chapter 1

762 88 38
                                    

"Eomma!"

Suzy berlari terburu-buru menuruni tangga dengan wajah bantalnya. Sedangkan ibunya hanya memandangnya sebentar, menyesap teh yang ia buat beberapa menit lalu.

"Kenapa ibu tidak membangunkanku?" pekik Suzy dari kamar mandi sudah bersiap dengan sikat gigi di tangannya. Untuk kesekian kali bahkan ibu Suzy sudah lelah untuk membangunkan Suzy dari tidurnya. Atau lebih tepatnya melihat kebiasaan Suzy tiap paginya seperti saat ini.

Pukul delapan pagi dan Suzy baru saja bangun dari tidurnya. Suzy akan berteriak dari kamar tidurnya, kesal karena tidak dibangunkan. Lalu anak gadisnya akan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka juga gosok gigi tanpa mandi tentunya. Dan di sinilah, Suzy berada sekarang, siap dengan pakaian juga barang yang ia bawa dan pidato panjang lebar karena ia merasa tidak dibangunkan. Bahkan ibunya sudah terlalu lelah untuk melakukan sebuah pembenaran.

"Sudah selesai pidatonya? Eomma harus berangkat sekarang. Jangan lupa bawa bekalmu. Cepat, jangan sampai terlambat," ujar Ibu Suzy pada akhirnya sebelum ia lantas meraih bekal miliknya, diikuti Suzy yang ikut-ikutan meraih dua bekal lainnya dari atas meja dan buru-buru berjalan keluar dimana kini laki-laki lain tengah terburu-buru berlari dari dalam rumahnya.

"Aku terlambat."

"Aku juga. Cepat, kita tidak ada waktu lagi!" ujar Suzy menyerahkan satu bekal miliknya pada laki-laki itu sebelum keduanya bersama-sama berlari menuju halte bus terdekat.

"Hati-hati!" pekik Ibu Suzy dari kejauhan dan tanpa jawaban. Akan selalu seperti itu. Pemandangan pagi yang sama dan ia begitu menikmatinya.

"Lain kali belilah sepeda atau semacamnya, supaya kita tidak terlambat."

"Ish, berisik. Lari saja."

"Hey, tunggu!" pekik Suzy yang melajukan kakinya lebih cepat saat sadar Sehun sudah berada jauh darinya.

---

"Sehun ah!"

Sehun memandang sebentar temannya, Minhyuk yang baru saja datang sebelum pandangannya berpaling kembali pada kamera yang ia pegang. Nyatanya, ekspresi datar Sehun inilah yang membuat Minhyuk sedikit kecewa karenanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada," jawab Sehun singkat sebelum ia kembali memandang hasil bidikan kameranya dengan begitu teliti. Sedangkan Minhyuk yang penasaran hanya melesat saja, ikut memandangi tiap bidikan temannya yang memang luar biasa itu.

"Wah, ini benar-benar luar biasa," ujarnya takjub dan Sehun hanya diam saja.

"Kau bisa menang hanya dengan hasil bidikanmu ini," lanjut Minhyuk sembari mengeluarkan selebaran bewarna-warni yang ia ambil pada majalah dinding kampusnya. Dan Sehun memandangnya tak minat.

"Jangan katakan kau tidak tahu apa ini," ujar Minhyuk yang memang tidak mau jika kehadirannya tidak dihiraukan. "Ini kontes fotografi yang menjanjikan. Dan foto-fotomu ini memiliki keunggulan. Kau harus mengikutinya."

Sehun memandang selembaran tersebut hanya semenit sebelum ia lantas beralih pada kotak bekal yang beberapa saat lalu ia letakkan di atas meja. Dan Minhyuk sudah hampir naik darah.

"Y-ya, setidaknya tunjukkan sedikit rasa ingin tahumu atau rasa ketertarikanmu. Kau tahu, aku sengaja mengambil ini untukmu."

"Aku tidak tertarik," balas Sehun cukup singkat sebelum ia menusukkan garpu pada wortel yang ada dalam kotal bekalnya. Namun Minhyuk tidak mau mengalah begitu saja. Jujur saja, Sehun pun tidak pernah ingat sejak kapan ia juga Minhyuk berteman. Padahal jelas Minhyuk setahun lebih tua darinya dan juga, mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Namun meski Sehun tidak menunjukkan ketertarikannya pun, Minhyuk masih setia mengganggunya.

Don't You DareWhere stories live. Discover now