1. Hari Pertama Mos

1.4K 313 789
                                    

Seorang gadis duduk termenung di pojokan kamar bernuansa hitam itu, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Seorang gadis duduk termenung di pojokan kamar bernuansa hitam itu, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Air mata terus berjatuhan dari kelopak matanya, bentakan demi bentakan tadi masih membekas di pikiran.

"Jangan harap aku akan memberikan kasih sayang untukmu!" bentakan kasar itu ditujukan pada Thalia, gadis malang yang haus akan kasih sayang.
Ya, dia Aneysia, bunda Thalia yang tak pernah memberikan kasih sayang pada anak keduanya.

Apa salah Thalia? Jika memang mereka tidak menginginkan kehadirannya, mengapa ia harus dilahirkan?

Hanya satu pinta Thalia, bahwa kedua orang tuanya bisa bersikap lembut kepadanya.
Apa itu susah? Bahkan untuk sekedar memperlihatkan senyuman tipis saja tidak pernah, melainkan tatapan tajam yang selalu diberikan.

Thalia menghapus jejak air mata, lalu bangkit menuju dapur.
Jam sudah menunjukkan pukul 17:23, yang berarti kedua orang tuanya akan segera pulang.

Dengan telaten, Thalia mengolah masakannya. Ia takut ayahnya akan marah karena makan malam telat dipersiapkan

Di tengah kesibukannya, samar-samar Thalia mendengar suara canda tawa dari arah luar.
Ternyata dugaannya benar, bahwa ayah, bunda, serta kakak perempuannya sudah pulang secara bersamaan.

"Ayah, Thaletta ingin mobil," seru gadis yang kini sudah berusia 17 tahun dengan suara yang dimanja-manjakan.

"Seriously? Letta ingin mobil? Akan segera ayah kabulkan," jawab sang ayah yang bernama Aryan sembari tersenyum hangat pada sang anak kesayangan.

Manik mata Thaletta beralih pada Thalia sembari tersenyum simpul. Thaletta berjalan gontai menuju adik semata wayangnya itu.

"Kamu masak apa, Dek?" tanya Thaletta sembari melihat-lihat makanan yang telah tersaji rapi di atas meja.

"Seperti biasa, Kak," jawab Thalia. Thaletta membulatkan matanya ketika mengetahui apa yang dimasak adiknya, membuat Aryan dan Aneysia yang menyaksikan kedua anaknya kini mendekat.

"Ada apa sayang?" tanya Aneysia dengan suara lembut nan halus, membuat Thaletta membuang pandangan, serta melipat tangan di depan dada pertanda ia sedang kesal.

"Letta bosan makan, makanan ini." Thalia menunduk, percayalah sebentar lagi ia akan mendapat ucapan pedas yang akan dikeluarkan oleh bunda serta ayahnya.

"Apakah di dalam sana tidak ada lagi bahan-bahan untuk memasak selain ini?" Teriak Aneysia, membuat Thalia menundukkan kepalanya lebih dalam lagi.

"Gak ada resep makanan lain lagi selain ini!" bentak Aryan menimpali ucapan istrinya.

"Maaf ...," lirih Thalia, ia tak tahu harus berbuat apa-apa lagi.
Ia pikir kakaknya akan menerima makanan yang telah susah payah ia buat, ternyata malah sebaliknya.

Tak ada harapan untuk tinggal lebih lama di sini, namun Thalia tetap optimis bahwa orang tuanya akan berubah di kemudian hari.

Semoga saja doa-doa yang ia panjatkan di sepertiga malamnya akan terkabul dengan segera.

I Want loveKde žijí příběhy. Začni objevovat