chapter 7

393 69 16
                                    

Sehun meletakkan kotak susu rasa strawberry di atas meja bersama dengan beberapa bungkus sandwich yang ia beli tadi. Sudah hendak membuka sandwich, Sehun lantas memandangi kotak susu yang masih berada di sana—seakan tengah memandangnya. Jadilah Sehun meraih ponsel di dalam sakunya dan diambilnya gambar kotak susu strawberry tersebut lalu mengetikkan sesuatu di sana dan mengirimnya pada satu-satunya kontak yang ia letakkan pada halaman utama ponselnya. Bahkan tak butuh lima menit, ponselnya berbunyi dan sekejap senyumnya terkembang kali ini.

'From: Babo-Zy

Aku tidak mau tahu. Aku ingin minum susu strawberry juga!'

Sehun masih tergelak sebelum ia kembali mengetikkan sesuatu di layarnya.

'To: Babo-Zy

Beli saja sendiri. Enak saja'

Sehun masih mengulum senyumnya. Ia bisa membayangkan bagaimana wajah kesal Suzy yang ia goda. Biasanya, Suzy akan memukul lengannya atau mencubit perutnya kalau ia menggodanya. Setidaknya itu yang Suzy lakukan jika gadis itu bersamanya. Sehun memandang pada bangku yang berada cukup jauh darinya. Ada beberapa mahasiswi yang tak lain merupakan teman Suzy, sedang mengobrol satu sama lain. Iya, biasanya Suzy berada di sana, ikut mengobrol meski Sehun begitu yakin mungkin Suzy lebih cenderung mendengarkan daripada berbicara.

Suzy itu berisik. Iya, jika ia berada bersama Sehun. Tapi itu tak berlaku saat Suzy bersama dengan teman-temannya. Katanya, saat ia bersama dengan orang lain, ia harus menjadi pendengar yang baik. Dan saat Suzy bersamanya, Sehun yang harus menjadi pendengar yang baik. Seperti sebuah teori yang Suzy katakan saat itu. Teori yang ia buat seenak jidat.

"Dunia itu punya keseimbangannya. Kau yang diam dan aku yang berbicara. Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana jika kita semua pendiam. Nanti dikira berdoa lagi," tukasnya tergelak dan Sehun hanya mendengarkannya tanpa minat. Iya, saat itu mereka sedang duduk pada salah satu minimarket seperti biasanya. Ia sudah menghabiskan satu cup ramyun sedangkan Suzy akan menghabiskan cup keduanya. Dan untuk saat ini, orang yang ingin Sehun dengar tidak ada bersamanya. Jadi dia harus menjadi pendengar yang baik untuk siapa?

"Hey, Sehun!"

Sehun mengangkat wajahnya saat Minyuk entah sejak kapan berada di sana, berjalan ke arahnya dengan senyum terkembang di wajahnya. Sehun memandangnya malas, sembari melahap sandwich di tangannya. Minhyuk yang tak peduli lantas langsung melesat, duduk pada bangku tepat di hadapan Sehun.

Dan tidak itu saja. Minhyuk kini dengan cepat mengedarkan pandangnya. Namun senyum yang awalnya tersinggung di wajahnya perlahan berubah menjadi kerutan di wajahnya. Ia memandang Sehun bingung.

"Suzy tidak masuk," ujar Sehun akhirnya membuka mulut seakan mengerti betul apa yang Minhyuk tanyakan lewat pandangannya dan Minhyuk akhirnya mengangguk-angguk paham.

"Oh, memangnya dimana dia? Sakit?"

"Ibunya yang sakit. Semalam aku yang membawanya ke rumah sakit," jelas Sehun kali ini sedangkan Minyuk memandangnya menyesal. Semenyesal Sehun yang bahkan tak bisa melakukan apa-apa untuk Suzy. Sekitar tiga puluh menit sebelumnya, Suzy tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa Ibunya sudah siuman. Iya, sebuah kabar baik namun bisakah Sehun lantas merasa lega sekarang?

Don't You DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang