini.

*****

Malam semakin larut. Para tamu sudah pulang. Devan dan Rora sudah berada di kamar mereka untuk beristirahat. Sementara Darren sudah tertidur pulas di keranjangnya. Hari ini sungguh melelahkan.

Rora membaringkan dirinya di atas kasur, menatap Devan yang berdiri membelakanginya dengan bertelanjang dada di hadapannya.

Devan membalikkan badannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Jangan coba menggodaku yha," goda Devan kepata Matenya.

"Siapa juga yang menggoda," ketus Rora kesal. "Aku hanya tidak percaya kau masih bersamaku sekarang," lanjut Rora lebih merendahkan volume.

Devan melangkahkan kakinya mendekati kasur. "Hai, ini aku." Pria itu mengangkat salah satu tangan Rora, membuat tangan itu menyentuh pipinya.

Senyuman terlukis di wajah Rora. Ia serasa sangat bersyukur Devan masih bersama dengannya sampai saat ini. "Jangan buat aku khawatir lagi," ucap Rora sembari mengusap pipi pria di hadapannya itu.

Tak ada jawaban apapun dari Devan. Pria itu menutup matanya, menikmati belaian lembut yang diberikan Matenya di pipinya.

Devan membuka matanya. Tangannya menghentikan tangan Rora, lalu menarik tangan itu mendekati bibirnya dan mengecupnya sekilas.

Meminta lebih, Devan lebih mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Rora. Tanpa aba-aba Devan langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Rora. Ia melahap bibir itu dangan rakus.

Rora yang mendapatkan itu haya diam. Membiarkan lidah Devan dengan mudahnya menerobos masuk. Namun, tidak ada sedikitpun ia membalas ciuman itu. Ia terlalu lelah sekarang.

Devan mengangkat kepalanya. Membuat jarak antara bibirnya dengan bibir Rora. Napasnya terengah-engah menatap Rora di bawahnya.

"Kau mau apa?" tanya Rora menyadari maksud tatapan Devan yang ditujukan kepadanya.

"Membuat adik kecil untuk Darren," balas Devan frontal, menatap beringas wanita di depannya.

Devan menjatuhkan kepalanya. Sasarannya kali ini adalah leher putih Rora yang terlihat menggiurkan bagi pria itu.

"Apa kau ingin membangunkannya?" ucap Rora menahan aliran aneh dalam tubuhnya.

"Tentu saja tidak. Maka dari itu kau harus menahannya," bisik Devan di telinga Matenya.

*****

27 tahun kemudian

Darren POV

Aku berjalan keluar ruangan dengan cepat. Ia tak tahan lagi dengan bahan obrolan mereka. MATE, MATE MATE. Hanya itu yang selalu mereka bicarakan. Apakah mereka pikir aku ini sudah tua? Tentu saja tidak.

"Kakak! Kau mau kemana?" Seseorang memanggilku dari belakang. Namun, aku tak mengacuhkannnya dan tetap melangkahkan kaki.

"Kak!" Sebuah tangan mendarat di bahuku. "Kak, apa yang dibicarakan Mama ada benarnya. Setelah kau lulus, kau sangat jarang untuk pergi keluar pack. Apalagi haya sekadar untuk mencari Mate." Dia adalah adikku, Alvin.

"Aku sudah sudah mencarinya tanpa kalian tau, dan sampai sekarang hasilnya Nihil," balasku dengan tetap berjalan.

"Benarkah?" Gelak tawa terdengar dari mulut Alvin. "Tapi kalau dipikir-pikir, walaupun kau nggak menemukannya sekalipun, kau sudah punya wanita yang sudah siap mendampingi kakak."

"Siapa?" tanyaku tak acuh.

"Tuh," tunjuk Alvin ke gadis berambut panjang di ujung lorong.

"Darren!" Menyadari akan kehadiranku, gadis itu langsung berlari ke arahku dan memelukku erat.

END

.

.

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

Selamat Merayakan Hari Raya
Idul Fitri .
Minal Aidin Wal Faizin
Mohon Maaf Lahir Batin.
🙏🙏🙏🙏🙏

Maaf selama ini banyak ketidaknyamanan di ceritaku ini..😅
Mulai dari, banyak typo, update yang terlambat, dan comment yang tak kujawab (soalnya bingung mau jawab apa) 😁

Nomong-ngomong bagaimana endingnya?
Maaf bahasanya agak berantakan 😖

Jangan lupa vote dan commentnya...
Terima kasih
❤❤❤❤❤

My Perfect Luna (COMPLETE)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang