034

455 79 10
                                    

Ada yang kangen kucing hitam ga? Wqwq. Jujur aku tuh tipe yang susah nulis bagian ending soalnya ga terlalu bisa ngakhirin cerita. Semoga nanti endingnya ngefeel ya 🙃😭.
...

Suara gaduh itu samar-samar menghilang bersama semilir angin laut yang cukup kencang. Ada ketegangan yang kentara di antara Jasmine, Taehyung, dan Jimin. Kedua tangan sibuk memegang pistol dan siap siaga jikalau Yoongi terlihat batang hidungnya.

Dari lorong panjang yang diterangi lampu remang-remang, suara langkah dan figur tegap pria yang Jasmine yakini adalah Yoongi terlihat. Pria itu tampak santai dengan jaket kulit dan tindik di telinga kirinya. Senyuman miring tak lepas dari ranum Yoongi yang agak mengelupas.

"Lama tak berjumpa," sapanya saat jarak di antara mereka hanya 10 meter.

Taehyung mendecih kesal. Sorot matanya menajam dan dipenuhi kegelapan saat menyahuti sapaan Yoongi. "Kau benar-benar menggali kuburanmu sendiri."

Yoongi mencibirkan bibir dan mengangkat bahunya tak peduli. Tangan kanannya yang menggenggam koin perak ia tunjukkan pada ketiga orang di hadapannya dan berkata, "Mari kita undi siapa yang menembak duluan. Aku pilih kepala."

Tanpa menunggu balasan mereka, Yoongi melempar koin itu ke udara. Melihat hasilnya, senyuman miring muncul di bibir Yoongi. Tangan kirinya yang bebas segera menarik pistol di pinggang dan menembakkannya ke Taehyung. Beruntung pria itu gesit menghindar dan menyuruh kedua sahabatnya bersembunyi.

"Wah, penakut sekali!"

"Biasanya orang yang percaya diri di awal malah akan kalah," balas Jimin dari tempat sembunyinya. Namun, yang terdengar hanyalah tawa sengau Yoongi. Suara tapak kaki yang mendekat perlahan itu menciptakan suasana menegangkan.

"Seperti Jungkook kalian, dong?"

Yoongi mencoba memancing emosi ketiga musuhnya sebab dia tahu kelemahan terbesar orang-orang ini; Kematian Jeon Jungkook. Terbukti dari genggaman Jasmine yang makin erat pada pistolnya. Taehyung yang melihat itu dari seberang lantas berusaha mengisyaratkan gadis itu agar tenang. Jasmine menghirup napas dalam-dalam, berupaya menenangkan pikirannya yang mulai dihantui keinginan untuk membunuh Yoongi saat itu juga.

"Kenapa kalian sembunyi saja? Takut?"

Pancingan Yoongi dihadiahi satu tembakan peluru di samping kepalanya. Menyadari bahwa dia baru saja diancam, sang polisi itu lalu tertawa keras. Satu tangannya yang memegang koin dia ganti menjadi satu shotgun yang langsung membidik ke arah Jimin sebab pria itulah yang menembak Yoongi barusan.

"Jika kau ingin melawan, ayo selesaikan secepatnya!"

Dengan seruan Yoongi itu, ketiga orang yang semula bersembunyi segera memunculkan batang hidungnya. Tembakan-tembakan itu dilesatkan tanpa peduli apapun juga. Yoongi tentu tidak bodoh untuk bertarung sendirian. Jadi, pria itu membawa dua kawannya untuk menyelesaikan segalanya.

Semua orang berusaha sekuat tenaga untuk tidak terluka. Kemampuan yang berada di level yang sama jelas membuat keenam orang tersebut kelelahan. Namun, amarah dan dendam yang selama ini Jasmine tahan dalam dadanya membuat gadis itu lebih berambisi meraih Yoongi dalam genggaman. Ketika dua orang kawan Yoongi sibuk melawan Taehyung dan Jimin, Jasmine dihadapkan dengan Yoongi.

"Aku memberimu kesempatan untuk menyerah. Apakah kau akan gunakan itu?"

Jasmine memiringkan kepalanya dan melempar tatapan polos. Senyuman kecil di ranumnya jelas menandakan bahwa dia takkan menyerah secepat itu.

"Bukankah kalau begitu permainannya tidak akan menarik?"

"Jadi, kau ingin mati di tanganku?"

"Aku akan memastikan kau duluan yang mati di tanganku, Min Yoongi."

Ucapan Jasmine menjadi awal mula baku tembak itu dimulai. Mereka berdua menyerang dan menghindar hingga tak menyadari bahwa keduanya sudah berada di luar gudang dengan sisi kanan dan kiri adalah laut yang pasang.

"Kau cukup tangguh, Nona."

"Dan kau cukup menyebalkan untuk terus bernapas."[]

ɓɭɑck cɑt. [ ɱiɳ yѳѳɳgi ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang