"Dan Mama udah balik ke Jakarta." Mas Dalan mengisap rokoknya lebih dalam kali ini, terlihat gak senang. Sama seperti gue. "Dia tinggal di Roesdarmojo, so if you want to have a visit, you can go."

"If you don't, then don't tell me otherwise," mata gue tersorot tajam. "You know, I always listen to you."

Dan gue gak pernah menyesali itu.

Mungkin di keluarga ini, cuma Erdalan yang bisa gue percaya.

**

RUMI

Kalau sekarang gue tanya tanggal lahirnya, gue terdengar freak gak ya? Penasaran aja gitu, cewek yang bentuknya kayak dia zodiaknya apa. Analisis gue sih Libra, tapi perasaan semua Libra yang gue kenal auranya gak semencekam ini deh?

"Kalau kamu mau ambil wine, ke dekat kolam aja sana. Free flow kok."

Waduh, udah kayak ocha di Kintan

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Waduh, udah kayak ocha di Kintan.

"Oh, makasih, Kak, hahahaha," gue tertawa canggung, sadar kalau dari tadi yang gue pegang hanya secangkir teh yang pahit banget -karena gue lupa menaburkan gula.

"Ah I see, you don't drink," dia melirik gue dengan ujung mata sambil menegak minuman berwarna kemerahan dari gelas yang sama tinggi dan langsingnya dengan dia. "Kenal Ravel di mana?"

Gue langsung teringat dengan sosok cowok yang gue temui pagi tadi di rumah Ardan. Heran, kenapa belakangan banyak banget orang yang hobi tanya, "Kenal si ini di mana?" bukannya harusnya itu privasi ya?

"Temen SMA."

"Oh, kamu sekolah di Tjokro juga? Berarti dulu tinggal di Bogor?"

"Iya, kak. Betul, hehe." Kami duduk di gazebo lain yang lebih hening. Sesekali gue bisa melihat sorot mata Bang Javier yang mencoba mengawasi -dia kan begitu, diem-diem selalu kepo, terus keponya yang annoying banget. Gazebo ini menghadap langsung ke kolam renang yang bau kaporitnya membuat gue sedikit nyaman dengan situasi, lepas dari siapa lawan bicara gue sekarang.

"Ravel bilang kamu sahabatan juga ya sama Asmara."

Gue langsung tersenyum lebar. "Iya, kak. Bener. Kakak kenal Mara juga?"

"Ya, tentu kenal. Ravel jadian sama dia udah 4 tahun." Kan, apa gue bilang. Hubungan mereka udah se-serius ini, sayang banget kalau putus di tengah jalan cuma karena gak sejalan dan sering beda pendapat.

"Iya, udah dari SMA. Dari dulu, saya seneng banget Mara bisa ketemu Ravel. Soalnya saya tau Ravel tuh sebenernya baik banget," ya meskipun kadang kelakuannya suka minta diteriakin. "Mara juga ngerti banget sama Ravel, makanya mereka saling lengkapin satu sama lain."

Sorot mata Kak Arina cukup dalam mematri gue -sampai gue bingung apa arti dari tatapannya, seolah ada pertanyaan di kepalanya, dan di saat yang sama dia juga seperti sedang mengamati gue dengan detail untuk mendapat jawabannya sendiri.

Layak DiingatUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum